Mayoritas media massa Amerika Serikat (Ahad 2/9) mengulas secara luas friksi antara Amerika Serikat dan Rezim Zionis Israel terkait program nuklir Republik Islam Iran. Sejumlah pengamat dan media juga menuntut perubahan kebijakan strategis Barat dan Tel Aviv terhadap Tehran.
Seperti dilaporkan Mehrnews, analis Associated Press (AP) seraya mengisyaratkan penekanan berulang kali petinggi Republik Islam yang menegaskan Tehran tidak menghendaki senjata pemusnah massal dan menyebutnya sebagai dosa besar memproduksi senjata seperti ini, meminta negara-negara Barat untuk mendukung asumsi ini bahwa Iran menghendaki untuk menjadi taladan energi nuklir seperti Jepang, artinya memiliki kemampuan memproduksi senjata nuklir namun tidak melakukannya.
Analis AP juga membahas ancaman serangan Israel terhadap instalasi nuklir Iran dan meminta pemimpin Barat mencegah terjadinya perang baru di kawasan Timur Tengah dengan mempercayai pernyataan pemimpin Iran serta mengakui bahwa Tehran tidak ingin memproduksi senjata nuklir.
Sementara itu, Koran Haaretz cetakan Israel di edisi Ahad (2/9) seraya mengisyaratkan kehadiran perwakilan 120 negara dunia di KTT GNB ke 16 di Tehran dan dukungan mereka terhadap program nuklir sipil Iran serta tidak antusiasnya Presiden AS, Barack Obama untuk terlibat perang dengan Iran, menulis, Benyamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel telah terkucil di dunia.
Sementara itu, BBC dalam laporannya menilai berkurangnya partisipasi Amerika di manuver militer gabungan dengan Israel merupakan indikasi friksi kuat Obama dan Netanyahu terkait Iran. Televisi ini menyatakan, kini Israel memiliki dua pilihan, pertama melanjutnya ancamannya terhadap Iran yang dirilisnya sejak beberapa pekan lalu dan Tel Aviv tidak akan meraih ambisinya karena melakukannya sendirian atau Israel terpaksa mengubah strateginya terhadap Tehran.
Koran Washington Post cetakan Amerika Serikat edisi Ahad (2/9) mengupas statemen Netanyahu terkait program nuklir Iran dan tuntutannya terhadap masyarakat dunia untuk menentukan garis merah bagi Iran. Koran ini menulis, statemen pedas Netanyahu mengindikasikan friksi kuat antara Israel dan Amerika Serikat dalam menyikapi Iran. Padahal AS menghendaki boikot diplomasi terhadap Tehran, sementara Netanyahu menuntut serangan militer. (IRIB Indonesia/MF)