Pemerintah Irak melayangkan protes resmi kepada Duta Besar Turki di Baghdad pada hari Jumat (3/8) setelah menlu Turki melakukan kunjungan mendadak ke kota Kirkuk, wilayah otonom Kurdistan tanpa pemberitahuan kepada pemerintah Baghdad.
Sebagai tanggapan, Turki memanggil duta besar Irak di Ankara dan memperingatkan Baghdad untuk bersikap hati-hati dalam mengeluarkan pernyataan.
Serangkaian pertengkaran diplomatik antara kedua negara kemungkinan akan memperburuk hubungan yang sudah tegang.
Menlu Turki Ahmet Davutoglu melakukan perjalanan ke Kirkuk pada hari Kamis setelah mengunjungi presiden regional di Arbil, ibukota Kurdistan Irak. Namun, Kementerian Luar Negeri Irak menuduh Turki melanggar konstitusi dengan kunjungan tersebut, mengatakan bahwa Davutoglu tidak meminta atau memperoleh izin untuk masuk ke Kirkuk.
Seorang menteri junior di Kemenlu Irak menyerahkan surat protes kepada Turki pada hari Jumat. Nota tersebut juga termasuk permintaan pemerintah Baghdad kepada Ankara untuk segera memberi penjelasan atas kunjungan itu.
Kemudian, Kemenlu Turki memanggil diplomat tinggi Irak di Ankara. "Menlu Turki melakukan kunjungan secara transparan. Tidak ada agenda rahasia," kata seorang pejabat dari Deplu Turki.
Dia menambahkan bahwa Davutoglu telah berkonsultasi dengan para pejabat Kurdi di Arbil sebelum pergi ke Kirkuk.
Ketegangan antara kedua negara meningkat setelah para pejabat Turki menolak deportasi mantan Perdana Menteri Irak Tareq al-Hashimi yang menjadi buron. Hal ini diperburuk lagi oleh sikap PM Turki yang menuding Nouri al-Maliki menerapkan kebijakan yang berorientasi pada mazhab tertentu.
Pemerintah Baghdad belum lama ini juga memperingatkan Ankara bahwa kesepakatan ekspor minyak dengan wilayah otonom Kurdi, di Irak Utara bisa merusak hubungan dagang.
Baghdad menuduh Ankara berpartisipasi dalam penyelundupan minyak Irak dan masalah ini akan mempengaruhi hubungan kedua negara, terutama ekonomi. (IRIB Indonesia/RM/MF)