Bentrokan terbaru antara militer Mesir dan kelompok radikal yang aktif di Gurun Sinai menewaskan 11 orang. Militer Mesir menyatakan, pasukan keamanan berhasil menditeksi sejumlah pos dan tunel milik milisi bersenjata dan menghancurkannya.
 
Gurun Sinai yang berbatasan dengan Palestina pendudukan merupakan daerah sensitif di Mesir. Transformasi kawasan ini bukan saja penting bagi militer Mesir, namun juga bagi petinggi rezim Zionis Israel. Bahkan sejumlah elit politik meyakini terdapat kemungkinan bahwa instabilitas Sinai dipicu oleh ancaman yang datangnya dari Israel. Namun yang pasti, kondisi Gurun Sinai dapat mempengaruhi kondisi global Mesir di seluruh sektor.
 
Selama satu setengah tahun terakhir, Mesir menghadapi peristiwa berdarah. Meski sebagian peristiwa ini berkaitan dengan isu dalam negeri, namun sebagian lain juga berkaitan dengan pergerakan sejumlah kubu radikal yang menjadikan Sinai sebagai markas aktivitasnya.
 
Sepertinya kelompok radikal di sejumlah wilayah Mesir semakin marak dan hal ini kedepannya dapat menjadi ancaman bagi negara ini yang sampai saat ini belum ada pandangan positif terhadap herarki kekuasaan di Kairo. Poin yang patut untuk direnungkan terkait instabilitas Sinai adalah beragamnya pandangan atas kawasan ini.
 
Pemerintah Kairo meyakini transformasi di Sinai dan instabilitas yang terjadi di kawasan ini dipicu oleh pergerakan kelompok radikal yang gagal mengambil bagian dalam struktur politik di negara ini. Namun sebagian kubu Mesir menilai isu Sinai sebagai akibat dari tindakan pemerintah untuk mengacaukan kondisi negara.
 
Sejak musim panas tahun lalu, ketika militer mengkudeta Muhammar Mursi, iklim internal Mesir semakin kacau dan berbagai peristiwa yang bermunculan setelahnya tidak dapat dihindari. Dalam hal ini, sebagian kelompok radikal dan teroris juga memanfaatkan peluang yang ada dan menebar pengaruhnya ke perbatasan Mesir. Sebagian pemerintah Arab dengan dolarnya berlomba-lomba membantu kelompok radikal di Mesir dan secara praktis menjadi penyokong dana bagi teroris serta kubu radikal takfiri di Sinai.
 
Qatar termasuk negara Arab di kawasan selatan Teluk Persia yang mendukung kelompok radikal yang aktif di negara-negara kawasan. Oleh karena itu, kekacauan di Sinai tak lepas dari ulah pemerintah negara-negara Arab di kawasan.
 
Namun demikian tak boleh dilupakan bahwa rezim Zionis Israel bukannya tidak berminat mengacaukan Sinai, Tel Aviv berusaha memanfaatkan isu ini untuk memperkokoh posisinya di kawasan yang berbatasan dengan Jalur Gaza tersebut.
 
Transformasi di Gurun Sinai sampai saat ini berujung pada korban tewas dan terluka puluhan warga sipil di kawasan ini. Hal ini dengan sendirinya menguras fasilitas finansial Mesir. Isu ini bagi negara yang seperempat rakyatnya hidup di bawah garis kemiskinan dan ekonominya tak menentu, memicu beragam reaksi. Khususnya sampai saat ini belum ada kesepahaman antara partai politik dan pemerintah terkait struktur pemerintahan dan politik di negara ini.
 
Oleh karena itu, setiap instabilitas yang muncul di berbagai daerah dapat menjadi alat untuk menekan penguasa negara ini. Mengingat masalah ini, sepertinya operasi terbaru militer Mesir di Sinai dimaksudkan untuk menjawab sebagian tuntutan rakyat.