Mencermati Pertemuan Rahbar dengan Staf Penyelenggara Haji

Rate this item
(0 votes)
Mencermati Pertemuan Rahbar dengan Staf Penyelenggara Haji

Rabu pagi 12 Tir 1398 Hs bertepatan dengan 3 Juli 2019, Husseiniyah Imam Khomeini di Tehran menjadi tempat pertemuan Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Khamenei dengan staf Lembaga Haji dan Ziarah.

Di pertemuan ini Rahbar mengisyaratkan beragam dimensi ritual agung haji mulai spiritual, sosial hingga politik. Rahbar menyebut beragam dimensi haji ini sebagai kumpulan luar biasa dan istimewa dari nilai-nilai yang dipuji Islam.

Seraya merekomendasikan para peziarah Iran memanfaatkan peluang istimewa haji dan memperhatikan dimensi sosial, politik dan moral ibadah ini, Rahbar mengingatkan petinggi Riyadh akan tanggung jawab berat negara ini dalam menjamin keamanan para peziarah Baitullah tanpa memperketat keamanan di lokasi serta dengan menjaga kehormatan dan martabat jamaah haji.

Ayatullah Khamenei menilai akar permusuhan AS dan seluruh kubu arogan dunia dengan umat Islam adalah esensi dan hakikat ajaran Islam yang anti kezaliman mereka.

Dalam perspektif Ayatullah Khamenei ritual haji sebuah ibadah istimewa karena nilai keislaman dan karakteristiknya yang dipuji Islam. Rahbar menyebut haji sebagai contoh kecil dari komunitas Islam yang memanifestasikan peradaban baru Islam disamping sisi spiritual yang dipamerkan.

Rahbar mengatakan, "Di haji, ada pertunjukan penghambaan dan kepatuhan. Sejak awal hingga akhir amalan haji adalah kepatuhan, penghambaan dan munajat. Di samping faktor spiritual ini, ada juga faktor sosial dan itu adalah persatuan, persaudaraan, kesetaraan, miskin dan kaya, keragaman etnis, keragaman bangsa dan keturunan seluruhnya berkumpul bersama di satu tempat melaksanakan satu amalan bersama, dengan satu tujuan dan motifasi. Di mana lagi kita dapat menemukan kondisi seperti ini? Baik itu di antara kewajiban Islam atau pun yang kita ketahui di agama lain, tidak ada kondisi seperti ritual haji."

Seraya mengisyaratkan manasik haji, Rahbar menyebutkan sebagai manifestasi perkumpulan masyarakat dan salah satu bukti kehidupan sosial Islam. Rahbar menandaskan, "Haji mengandung unsur gerakan dan ibadah, namun di ibadah ini selain ada manusia juga ada gerakan, tawaf, sai, lalu lalang dan juga perkumpulan. Kongres menakjubkan masyarakat yang berkumpul bersama di Arafah atau Masharil Haram di hari-hari Mina juga salah satu manifestasi kehidupan sosial Islam. Seluruhnya ada di ibadah haji. Haji manifestasi akhlak, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji (Al baqarah ayat 197). Di sana tempat persaudaraan, tempat moral, tempat memaafkan, bukan tempat saling bertengkar atau berbantah-bantahan. Kalian saksikan seluruh unsur menakjubkan dan konstruktif ini berkumpul di ibadah haji. Manasik haji adalah ibadah seperti ini."

Di bagian lain pidatonya dan dengan bersandar pada ayat al-Quran, Ayatullah Khamenei mengisyaratkan dimensi politik ibadah haji. Ayat pertama yang dibawakan Rahbar adalah ayat 103 Surah Al Imran yang artinya, Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.

Seraya menekankan bahwa membentuk persatuan di antara umat Muslim adalah masalah politik dan ibadah, Rahbar mengatakan, "Di antara kesalahan besar yang selalu kita dengar dan saat ini terkadang keluar dari sebagian bahasa yang sulit dipercaya terkait hakikat Islam adalah jangan mempolitisasi haji, yakni apa artinya jangan mempolitisasi? Apa yang kita butuhkan di haji dari hal-hal politik dan merupakan ajaran Islam adalah membentuk persatuan dan ini termasuk masalah politik. Ini ajaran Islam dan ibadah, Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai وَاعتَصِموا بِحَبلِ اللهِ جَمیعًا وَلا تَفَرَّقوا. Jika di haji kita bangsa Palestina atau masyarakat tertindas di dunia Islam seperti Yaman dan lainnya, ini sebuah langkah politik, dan hal ini politik yang murni ajaran Islam. Membela kaum tertindas sebuah kewajiban."

Selanjutnya Rahbar mengisyaratkan ayat 3 Surah Taubah dan menggulirkan salah satu ajaran Islam yakni bara'ah atau berlepas diri dari kaum musyrik di ibadah haji dan menilainya sebagai kewajiban Islam. Ayatullah Khamenei mengatakan, "Jika kita bersikeras atas masalah bara'ah, melakukannya dan harus dilakukan dengan lebih baik, karena ini merupakan salah satu kewajiban Islam. أَنَّ اللَّهَ بَریءٌ مِنَ المُشرِکینَ وَ رَسولُه     Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Mukmini juga berlepas diri «بُرَآءِ» dari orang-orang musyrik "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja" (Mumtahanah ayat 4). Semuanya ini ada dalam agama, politik juga. Di ibadah haji ada juga amalan politik, namun begitu amalan politik ini sejatinya ajaran dan kewajiban agama yang pastinya juga ibadah.

Ayatullah Khamenei kemudian menjelaskan aturan yang melarang ritual bara'ah dari kaum musyrik di ibadah haji sebuah langkah politik, tapi politik non agamis, politik anti agama dan mengatakan, "Ketika mereka mengatakan jangan berbicara apapun tentang Amerika ini juga langkah politik, namun politik setan, gerakan politik non Islam. Namun jika kalian di ibadah haji mengungkapkan bara'ah dari kaum musyrik, dari hal-hal anti Islam, ini juga gerakan politik. Tapi ini adalah politik yang sesuai dengan agama. Ini adalah poin-poin yang harus kita ketahui di ibadah haji."

Rahbar menyebut tugas panitia haji di Arab Saudi adalah menjamin keamanan para jamaah dan menjaga kehormatan serta martabat mereka. Seraya mengisyaratkan tugas berat pemerintah Saudi di masalah ini, Ayatullah Khamenei menekankan, "Mereka yang mengelola wilayah haji yakni Makkah dan Madinah serta yang lainnya, yakni pemerintah Arab Saudi, memiliki tanggung jawab berat. Merupakan kewajiban mereka juga menjaga keamanan jamaah haji, kehormatan dan martabat mereka. Martabat jamaah haji sangat penting, mereka tamu Allah. Kehormatan mereka harus dijaga. Perlakuan yang merusak martabat dan kehormatan mereka atau hal-hal yang melecehkan jamaah haji harus dihilangkan. Namun demikian wilayah ibadah haji tidak boleh dijadikan zona keamanan. Jagalah keamanan jamaah haji, tapi jangan terapkan zona keamanan. Pertahankan kondisi aman dan tenang bagi jamaah haji."

Di kesempatan tersebut, Rahbar juga mengisyaratkan permusuhan kubu arogan termasuk Amerika Serikat terhadap Islam dan menilainya karena esensi anti kezaliman ajaran Islam.

Terkait hal ini Ayatullah Khamenei mengisyaratkan ayat kelima surah Hamd dan mengatakan, "Ketika kalian menunaikan shalat dengan khusyuk, kalian mengatakan  اِیّاکَ نَعبُدُ وَ اِیّاکَ نَستَعین Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Khusyuk dan merendahlah dihadapan Tuhan, artinya jangan kalian tunduk dihadapan selain Tuhan, kekuatan materialis. Jangan menyerah kepada mereka. Ini adalah sumber permusuhan mereka terhadap Islam dan ini juga sumber kemenangan, kemajuan dan keselamatan umat Islam. Komitmen tehradap sendi-sendi Islam, patuh terhadap ajaran (syariat) Islam adalah hal-hal yang akan menyelamatkan bangsa Islam."

Ayatullah Khamenei menyebut Republik Islam Iran sebagai bukti dari ajaran ini (tidak tunduk kepada kekuatan materialis). Semakin patuh dan komitmen terhadap sendi-sendi dan ajaran Islam, maka akan semakin dilindungi Tuhan dan mampu menyelesaikan setiap kesulitan. Kapanpun lalai, akan menerima akibat dari kelalaiannya.

Di akhir pidatonya Rahbar mengatakan, "Yang saya saksikan dan rasakan dari masa depan negara ini (Iran) dan bahkan masa depan umat Islam adalah musuh liar dan ganas serta zalim umat Islam dan bangsa Iran pada akhirnya akan terpaksa bertekuk lutut dihadpaan Islam. Dan apa yang akan terjadi di masa mendatang (dengan ijin Allah) adalah kemuliaan Islam dan muslimin serta kemajuan masyarakat Islam. Ini adalah masa depan yang pasti. Setiap bangsa harus berusaha. Tidak ada tujuan dan produksi yang dapat diraih tanpa upaya, tanpa kerja keras dan tanpa kerja sama serta saling memaafkan. Kami optimis dan insyaallah membantu kita, bangsa Iran dan seluruh umat Islam di jalan ini dan kita semua mendapat rahmat Ilahi."

Read 845 times