Dulu Indonesia pernah merasakan masa kejayaan sebagai produsen kopi terbesar kedua dunia pada tahun 1990-an. Namun kemudian, posisi tersebut malah disalip Vietnam. Padahal sebelumnya, Vietnam sendiri belajar mengembangkan tanaman kopi dari Indonesia pada tahun 1970-an.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan), Dedi Junaedi, mengatakan produktivitas kebun kopi Vietnam yang tinggi jadi kunci negara Komunis tersebut menggeser posisi Indonesia, meski secara luasan lahan keduanya tak jauh berbeda.
"Vietnam ini sekarang jadi ketuanya di ASEAN. Dulu mereka belajar dari kita, sekarang kita yang belajar ke mereka. Kemarin petani Sumatera Selatan belajar kopi ke Vietnam. Mereka produktivitas satu hektar 3 ton. Sekarang terbalik, kita yang harus belajar ke mereka," kata Dedi di kantor Kementan, Jakarta, Jumat (6/1/2017).
Kini Indonesia hanya tercatat sebagai negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia, setelah Brasil dan Vietnam. Menteri Perindustrian M S Hidayat menuturkan Indonesia akan terus mengembangkan produksi dan konsumsi kopi nasional baik untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk diekspor.
Menurut Hidayat, pengembangan industri pengolahan kopi dalam negeri memiliki prospek yang baik karena luas lahan perkebunan kopi di Indonesia sendiri mencapai 1,3 juta hektare (ha) dengan rincian 1 juta ha untuk perkebunan robusta dan 0,3 ribu ha untuk perkebunan arabika.
Lebih lanjut, Hidayat berharap industri pengolahan kopi dapat melakukan diversitifikasi produk kopi tidak hanya sebagai minuman tetapi dikembangkan dalam berbagai jenis produk seperti untuk perawatan kecantikan (lulur), pharmasi, essen makanan dan mengembagkan usaha coffe shop di berbagai kota di Indonesia.
"Tuntutan konsumen kopi dunia yang ingin produk-produk kopi back to nature seperti kopi organik dan kopi specialty juga harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya," tandas Hidayat.