#beritadunia.net Menurut Kantor Berita ABNA, Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) bekerja sama dengan Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) menyelenggarakan Konferensi Internasional Agama dan Kebudayaan untuk menyebarkan semangat pluralisme dan toleransi antaragama.
"Walaupun sering dilakukan, dialog antaragama semacam ini harus terus-menerus dilakukan dan melibatkan semua pihak, agar kita semua terbiasa untuk saling mendengarkan," kata Ketua Umum ICMI, Jimly Asshidiqie dalam pembukaan Konferensi Internasional Agama dan Kebudayaan di Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Jakarta, Jumat.
Dia mengatakan kondisi dunia modern yang sudah terbuka seperti saat ini tidak memungkinkan masing-masing peradaban berjalan dan menyakini keyakinannya sendiri-sendiri.
Jimly menegaskan bahwa harus ada upaya untuk saling mendengarkan, terutama terkait dengan nilai-nilai kemanusiaan yang universal.
"Pemahaman mengenai nilai kemanusiaan yang universal mampu menghasilkan kemajuan bagi peradaban bangsa dan kemanusiaan. Menangkap pesan universal itulah yang bisa mempersatukan kita," kata dia.
Konferensi Internasional Agama dan Kebudayaan diselenggarakan oleh Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI), dan Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk Timur Tengah dan Organisasi Kerja sama Islam pada 14 hingga 22 Oktober 2016 di Jakarta, Bogor, dan Yogyakarta.
Konferensi tersebut juga melibatkan akademisi dari Hartford Seminary, Amerika Serikat, yang memiliki latar belakang dari berbagai unsur agama dan keyakinan.
"Kami ingin berdialog sebagai teman dan bisa saling belajar bagaimana Indonesia, yang memiliki komunitas masyarakat sangat beragam, membangun jembatan pemahaman bersama untuk perdamaian," ujar Presiden Hartford Seminary, Heidi Hadsell.
Ketua penyelenggara Konferensi Internasional Agama dan Kebudayaan, Yasril Ananta Baharuddin mempercayai bahwa perdamaian antaragama dapat diwujudkan melalui jalan dialog yang seimbang.
Ketua Koordinasi Bidang Luar Negeri dan Pertahanan dan Keamanan ICMI tersebut mengatakan dengan cara meminimalkan perbedaan yang ada antaragama maka persatuan yang terwujud akan mampu menyumbang perdamaian dunia.
"Karena itu, dalam konferensi ini nanti yang ditonjolkan adalah persamaan dan bukan perbedaan," imbuh Yasril.