Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan, Amerika Serikat harus meninggalkan perilaku arogan sehingga stabilitas dan keamanan dapat ditegakkan di dunia.
Marzieh Afkham pada Jumat (11/9/2015) sore, menambahkan jika AS mengakhiri perilaku arogan dan aksi gila perang oleh sekutu-sekutunya, maka dunia akan menjadi tempat yang lebih aman untuk hidup.
Dia juga menganggap komentar Presiden Barack Obama setelah persetujuan atas Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA) di Senat AS, sebagai pernyataan kontradiktif.
Obama sebelumnya menyebut Republik Islam Iran sebagai sumber ketidakamanan di kawasan.
“Obama ingin lari dari sebuah realitas bahwa kegagalan kebijakan sanksi dan ancaman AS, telah memaksa negara itu untuk duduk di meja perundingan,” tegasnya.
Menurut Afkham, Presiden AS sedang melakukan upaya sia-sia untuk menafsirkan hasil dari negosiasi nuklir yang menguntungkannya, tapi faktanya adalah bahwa AS terpaksa harus merelakan tuntutan yang berlebihannya di akhir perundingan.
Dia juga menyebut salah satu prestasi besar negosiasi nuklir adalah berakhirnya krisis buatan terhadap Republik Islam.
“Negara-negara lain anggota Kelompok 5+1 sedang berusaha untuk memperbaiki hubungannya dengan Iran, tapi pemerintah AS terjebak dalam isolasi lobi-lobi Zionis sehingga membuat Washington tidak siap menerima fakta dan terus membuat kegaduhan,” tegas Afkham.
Dia menambahkan, Iran adalah poros keamanan dan stabilitas di kawasan. Dunia juga tahu bahwa akar kekacauan dan instabilitas di Timur Tengah disebabkan oleh manuver dan arogansi rezim Zionis Israel dan Washington juga bertanggung jawab atas kejahatan yang dilakukan Tel Aviv.
“Menjual senjata modern kepada Israel dan para rezim agresor yang telah menyerang Palestina, Suriah, Irak dan Yaman, merupakan contoh dari kebijakan pemerintah AS untuk menambah kekacauan dan instabilitas di kawasan,” pungkasnya.