Bertentangan dengan seluruh upaya untuk mengakhiri perselisihan antara Pemerintahan Islam Irak dan Syam (Suriah) dan Front Al-Nusra, friksi bersenjata antardua kelompok afiliasi Al-Qaeda di Suriah itu telah mencapai puncaknya.
Alalam (12/8) melaporkan, friksi internal Al-Qaeda di Suriah antardua afiliasi Pemerintahan Islam Irak dan Syam pimpinan Abu Bakr Al-Baghdadi dan Front Al-Nusra pimpinan Abu Muhamamd Al-Joulani, semakin meruncing.
Friksi itu dimulai sejak Al-Baghdadi menyatukan anasir Al-Qaeda di Irak dan Suriah dengan membentuk Pemerintahan Islam Irak dan Syam dan mengangkat dirinya sebagai panglima Al-Qaeda di duna negara tersebut. Akan tetapi Al-Joulani menolak keputusan Al-Baghdadi itu. Dan pada akhirnya, dukungan para syeikh esktrim dan ansir jihadi radikal terhadap Al-Baghdadi semakin meningkat.
Meski Al-Joulani dikirim oleh Al-Baghdadi ke Suriah dan membentuk Front Al-Nusra dan dia berhasil menggalang kekuatan berkat dukungan para anasir teroris asing di Suriah, akan tetapi penentangan Al-Nusra terhadap Al-Baghdadi adalah karena tidak mengkoordinasikan pembentukan Pemerintahan Islam Irak dan Syam itu dengan pemimpin tertinggi Al-Qaeda, Ayman Al-Zawahiri.
Masalah ini menimbulkan Ayman Al-Zawahiri merilis pernyataan dan menyebut Al-Baghdadi dan Al-Joulani sama-sama melakukan kekeliruan yang menyebabkan munculnya perselisihan ini.
Namun hingga kini friksi kedua afiliasi jaringan teroris Al-Qaeda itu masih belum sampai pada bentrokan bersenjata dalam skala massif, mengingat Pemerintahan Islam Irak dan Syam beraktivitas di utara Suriah sementara Front Al-Nusra beroperasi di selatan Suriah. Akan tetapi friksi tersebut sedemikian meruncing sehingga kemungkinan dalam waktu dekan akan terjadi bentrokan bersenjata berdarah.