Perubahan di Asia Barat dan Peringatan ke-72 Hari Nakba

Rate this item
(0 votes)
Perubahan di Asia Barat dan Peringatan ke-72 Hari Nakba

 

Peringatan Hari Nakba ke-72 digelar di kondisi pemerintah Amerika Serikat mengumumkan secara resmi rencana rasis Kesepakatan Abad dan nilai Palestina di kebijalan luar negeri sejumlah negara Arab mulai menurun.

Mei 1948 adalah salah satu bulan paling pahit dalam sejarah Palestina. 14 Mei 1948 Rezim Zionis palsu secara resmi didirikan di tanah Palestina. 15 Mei 1948, satu hari setelah pembentukan Israel, terjadi salah satu kejahatan terbesar rezim Zionis terhadap Palestina. Pada hari ini, lebih dari 800.000 dari 1,4 juta warga Palestina diusir secara paksa dari tanah dan rumah mereka.

Image Caption
Dengan kata lain, di hari ini sekitar 60 persen populasi Palestina secara paksa diusir dari tanah air mereka. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Nakba mengingatkan dua memori sangat buruk di benak bangsa Palestina dan opini publik. Pertama adalah pembentukan rezim Zionis pada 14 Mei 1948 dan kedua pengusiran lebih dari 800 ribu warga Palestina dari tanah air mereka pada 15 Mei 1948. Kini jumlah pengungsi Palestina mencapai enam juta orang.

Orang-orang Palestina menyebut peringatan pengusiran ratusan ribu warga Palestina dari tanah air mereka "hari Nakba" atau "hari kesengsaraan atau bencana." Warga Palestina merayakan 15 Mei setiap tahun sebagai hari simbolis pengusiran paksa, penghancuran tatanan sosial dan budaya mereka oleh Israel, dan setiap tahun pada 15 Mei, mereka menggelar aksi demo untuk menunjukkan sifat pendudukan dan kriminalitas Israel. "Nakba" adalah kata Arab yang berarti "musibah" dan rezim Israel adalah musibah yang menimpa tanah bersejarah Palestina, dan kedalaman malapetaka ini meningkat dari hari ke hari.

Sama seperti pembentukan Amerika Serikat dimulai dengan imigrasi Eropa dan pembantaian warga pribumi, rezim Zionis Israel juga dibentuk dengan pembantaian terhadap umat Muslim dan penduduk asli yakni warga Palestina. Ketika warga Palestina memperingati 14 Mei sebagai hari Nakba, Israel memperingatinya sebagai hari ulang tahunnya (HUT).

Pertanyaan terpentinh di sini adalah selama 72 tahun lalu, apa musibah lain yang diberikan Israel kepada warga Palestina? Realitanya adalah meski 14 Mei atau 15 Mei ditetapkan sebagai hari Nakba, namun ada hari dan tahun-tahun beragam di sejarah kejahatan Israel terhadap bangsa Palestina. Tahun 1948 dapat disebut sebagai tahun terburuk bagi bangsa Palestina.

Selama pendudukan Palestina pada tahun 1948, rezim Zionis juga menghancurkan sekitar 531 kota dan desa Palestina, melakukan pembantaian dan membantai lebih dari 15.000 warga Palestina. Hari-hari intifada pertama dan kedua, meskipun hari-hari perlawanan rakyat Palestina terhadap kejahatan rezim Zionis, ribuan orang Palestina mati syahid, terluka atau terlantar selama hari-hari ini.

Meski demikian sepertinya selama empat tahun terakhir, tercatat empat hari Nakba bagi rakyat Palestina. Hari pertama adalah 21 Januari 2017, hari resmi kedatangan Donald Trump di Gedung Putih. Meskipun semua presiden AS telah berjanji untuk membela rezim Zionis, Donald Trump tanpa ragu adalah presiden Amerika Serikat yang paling rasis, yang secara terbuka dan terang-terangan menekankan dukungannya untuk Israel dan kepentingan rezim palsu ini.

Hari kedua adalah 6 Desember 2017, hari ketika Donald Trump mengumumkan tindakan ilegal bahwa ia menganggap Yerusalem sebagai ibukota Israel dan akan memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem. Hari ketiga adalah 14 Mei 2018. Pemerintah AS, atas perintah Donald Trump dan di hadapan Ivanka Trump, putri presiden, secara resmi memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem pada 14 Mei 2018, untuk menjadikan 14 Mei sebagai hari paling pahit dalam sejarah Palestina.

Image Caption
Faktanya, orang-orang Palestina menggelar demonstrasi besar pada 15 Mei 2018, pada hari tragedi itu, ketika Amerika Serikat secara ilegal memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem hanya sehari sebelumnya, pada 14 Mei. Karena itu, Hanan Ashrawi, anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), menyebut pembukaan Kedutaan Besar AS di Yerusalem sebagai hari kesengsaraan baru bagi Palestina, yang terjadi dalam bayang-bayang kesunyian internasional.

Hari keempat adalah 28 Januari 2020, hari Presiden AS Donald Trump secara resmi meluncurkan rencana rasis Kesepakatan Abad di hadapan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan duta besar dari tiga negara Arab yaitu Bahrain, Uni Emirat Arab dan Oman.

Jika pada 15 Mei 1948, rezim Zionis secara paksa mengusir sekitar 800.000 warga Palestina, maka Donald Trump pada 28 Januari 2020 melalui kesepakatan abad dan secara tidak langsung mengusir sekitar 6 juta warga Palestina, mencabut hak kepulangan enam juta pengungsi Palestina, karena melalui rencana ini, ia telah mencabut hak kepulangan enam juta pengungsi Palestina ke tanah air mereka serta pengungsi ini tidak diberi hak untuk kembali.

Peringatan ke-72 Hari Nakba datang ketika tiga acara besar menarik perhatian. Peristiwa pertama adalah rencana kesepakatan abad ini, banyak bagian yang telah dilaksanakan, dan dijadwalkan mulai 1 Juli, kabinet Israel di bawah dukungan langsung pemerintah AS akan menerapkan aneksasi bagian-bagian Tepi Barat ke wilayah-wilayah pendudukan supaya geografi Paletina semakin kecil dari sebelumnya.

Insiden kedua adalah pecahnya kabinet yang belum pernah terjadi sebelumnya di Palestina pendudukan (Israel). Setelah setahun mengalami kebuntuan politik, Netanyahu dan Benny Gantz, pemimpin Partai Biru dan Putih, akhirnya setuju untuk membentuk kabinet yang komprehensif untuk mengatasi krisis politik. Situasi ini menunjukkan terutama bahwa meskipun dukungan komprehensif Barat, terutama Amerika Serikat, untuk rezim Zionis, perpecahan internal rezim ini dan tantangannya meningkat dari hari ke hari.

Peristiwa ketiga adalah penurunan nilai Palestina dan kekacauan dalam kebijakan luar negeri beberapa negara Arab, terutama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Tidak diragukan lagi, Donald Trump dan Benjamin Netanyahu tidak mungkin mampu meresmikan rencana rasis kesepakatan abad ini tanpa dukungan dari negara-negara Arab.

Negara-negara Arab tidak hanya mengurangi pertahanan Palestina dalam kebijakan luar negerinya, tetapi juga secara resmi bergerak ke arah normalisasi hubungan dengan rezim kriminal ini untuk mendukung kejahatan rezim terhadap Palestina.

"Tentu saja dukungan dari beberapa negara anggota Dewan Kerjasama Teluk Persia (PGCC) yakni Bahrain, Uni Emirat Arab dan Oman, untuk pengungkapan rencana perdamaian yang disebut 'Perjanjian Abad'," yang diresmika Presiden AS Donald Trump 28 Januari sebuah langkah lain dalam deklarasi normalisasi formal atau semi formal mengenai hubungan dengan Israel," tulis Professor Dr. Jassim Younis Al-Hariri, seorang analis Teluk Persia.

Mengingat perstiwa ini, sepertinya kejahatan rezim Zionis Israel terhadap bangsa Palestina hingga Hari Nakba 2021 akan meningkat dan akan terbantuk babak baru konfrontasi Muqawama Palestina dan Israel.

Read 651 times