Demonstrasi pemukim Zionis yang memprotes kinerja pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dibalas dengan kekerasan oleh aparat keamanan rezim Zionis Israel.
Wilayah pendudukan dalam beberapa minggu terakhir menyaksikan unjuk rasa memprotes kinerja pemerintah Netanyahu. Akar demonstrasi ini adalah kegagalan kabinet Netanyahu menangani wabah Virus Corona yang berujung dengan bertambahnya masalah ekonomi warga.
Pemukim Zionis percaya pemerintah Netanyahu melakukan praktik korupsi bersar-besaran. Oleh karena itu kombinasi dari krisis kesehatan, ekonomi dan korupsi menjadi pemicu demonstrasi di wilayah pendudukan.
Di depan kediaman Netanyahu, para demonstran Israel meneriakkan ketidakpuasan mereka atas kinerja PM Israel, dan menuntut pengunduran dirinya. Berdasarkan hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh Kanal 12 TV Israel, 58 persen warga Zionis mengaku tidak puas dengan kinerja pemerintah Netanyahu.
Seiring dengan meluasnya demonstrasi, dan bertambahnya pengujuk rasa, kekerasan yang dilakukan aparat keamanan Israel juga meningkat. Polisi Israel untuk membubarkan massa yang beraksi di depan rumah Netanyahu, pada Kamis (23/7/2020) malam, bentrok dengan demonstran, dan menangkap sedikitnya 55 orang.
Surat kabar Haaretz menulis, demonstrasi damai warga Israel berubah menjadi kerusuhan dan kekerasan setelah polisi menyerang para demonstran. Sejumlah laporan menyebutkan para demonstran Israel yang ditangkap itu mengalami penyiksaan oleh polisi.
Tampaknya kekerasan yang dilakukan aparat keamanan Israel untuk menjawab unjuk rasa damai warga Zionis mengungkap substansi rezim penjajah Israel, yang ternyata tidak hanya menindas rakyat Palestina, tapi juga warganya sendiri yang memprotes buruknya kinerja pemerintah.
Peristiwa di Amerika Serikat saat polisi mematahkan leher George Flyoid dengan lututnya terulang di Israel, sehingga semakin memicu kemarahan warga Zionis. Salah seorang oposan pemerintah Israel, Moshe Yaalon menyebut wali kota dan polisi Israel tidak becus menangani unjuk rasa karena menggunakan kekerasan.
Sekarang sepertinya Benjamin Netanyahu benar-benar berada dalam posisi kritis. Selain didemo besar-besaran, dan dituntut mundur, ia juga masih harus menghadapi meningkatnya eskalasi friksi dengan Benny Gantz. Maka dari itu kemungkinan runtuhnya pemerintah Netanyahu semakin menguat.
Kondisi ini menunjukkan bahwa pembentukan kabinet koalisi bukan saja tidak berhasil mencegah krisis politik di Israel, bahkan telah meningkatkannya.