Upaya telah banyak dilakukan untuk mengakhiri perang antara Azerbaijan dan Armenia, namun perang yang disebabkan oleh masalah Nagorno-Karabakh ini berlanjut dan telah menimbulkan korban nyawa dan materi dari kedua belah pihak.
Nagorno-Karabakh yang disengketakan secara resmi adalah bagian Azerbaijan, namun penduduknya didominasi oleh etnis Armenia. Konflik yang terjadi sekarang adalah yang terburuk dalam beberapa dekade, dan kedua kubu menyalahkan satu sama lain.
Pertempuran baru pecah hanya sehari setelah perundingan di Washington untuk menghentikan pertikaian antara Azerbaijan dan Armenia di Nagorno-Karabakh.
Menurut Kementerian Pertahanan Azerbaijan, pertempuran di dalam dan sekitar Nagorno-Karabakh, wilayah Azerbaijan yang dihuni dan dikontrol etnik Armenia.
Pejabat lokal menuduh pasukan Azerbaijan menyerang gedung-gedung di Stepanakert, kota terbesar di wilayah itu. Namun tuduhan itu dibantah pemerintah Baku.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo telah bertemu secara terpisah dengan Menlu Azerbaijan dan Armenia pada Jumat, 23 Oktober 2020 dalam upaya baru untuk mengakhiri hampir sebulan pertumpahan darah.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin menduga konflik itu telah menewaskan 5.000 orang. Pelanggaran terhadap dua gencatan senjata yang ditengahi Rusia telah mengurangi kemungkinan berakhirnya pertempuran yang terjadi sejak pada 27 September 2020 di Nagorno-Karabakh.
Sementara itu, peran Turki, sekutu utama Azerbaijan, juga menimbulkan masalah lain karena orang-orang Armenia membenci negara Turki modern karena penolakannya untuk mengakui pembantaian orang-orang Armenia pada era Kekaisaran Ottoman sebagai genosida.
Sementara itu, Presiden Republik Islam Iran Hassan Rouhani memperingatkan bahwa pertempuran dua negara tetangganya, Azerbaijan dan Armenia, bisa meningkat menjadi perang regional yang lebih luas.
Rouhani pada hari Rabu (7/10/2020) mengungkapkan bahwa dia berharap untuk dapat "memulihkan stabilitas" di kawasan setelah beberapa hari perang hebat antara Azerbaijan dan Armenia di Nagorno-Karabakh.
"Kita harus penuh perhatian (agar) perang antara Armenia dan Azerbaijan tidak menjadi perang regional. Perdamaian adalah dasar dari kerja kami dan kami berharap dapat memulihkan stabilitas kawasan dengan cara damai," kata Presiden Rouhani, Rabu (7/10/2020).
Presiden Rouhani juga menyinggung adanya mortir dan roket yang mendarat di desa-desa di Iran, tepat di seberang perbatasan utara dengan Armenia dan Azerbaijan. Dia menegaskan, peluru dan rudal yang secara tidak sengaja mendarat di tanah Iran "sama sekali tidak dapat diterima".