Hari Mubahalah adalah hari dimana Nabi Muhammad Saw mengajak unsur manusia terbaiknya. Poin penting dalam masalah Mubahalah adalah kata "Wa Anufusana Wa Anfusakum", begitu juga "Wa Nisaana Wa Nisaakum". Nabi Muhammad Saw memilih manusia yang paling mulia di matanya. Beliau membawa mereka untuk menjadi bukti dan pembeda antara kebenaran dan kebatilan serta parameter yang jelas bagi semua.
Ini satu peristiwa yang tidak pernah terjadi sebelumnya, dimana dalam urusan tabligh dan menjelaskan hakikat, Nabi Muhammad Saw membawa orang-orang yang paling dicintainya; anak perempuannya, dua cucunya dan Imam Ali as sebagai saudara dan penggantinya. Ciri khas Mubahalah ada pada masalah ini.
Hal ini menunjukkan betapa dalam menjelaskan dan menyampaikan hakikat begitu pentingnya sampai beliau membawa orang-orang yang paling dikasihinya. Karena beliau menghadapi tantangan dari Kristen Najran untuk bermubahalah. Siapa yang benar akan tetap hidup dan siapa yang salah akan musnah atau terkena azab ilahi.
Peristiwa ini juga terjadi di Karbala dan benar-benar terlaksana. Imam Husein as dalam menyampaikan hakikat dan melakukan pencerahan sepanjang sejarah membawa keluarganya yang dicintai. Imam Husein as jelas mengetahui apa yang akan terjadi. Beliau mengajak Sayidah Zainab as, begitu juga istrinya, anaknya, dan saudaranya.
Apa yang terjadi di Karbala juga merupakan masalah tabligh agama. Tabligh dengan makanya yang hakiki. Menyampaikan pesan dan memberikan pencerahan. Dengan cara ini dapat dipahami tentang dimensi masalah tabligh. Betapa pentingnya tabligh itu.
Dalam khutbahnya Imam Husein as berkata:
من رأى سلطانا جائرا مستحلّا لحرم اللَّه ناكثا لعهداللَّه... و لميغيّر عليه بفعل و لا قول كان حقّا على اللَّه ان يدخله مدخله
"Barangsiapa yang melihat penguasa zalim menghalalkan apa yang diharamkan Allah Swt dan melanggar janji Allah ... Dan ia tidak melakukan perubahan dengan perbuatan atau ucapan, maka Allah berhak untuk memasukkannya ke tempat layak baginya."
Yakni, ketika seorang penguasa sedang berusaha untuk merusak agama, maka harus melakukan pencerahan baik dengan ucapan atau perbuatan. Imam Husein as melakukan upaya pencerahan itu. Biaya yang ditanggung juga sangat besar. Beliau membawa keluarga, istri, orang-orang yang dicintainya, keturunan Imam Ali as dan Sayidah Zainab as. Beliau membawa mereka di tengah-tengah upaya menjelaskan hakikat agama. (Pidato dalam pertemuan dengan santri dan ulama, 22/9/1388) (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)