Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Ahad (25/5) pagi dalam pertemuan dengan Ketua dan para anggota parlemen Republik Islam Iran (Majles-e Shura Islami) menyatakan bahwa satu-satunya jalan untuk menghadapi kubu arogansi yang anti kemanusiaan adalah dengan meneruskan ide 'perlawanan' terhadap kubu tersebut.
Menyinggung tugas yang harus dilakukan parlemen dan pemerintah untuk menyusun program kerja keenam, beliau menyebutkan tiga prioritas penting yaitu 'ekonomi resistensi', 'penyebaran budaya revolusi dan agama' dan 'keberlanjutan proses pesat kemajuan ilmiah', seraya mengatakan, "Masalah ekonomi dan politik di negara ini tidak bisa diatasi dengan mengandalkan bantuan dari luar. Solusi sebenarnya ada di dalam negeri dengan memanfaatkan kapasitas dan potensi yang ada di dalam."
Dalam pembicaraanya, setelah menyampaikan ucapan belasungkawa atas peringatan syahadah Imam Musa al-Kadhim (as), Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan proses pembentukan pemerintahan Islam dan cara yang benar untuk mempertahankannya dengan mengedepankan prinsip 'ide perlawanan dan perjuangan'.
Beliau menandaskan, "Kemajuan yang dicapai Republik Islam Iran dan keberhasilannya melewati berbagai periode yang sulit dan menentukan dalam 35 tahun ini tercapai berkat perjuangan yang gigih, tulus, dan cerdas yang dipentaskan oleh bangsa Iran. Pemikiran ini harus dipertahankan dengan semua keistimewaan yang ada padanya."
Seraya menekankan bahwa tanpa ide perjuangan melawan arogansi cita-cita pemerintahan Islam yang luhur tidak mungkin bisa dicapai, beliau mengungkapkan, "Republik Islam Iran tidak berambisi untuk menyulut perang ketika menegaskan kelanjutan perjuangan. Tapi logika yang bijak mengajarkan bahwa untuk melewati daerah yang dipenuhi oleh penyamun, orang harus mempersenjatai diri dan punya tekad untuk membela diri."
Rahbar menambahkan, "Dunia saat ini dipenuhi oleh para penyamun yang siap mencabik-cabik kehormatan, harga diri dan norma-norma kemanusiaan. Para penyamun itu mempersenjatai diri dengan ilmu, kekayaan dan kekuatan serta memoles diri dengan wajah kemanusiaan sehingga mudah melakukan segala bentuk kejahatan, mengkhianati nilia-nilai kemanusiaan dan menyulut perang di berbagai belahan dunia."
Dalam kondisi seperti ini, lanjut beliau, tak ada pilihan lain kecuali melanjutkan perlawanan dan mengedepankan ide perjuangan dalam semua urusan negara, baik yang berhubungan dengan masalah internal maupun eksternal.
Menyinggung adanya pemikiran melunak menghadapi arogansi dengan mengemasnya dalam bentuk sebuah teori pemikiran, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Mereka yang mengusung dan menyebarkan pemikiran melunak seperti itu seraya menuduh pemerintahan Islam haus perang, sebenarnya justeru telah melakukan pengkhianatan."
Pemerintahan Islam, menurut beliau, adalah sistem insani yang menunjung tinggi kemuliaan, penghormatan dan harga diri kemanusiaan. Pemerintahan ini adalah sistem yang cinta damai dan kebaikan.
Mengenai pertanyaan sampai kapan ide perjuangan dan perlawanan ini akan terus dipertahankan, Ayatollah al-Udzma Khamenei menegaskan, "Perjuangan dan jihad ini tak mengenal kata akhir. Sebab, setan dan kubu setan selalu ada. Walaupun, terkadang dalam kondisi tertentu modus dan cara berjihad dan berjuang berbeda."
Jihad dan perjuangan ini, tambah beliau, akan berakhir ketika masyarakat manusia berhasil lepas dari cengkeraman dan kejahatan kubu arogansi khususnya Amerika Serikat (AS) yang mencekik tubuh, jiwa dan pemikiran umat manusia. Untuk bebas, diperlukan perjuangan yang sulit dan panjang serta langkah-langkah yang besar.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa setelah kemenangan revolusi Islam, Iran telah membentuk pemerintahan Islam yang salah satu buktinya sebagai pemerintahan berbasis kerakyatan adalah terbentuknya beberapa periode parlemen.
Menurut beliau, penamaan tahun ini yang mengusung ide 'manajemen jihadi' tidak hanya ditujukan kepada lembaga eksekutif saja tetapi juga meliputi parlemen. Untuk itu beliau mengingatkan para anggota parlemen untuk melakukan tugas legislasi dan pengawasannya dengan semangat jihad dan untuk mengabdi kepada rakyat.
Mengenai kesulitan ekonomi yang ada, Rahbar menyatakan dukungannya selalu kepada siapa saja yang menunjukkan kreativitas untuk ikut mengatasi masalah. Tapi beliau menegaskan bahwa solusinya bukan ada di luar sana melainkan di dalam negeri.
Beliau menyebut ekonomi resistensi sebagai jalan keluar mengatasi masalah ekonomi. "Ekonomi resistensi tidak cukup hanya dibicarakan, tetapi harus dijalankan," seru beliau.
Untuk itu beliau mengimbau parlemen supaya memikirkan perundang-undangan yang bisa mendukung pelaksanaan ide ekonomi resistensi dan menghapuskan undang-undang yang menghalangi gerak langkah dalam masalah ini.
Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam pembicaraannya juga mengulas tentang program keenam negara yang juga harus meliputi soal penyebaran budaya revolusi dan keagamaan serta memikirkan kelanjutan proses pesat kemajuan sains dan keilmuan di Iran.
"Yang saya harapkan dari para anggota parlemen sebagai prajurit-prajurit revolusi adalah dukungan untuk memperluas budaya revolusi dan keislaman di tengah masyarakat," kata beliau.
Sebelum itu, Ketua Parlemen Ali Larijani dalam kata sambutannya menjelaskan kinerja dan kebijakan yang dijalankan oleh parlemen dalam berbagai masalah termasuk dalam mendukung Palestina, Suriah dan isu nuklir Iran.
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Ahad (25/5) pagi dalam pertemuan dengan Ketua dan para anggota parlemen Republik Islam Iran (Majles-e Shura Islami) menyatakan bahwa satu-satunya jalan untuk menghadapi kubu arogansi yang anti kemanusiaan adalah dengan meneruskan ide 'perlawanan' terhadap kubu tersebut.
Menyinggung tugas yang harus dilakukan parlemen dan pemerintah untuk menyusun program kerja keenam, beliau menyebutkan tiga prioritas penting yaitu 'ekonomi resistensi', 'penyebaran budaya revolusi dan agama' dan 'keberlanjutan proses pesat kemajuan ilmiah', seraya mengatakan, "Masalah ekonomi dan politik di negara ini tidak bisa diatasi dengan mengandalkan bantuan dari luar. Solusi sebenarnya ada di dalam negeri dengan memanfaatkan kapasitas dan potensi yang ada di dalam."
Dalam pembicaraanya, setelah menyampaikan ucapan belasungkawa atas peringatan syahadah Imam Musa al-Kadhim (as), Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan proses pembentukan pemerintahan Islam dan cara yang benar untuk mempertahankannya dengan mengedepankan prinsip 'ide perlawanan dan perjuangan'.
Beliau menandaskan, "Kemajuan yang dicapai Republik Islam Iran dan keberhasilannya melewati berbagai periode yang sulit dan menentukan dalam 35 tahun ini tercapai berkat perjuangan yang gigih, tulus, dan cerdas yang dipentaskan oleh bangsa Iran. Pemikiran ini harus dipertahankan dengan semua keistimewaan yang ada padanya."
Seraya menekankan bahwa tanpa ide perjuangan melawan arogansi cita-cita pemerintahan Islam yang luhur tidak mungkin bisa dicapai, beliau mengungkapkan, "Republik Islam Iran tidak berambisi untuk menyulut perang ketika menegaskan kelanjutan perjuangan. Tapi logika yang bijak mengajarkan bahwa untuk melewati daerah yang dipenuhi oleh penyamun, orang harus mempersenjatai diri dan punya tekad untuk membela diri."
Rahbar menambahkan, "Dunia saat ini dipenuhi oleh para penyamun yang siap mencabik-cabik kehormatan, harga diri dan norma-norma kemanusiaan. Para penyamun itu mempersenjatai diri dengan ilmu, kekayaan dan kekuatan serta memoles diri dengan wajah kemanusiaan sehingga mudah melakukan segala bentuk kejahatan, mengkhianati nilia-nilai kemanusiaan dan menyulut perang di berbagai belahan dunia."
Dalam kondisi seperti ini, lanjut beliau, tak ada pilihan lain kecuali melanjutkan perlawanan dan mengedepankan ide perjuangan dalam semua urusan negara, baik yang berhubungan dengan masalah internal maupun eksternal.
Menyinggung adanya pemikiran melunak menghadapi arogansi dengan mengemasnya dalam bentuk sebuah teori pemikiran, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Mereka yang mengusung dan menyebarkan pemikiran melunak seperti itu seraya menuduh pemerintahan Islam haus perang, sebenarnya justeru telah melakukan pengkhianatan."
Pemerintahan Islam, menurut beliau, adalah sistem insani yang menunjung tinggi kemuliaan, penghormatan dan harga diri kemanusiaan. Pemerintahan ini adalah sistem yang cinta damai dan kebaikan.
Mengenai pertanyaan sampai kapan ide perjuangan dan perlawanan ini akan terus dipertahankan, Ayatollah al-Udzma Khamenei menegaskan, "Perjuangan dan jihad ini tak mengenal kata akhir. Sebab, setan dan kubu setan selalu ada. Walaupun, terkadang dalam kondisi tertentu modus dan cara berjihad dan berjuang berbeda."
Jihad dan perjuangan ini, tambah beliau, akan berakhir ketika masyarakat manusia berhasil lepas dari cengkeraman dan kejahatan kubu arogansi khususnya Amerika Serikat (AS) yang mencekik tubuh, jiwa dan pemikiran umat manusia. Untuk bebas, diperlukan perjuangan yang sulit dan panjang serta langkah-langkah yang besar.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa setelah kemenangan revolusi Islam, Iran telah membentuk pemerintahan Islam yang salah satu buktinya sebagai pemerintahan berbasis kerakyatan adalah terbentuknya beberapa periode parlemen.
Menurut beliau, penamaan tahun ini yang mengusung ide 'manajemen jihadi' tidak hanya ditujukan kepada lembaga eksekutif saja tetapi juga meliputi parlemen. Untuk itu beliau mengingatkan para anggota parlemen untuk melakukan tugas legislasi dan pengawasannya dengan semangat jihad dan untuk mengabdi kepada rakyat.
Mengenai kesulitan ekonomi yang ada, Rahbar menyatakan dukungannya selalu kepada siapa saja yang menunjukkan kreativitas untuk ikut mengatasi masalah. Tapi beliau menegaskan bahwa solusinya bukan ada di luar sana melainkan di dalam negeri.
Beliau menyebut ekonomi resistensi sebagai jalan keluar mengatasi masalah ekonomi. "Ekonomi resistensi tidak cukup hanya dibicarakan, tetapi harus dijalankan," seru beliau.
Untuk itu beliau mengimbau parlemen supaya memikirkan perundang-undangan yang bisa mendukung pelaksanaan ide ekonomi resistensi dan menghapuskan undang-undang yang menghalangi gerak langkah dalam masalah ini.
Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam pembicaraannya juga mengulas tentang program keenam negara yang juga harus meliputi soal penyebaran budaya revolusi dan keagamaan serta memikirkan kelanjutan proses pesat kemajuan sains dan keilmuan di Iran.
"Yang saya harapkan dari para anggota parlemen sebagai prajurit-prajurit revolusi adalah dukungan untuk memperluas budaya revolusi dan keislaman di tengah masyarakat," kata beliau.
Sebelum itu, Ketua Parlemen Ali Larijani dalam kata sambutannya menjelaskan kinerja dan kebijakan yang dijalankan oleh parlemen dalam berbagai masalah termasuk dalam mendukung Palestina, Suriah dan isu nuklir Iran.