Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Khamenei dalam pidato memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw dan kelahiran Imam Ja'far Shadiq hari Selasa (3/11/2020) menegaskan dua isu sentral mengenai urgensi persatuan Islam dan kebijakan rasional resistensi melawan hegemoni AS.
Rahbar menjelaskan pentingnya persatuan di dunia Islam dalam kondisi global yang sensitif saat ini. Beliau juga menyinggung motif di balik layar penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw yang dilakukan media Prancis yang didukung Presidennya, Emannuel Macron, dengan mengatakan, "Dukungan getir dan buruk dari pemerintah Prancis dan beberapa negara lain terhadap tindakan penghinaan [kepada Nabi Muhammad Saw] ini menunjukkan adanya plot yang terorganisir di balik tindakan tersebut, sebagaimana terjadi di masa lalu,".
Ayatullah Khamenei menyebut pembelaan presiden dan pemerintah Prancis terhadap barbarisme budaya dan tindakan kriminal karikaturis, sebagai satu sisi gambar dari mata uang dengan sisi lainnya mendukung rezim despotik Saddam dahulu.
Poin penting lainnya dalam pidato Rahbar kemarin mengenai identifikasi karakter asli rezim arogan global, terutama Amerika Serikat. Selama bertahun-tahun, Amerika Serikat berusaha untuk mendominasi dunia dengan menggunakan segala cara yang dimilikinya, bahkan melakukan hegemoni dan monopoli di bidang sains dan teknologi.
Faktanya, Amerika Serikat untuk pertama kalinya menggunakan sains untuk menghancurkan dua kota di Jepang, Hiroshima dan Nagasaki dengan senjata nuklir. AS memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan hegemoninya. Tidak hanya itu, Amerika Serikat juga meluncurkan perang pre-emptive yang terjadi setelah peristiwa 11 September 2001.
Sebagian dari rekam jejak kelam AS ini mengindikasikan signifikansi pernyataan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mengenai urgensi perlawanan terhadap hegemoni AS di tingkat global, dan pemanfaatan potensi besar dunia Islam untuk melawannya demi kebaikan bersama umat manusia.
Rahbar dalam pidatonya menyinggung urgensi persatuan Islam dalam kondisi getir dunia Islam dewasa ini, seperti perang lima tahun di Yaman dan pemboman brutal terhadap rakyatnya oleh Arab Saudi, maupun penghinaan beberapa rezim yang mempermalukan Umat Islam dengan mengabaikan masalah Palestina. Ayatullah Khamenei menekankan bahwa persoalan yang menimpa bangsa dan negara Muslim dari Kashmir hingga Libya akan bisa diselesaikan dengan persatuan Islam.
Ayatullah Khamenei menyebut faktor utama permusuhan Amerika Serikat terhadap Republik Islam disebabkan karena bangsa Iran tidak mau menerima dikte AS yang menindas dan menolak mengakui dominasi mereka. Ayatullah Khamenei menegaskan, "Permusuhan ini akan terus berlanjut dan satu-satunya cara untuk menyelesaikannya dengan membuat musuh putus asa, sehingga mereka tidak lagi melanjutkan serangan terhadap rakyat dan pemerintah Iran,".
Pernyataan Rahbar mengingatkan pada pelajaran sejarah dan fakta bahwa perilaku AS tidak berubah dari dulu hingga sekarang. Itulah sebabnya Ayatullah Khamenei memandang transisi kekuasaan di AS tidak akan mengubah kebijakan Iran. Di sisi lain, fenomena pilpres AS dalam pandangan Rahbar sebagai cermin dari wajah buruk demokrasi liberal di negara ini. Ayatullah Khamenei menekankan, "Terlepas dari siapa yang akan berkuasa di Amerika Serikat, situasi saat ini menunjukkan degradasi moral hingga sosial yang parah di Amerika Serikat. Pada akhirnya, berlanjutnya kondisi demikian akan mengarah pada kepunahan dan kehancuran,".
Pidato Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran yang membahas berbagai dimensi menekankan masalah strategis yang ditekankan berulangkali sebelumnya. Sebuah kunci yang terus ditegaskan Rahbar sebagai pengingat bahwa permusuhan Washington terhadap Tehran disebabkan karena bangsa Iran tidak mau menerima kebijakan opresif AS, dan satu-satunya opsi dengan melanjutkan perlawanan hingga musuh putus asa. Dalam konteks global, umat Islam harus kuat dan memperkuat semua sarana yang dibutuhkan dalam melawan hegemoni Barat.