Potensi besar pasar bebas ASEAN membuat negara-negara di kawasan berlomba-lomba memperbutkannya. Beberapa diantaranya bahkan bermanuver dengan kebijakan pemerintahnya sendiri.
 
Presiden Komisaris PT Indomobil Subronto Laras mengatakan, Indonesia harus mewaspadai persiapan negara-negara tentangga. Terlepas dari faktor lain, mereka dinilai lebih kompetitif dari sisi konektivitas.
 
"Kita mesti sadar, negara kita ini negara yang terdiri dari kepulauan, konektivitas menjadi penting. Kita berhadapan dengan negara ASEAN lain, yang 8 negara itu semua sambung satu dengan lainnya, karena berada di satu daratan. Indonesia dan Filipina problem besar, masalah konektivitas," katanya.
 
Kendati demikian, selalu ada pilihan untuk menuntaskan problem besar. Subronto menerangkan, belakangan muncul wacana menjadikan Bitung sebagai pintu konektivitas dengan negara lain.
 
"Jadi beberapa pengusaha internasional sudah bilang, jika mereka mengirim barang menggunakan fasilitas Bitung, bisa hemat 3 hari. Tinggal sekarang siap tidak Bitung untuk itu?" kata Subronto.
 
Terkait konektivitas ini, sebut dia, asosiasi pengusaha Indonesia sudah bertatap muka dengan sejumlah pengusaha di ASEAN. Hasilnya, pengusaha Filipina ingin menyambungkan antara Davao City, Filipina, dengan Bitung, Indonesia. Ia menilai, wacana tersebut cukup menarik.
 
"Kita harus akui, Filipina agrobisnisnya lebih kuat dari kita. 20 ÔÇô 30 tahun yang lalu mereka sudah mengekspor pisang ke mana-mana, waktu itu kita belum siap," pungkasnya.