Kelompok BRICS yang terdiri dari lima negara Rusia, Cina, India, Brazil dan Afrika Selatan sebagai kekuatan internasional baru dan dikenal menyusul meluasnya kerja sama finansial dan ekonomi antara anggota serta perubahan di struktur internasional saat ini. Anggota BRICS juga dikenal paling aktif, berpengaruh dan menentukan di kelompok 20.
Brasilia, ibukota Brazil sejak 13-14 November menjadi tuan rumah KTT BRICS, tempat berkumpulnya pemimpin Brazil, Afrika Selatan, Cina, India dan Rusia. KTT BRICS pertama kali digelar tahun 2009 di Rusia. Peningkatan peran BRICS menjadi agenda para pemimpin negara anggota. Berbagai prediksi menunjukkan bahwa ekonomi bersama negara anggota BRICS hingga tahun 2035 akan melampaui kelompok G-7 dan ini indikasi pentingnya BRICS di tingkat ekonomi, perdagangan dan ekonomi internasional.
Oleh karena itu, Amerika sangat menentang kekuatan BRICS yang sama halnya dengan kian kuatnya multilateralisme. Tak hanya itu, Washington juga berupaya untuk tetap mempertahankan hegemoninya di tingkat internasional melalui penerapan kekerasan dan pemaksaan tuntutannya kepada negara lain.
Pendekatan Amerika ini kian mencolok di era pemerintahan Donald Trump, dan salah satu indikasinya adalah meletusnya perang dagang antara negara ini dan Cina telah menuai kritik keras Rusia sebagai salah satu anggota BRICS. Presiden Rusia Vladimir Putin di KTT Brazil mengatakan, "Tak diragukan lagi di kondisi saat ini, ekonomi dunia semakin terpengaruh metode persaingan tidak adil termasuk sanksi sepihak yang mayoritasnya memiliki motif politik, dan masalah ini mencageh laju ekonomi yang adil bagi berbagai negara dunia."
Statemen Putin ini mengacu pada kebijakan dan sikap dagang Donald Trump yang jelas-jelas menekankan keunggulan Amerika dan keharusan pemerintah lain mengikuti kebijakan Washington serta mengedepankan kepentingan dagang dan ekonomi Amerika.
Trump mengejar kebijakan proteksionisme ekonomi yang sama halnya dengan meningkatkan tarif dan menciptakan beragam pembatasan dengan dalih melindungi industri dalam negeri dan menerapkan sanksi sepihak dengan tujuan menyingkrikan rival dagang Washington.
Sekaitan dengan ini, Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev di awal November 2019 memperingatkan, mengejar kebijakan sanksi akan mengakibatkan meletusnya perang dagang yang luas.
Mengingat kondisi ini, negara-negara anggota BRICS telah mengambil langkah yang jelas untuk meningkatkan ekonomi mereka dan mencegah berkurangnya kesejahteraan warganya. Anggota BRICS seraya mengkritik pendekatan sepihak Washington menuntut penerapan sistem dagang multi dan sistematis untuk menjamin perdagangan internasional yang transparan, tanpa diskriminasi, bebas dan komprehensif.
Anggota BRICS seraya menekankan pentingnya menjaga komitmen mereka di bidang perdagangan global, menghendaki perlawanan dihadpaan aksi-aksi dagang diskriminatif, khsusunya langkah dagang Donald Trump. Sekaitan dengan ini, Putin menyatakan, Rusia berencana mempersiapkan program ekonomi khusus dan luas bagi pengembangan kerja sama antar negara-negara anggota BRICS untuk pertemuan mendatang yang dijadwalkan digelar Juli 2020 di kota St. Petersburg.
Rusia meyakini bahwa transformasi internasional dan realita sistem global mendukung arus ke arah sistem multipolar. Sementara Amerika melalui penekanan untuk mempertahankan sistem monopolar dan upaya untuk memainkan peran polisi dunia serta memaksakan kehendaknya termasuk penjatuhan sanksi dan tarif cukai, ingin mengejar tujuan dan ambisinya melalui unilateralisme.