Di tengah berbagai spekulasi yang muncul mengenai persenjataan Israel, mantan menteri urusan perang Israel mengakui bahwa militer rezim Zionis dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir.
 
Ehud Barak dalam sebuah pertemuan belum lama ini di Kazakistan mengungkapkan bahwa Israel memiliki sejumlah hulu ledak nuklir yang disimpan di gudang senjatanya. Barak mengklaim, meski memiliki senjata nuklir, tapi Israel tidak menggunakan senjata tersebut.
 
Tanpa menyinggung penolakan Tel Aviv untuk menandatangani traktat non proliferasi nuklir (NPT), dan penolakan izin bagi inspektur IAEA untuk meninjau instalasi nuklir Israel, Barak mengatakan bahwa Tel Aviv tidak bermaksud menggunakan senjata nuklir untuk menyerang negara-negara kawasan.
 
Sebelumnya, pengakuan yang sama dikemukakan oleh mantan perdana menteri Israel, Ehud Olmert yang memicu kemarahan para pejabat teras Tel Aviv. Olmert beberapa tahun lalu dalam sebuah wawancara dengan televisi Jerman untuk pertama kalinya mengungkapkan bahwa militer rezim Zionis dilengkapi dengan senjata nuklir yang memicu reaksi keras dari para pejabat Israel.
 
Sejak itu, Yuval Steinitz, anggota Knesset dari Partai Likud mendesak pengunduran diri Olmert karena membeberkan rahasia negara kepada publik dunia. "Kesalahan dan tindakan tidak bertanggung jawab Olmert mengungkapkan rahasia gudang senjata nuklir Israel menyebabkan kebijakan 50 tahun rezim ini yang memicu ambiguitas semakin dipermasalahkan", ujar Steintz.
 
Kini, pengakuan baru seorang pejabat teras Tel Aviv mengenai program nuklir militer Israel yang selama ini disembunyikan dengan jelas menunjukkan sepak terjang destruktif rezim Zionis yang melanggar ketentuan internasional mengenai penyebaran senjata nuklir. Para analis mengungkapkan Israel setidaknya menyimpan sekitar 300 hulu ledak nuklir gudang senjatanya.
 
Selama ini Israel menutup-nutupi program nuklir militernya kepada publik dunia. Pada saat yang sama justru menggembar-gemborkan potensi ancaman nuklir Iran yang diklaimnya bertujuan militer. Padahal program nuklir Iran bertujuan damai. selama ini berbagai laporan IAEA sendiri tidak pernah mengungkapkan terjadinya penyelewengan dalam program nuklir Iran dari tujuan sipil ke arah militer. Iran pun menunjukkan sikap kooperatif dengan menyatakan kesiapan untuk berunding dalam menyelesaikan masalah nuklir sipilnya yang dipersoalkan Barat.
 
Israel berambisi menggagalkan perundingan nuklir antara Iran dan kelompok 5+1 meskipun akhirnya kandas. Kini, publik dunia menanti sikap tegas IAEA terhadap Israel yang terbukti melanggar ketentuan internasional dengan memiliki senjata pemusnah masal yang menjadi ancaman bagi negara-negara regional dan global.