Presiden Republik Islam Iran mengatakan, isu terorisme di dunia modern sudah menjadi instrumen baru untuk beragam ambisi dan dari masalah sekunder telah menjadi sebuah persoalan terorganisir.
Hassan Rouhani, menyampaikan hal itu pada acara pembukaan Konferensi Internasional 17 Ribu Syuhada Korban Terorisme di Tehran, Senin (31/8/2015).
Dia menuturkan bahwa teror termasuk dari perilaku buruk dan sayangnya ia sudah ada sejak masa kuno dalam kehidupan manusia. Namun, teror dan terorisme di dunia modern telah menemukan dimensi baru.
“Dalam sejarah masa lampau, teror umumnya didasarkan pada aksi balas dendam individu atau suku, tapi isu terorisme di dunia modern telah menjadi alat baru untuk beragam ambisi dan dari masalah sekunder telah menjadi sebuah persoalan terorganisir,” terang Rouhani.
Organisasi teror, ujarnya, kadang merupakan sebuah lembaga yang mengincar tujuan-tujuan terorisme untuk ambisi politik, mendominasi kekuasaan atau melaksanakan program-program yang didiktekan kepada mereka oleh kekuatan-kekuatan tertentu.
“Salah satu contoh nyata bentuk terorisme seperti ini adalah organisasi munafikin, yang menyebut dirinya Mujahidin Khalk (MKO) dan bangsa Iran menyaksikan kejahatan-kejahatan mereka,” tegasnya.
Rouhani lebih lanjut menjelaskan, terorisme kadang melangkah lebih jauh lagi dari sekedar sebuah organisasi dan beberapa rezim dibangun atas dasar teror. Mereka menemukan eksistensinya lewat aksi teror dan contoh nyatanya adalah rezim ilegal Israel.
“Rezim Zionis Israel memulai kekuasaannya di tanah Palestina dengan menebarkan rasa takut, aksi teror dan pendudukan. Zionis sampai sekarang masih melanjutkan metode anti-kemanusiaan ini,” paparnya.
Dalam pidatonya, Presiden Iran juga mengungkapkan bentuk lain teror yang bisa disebut sebagai teror akidah dan ideologi. Kemasan luarnya dan klaim mereka setidaknya dibangun atas landasan tersebut.
“Mereka adalah kubu fanatik dan dungu dan biasanya melakukan kekerasan atas nama agama dan mereka akan mengkafirkan orang-orang yang tidak sejalan dengan akidahnya. Orang lain akan dicap kafir dan kemudian dihalalkan darahnya dengan aksi teror,” ujar Rouhani.
Dia menambahkan, ada banyak contoh dari model terorisme seperti ini di era modern dan kawasan menyaksikan kehadiran kelompok-kelompok seperti, ISIS, Al Qaeda, Boko Haram, Taliban dan kubu-kubu lain.
“Semua bentuk teror tersebut baik yang muncul dalam sebuah organisasi maupun dalam sebuah rezim atau mereka yang membantai orang lain atas dasar akidah, mereka semua tidak mendapat sambutan dari masyarakat,” ucap Rouhani.
Presiden Iran menandaskan bahwa di tengah semua bangsa dan masyarakat, opini publik tidak bersama teroris.
“Sebuah rezim seperti Zionis bahkan takut terhadap kotak suara dan mereka menyaksikan maut di sisi kotak suara. Di wilayah Palestina, Israel bahkan tidak siap memuka kotak suara sehingga semua lapisan masyarakat, baik itu Muslim, Kristen dan Yahudi menyalurkan suara mereka dan Tel Aviv harus menerima keputusan masyarakat,” tambahnya.
Menurut Rouhani, jalur terorisme adalah jalan kekerasan dan ekstrim, sementara perdamaian, kesepahaman, perundingan dan rasionalitas adalah sesuatu yang dihindari oleh teroris dan ekstrimis.
Konferensi Internasional 17 Ribu Syuhada Korban Terorisme, dihadiri oleh Presiden Rouhani, sejumlah pejabat tinggi negara, para tamu asing dari Suriah, Lebanon, Irak, Palestina, India, Pakistan dan beberapa duta besar yang bermukim di Tehran. Pertemuan ini diselenggarakan di Tehran's Summit Conference Hall.