Benny Gantz Jatuh ke Pangkuan Arab

Rate this item
(0 votes)
Benny Gantz Jatuh ke Pangkuan Arab

 

Atas dukungan perwakilan Arab di Parlemen rezim Zionis, Benny Gantz lancar menuju kursi Perdana Menteri Israel.

Kini partai Arab memiliki kursi terbanyak dalam sejarah Parlemen Israel. Meskipun blok Arab mengatakan bahwa tidak akan memiliki wakil dalam Kabinet, tetapi mereka berjanji untuk menyingkirkan Benjamin Netanyahu dengan segala kekuatannya.

Saat ini, Benny Gantz akan menyusun Kabinet dalam beberapa pekan dan Kabinet Gantz akan terdiri dari minoritas hingga dibutuhkan dukungan kelompok khusus yaitu warga Arab atau Arab-Israel untuk melanggengkan kekuasaannya.

Dengan kata lain, kelanggengan Benny Gantz tergantung pada suasana hati penduduk Palestina. Dari sini, bisa dipastikan bahwa akan terjadi revolusi pada sosial politik rezim Zionis.

Berbeda dengan masa pemerintahan Benjamin Netanyahu yang terus menekan Arab dan melawan warga Palestina. Benny Gantz meskipun ingin melakukan hal aneh, hal tersebut tidak akan begitu signifikan menusuk hati Arab, karena Arab akan meninggalkan daftar pendukung setia dengan sangat mudah.

Blok Arab-Israel mampu mencuri 15 kursi dalam Pemilu terakhir, yaitu 2 kursi lebih banyak dari periode kemaren. Hal ini menjadikan Arab sebagai kelompok ke-3 terkuat dalam Parlemen Knesset.

Bisa dibayangkan bahwa akhir cerita terpilihnya Benny Gantz akan meniupkan kabar baik bagi Palestina, minimal bisa meniupkan suara lirih minoritas.

Arah politik sayap Kiri moderat pendukung Benny Gantz akan menyebabkan pemerintahannya berupa pemerintahan moderat. Dari sisi ini, juga bisa diprediksi bahwa konflik daerah pendudukan akan semakin menipis.

Hal yang perlu diperhatikan untuk masa depan Palestina adalah harus dilihat apakah Benny Gantz akan melaksanakan deal of the century atau akan mengadakan negosiasi baru demi rancangan lain?

Meskipun politik pendukung Benny Gantz dengan Netanyahu berbeda (lebih ke kekiri-kirian), namun jangan dilupakan bahwa salah satu pondasinya dalam menuju kursi Perdana Menteri adalah tikungan sayap kanan Avigdor Lieberman yang merestui kepemimpinannya di ujung hari.

Sementara di antara petinggi aliansi Biru-Putih sebenarnya diisi oleh pihak-pihak yang memiliki background militer dan perang. Bahkan Benny Gantz sendiri pernah menduduki kursi kepala staf umum militer Israel, contohnya lagi Gabi Ashkenazi dan Moshe Ya’alon.

Aksi politik petinggi di atas tidak terlalu berbeda dengan Benjamin Netanyahu, mungkin hanya di beberapa sisi, mereka tidak terlalu ekstrim.

Hal terbaru dari situasi terbaru Israel adalah butuhnya pemerintahan baru kepada kelompok Arab. Hal inilah yang mungkin bisa dijadikan tali jerat Israel agar tidak semena-mena mendiktekan kepentingan pribadi.

Dan mungkin saja nanti, Benny Gantz dan pendukungnya mendapatkan kesempatan untuk menarik dukungan partai Likud dan Netanyahu sehingga mereka mengusir Arab dari buku pendukung. Maka kita akan menyaksikan ekstrimisme politik yang kembali mengental.

Melihat hal-hal yang terjadi akhir-akhir ini di tengah-tengah merebaknya Coronavirus, bisa disimpulkan bahwa Benjamin Netanyahu akan bernasib seperti pendahulunya seperti Ehud Olmert yang terusir karena kejahatan finansial.

Di lain pihak, sebagian politik dalam negeri Tel Aviv bergantung pada politik Amerika Serikat. Jika Demokrat menang dan menguasai Gedung Putih, maka tidak akan ada kesempatan bagi Netanyahu bersama pendukungnya untuk bernafas untuk mengembalikan kekuatan dan kekuasaan.

Akan tetapi harus diperhatikan apa yang akan terjadi di Washington dan Israel? Lihat pula arah pemerintah Benny Gantz kemana akan berlari?

Read 747 times