Marawi, Berita Dunia – Seperti yang diketahui, Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, telah mendeklarasikan pembebasan Kota Marawi dari cengkeraman militan Maute yang berafiliasi dengan ISIS. Namun, diyakini hingga kini masih ada puluhan militan yang bersembunyi dan akan melawan pada saat tertentu. Dikhawatirkan bahwa sisa militan juga bisa kabur ke negara Asia Tenggara lainnya.
Meski dia sudah mendeklarasikan Marawi bebas dari ISIS setelah militer menewaskan tiga pemimpin kelompok teror di kota itu. Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, tak mencabut status darurat militer di Mindanao.
“Kematian pemimpin pemberontakan Marawi, termasuk Omar Maute, Isnilon Hapilon, dan Mahumd Ahmad, tak serta merta membuat kami mencabut darurat militer,” ujar juru bicara kepresidenan Filipina, Ernesto Abella, sebagaimana dilansir Inquirer, Jumat (20/10/17).
Menurut Abella, kini masih ada sejumlah pendukung kelompok teror yang melakukan perlawanan di Marawi. Mereka semua, kata Abella, berbaiat pada ISIS.
“Mereka yang tersisa termasuk jaringan yang mendukung Maute di Mindanao. Presiden memiliki kewajiban untuk menjaga keamanan publik,” tutur Abella.
Namun, Abella memastikan bahwa Duterte akan mengumpulkan para pejabat keamanan untuk membicarkan sejumlah isu, termasuk langkah pemerintah selanjutnya di Marawi.
Sementara itu, Menurut Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir, hal itu telah menjadi perhatian pemerintah dalam setahun terakhir, yaitu terkait adanya regionalisasi organisasi terorisme di kawasan. Marawi dalam lima bulan terakhir menjadi wilayah darurat militer melawan terorisme.
“Ini menjadi tantangan bagi kita dan Indonesia selama ini sudah cukup aktif mengantisipasi baik dari BNPT dan Kepolisian terus bekerja sama dengan pihak dan negara yang diketahui ada FTF (Foreign Terrorist Fighters) asal Indonesia,” kata Arrmanatha di Jakarta, Rabu (18/10/17).
Ia kemudian mencontohkan peran Indonesia selama ini bekerja sama dengan Turki dan Mesir terkait kerja sama intelijen dalam pembagian informasi termasuk berbagi informasi dengan beberapa negara lainnya.
“Antisipasi dilakukan dan selesainya peperangan di beberapa negara termasuk di Timur Tengah kita harap tidak spill over ke kawasan kita khususnya Indonesia,” ujar Arrmanatha.
Terkait Marawi, Arrmanatha mengatakan, hingga saat ini pemerintah Indonesia belum menerima informasi jumlah angka detail ada tidaknya WNI yang terlibat. Diketahui dalam beberapa laporan media, disebutkan adanya WNI yang ikut berperang di Marawi. Namun, sampai sekarang, pemerintah Indonesia mengaku belum menerima informasi pasti soal keberadaan WNI di pihak simpatisan ISIS.