Rakyat Turki menggelar demonstrasi menentang penempatan rudal-rudal Patriot di negaranya.
Kebijakan pemerintah Turki yang menempatkan sejumlah rudal Patriot di wilayah perbatasan negara ini dengan Suriah, menuai protes keras ribuan warga. Demikian dilaporkan ISNA (10/12) mengutip TV Al Manar.
Beberapa ketua partai oposisi Turki dalam demonstrasi ini menegaskan bahwa politik pemerintah Recep Tayyip Erdogan, Perdana Menteri Turki akan menyeret negara itu ke dalam perang.
Sementara itu, pemerintah Turki mengaku penempatan Patriot itu dimaksudkan untuk melindungi warganya dari bahaya potensial rudak-rudal Suriah, padahal mayoritas rakyat negara itu menggelar aksi memprotes langkah pemerintah tersebut.
Menurut keterangan surat kabar Turki, Todays Zaman, setidaknya 600 tentara asing beserta enam rudal Patriot akan ditempatkan di wilayah perbatasan Turki dan Suriah.
Rudal-rudal darat ke udara yang mampu melumpuhkan rudal-rudal balistik itu, dalam waktu empat sampai lima pekan akan dipindahkan ke Turki melalui jalur laut.
Jerman, Amerika Serikat dan Belanda adalah negara-negara anggota NATO yang memiliki jenis-jenis rudal Patriot paling mutakhir. Ketiga negara ini sepakat masing-masing mengirimkan dua rudal Patriotnya ke Turki.
Jerman dan Belanda mengumumkan akan mengirimkan dua Patriot dilengkapi dengan pelontar multi fungsinya ke Turki. Parlemen kedua negara itu rencananya akan mensahkan kebijakan penempatan rudal Patriot di Turki yang diambil pemerintah.
Enam pelontar rudal negara-negara NATO itu mampu memuat 16 rudal Patriot, dan masing-masing sistem membutuhkan 100 tentara untuk mengoperasikannya. Oleh karena itu, Jerman, AS dan Belanda setidaknya harus mengirim 600 tentara ke Turki.
Biaya transportasi sistem pertahanan ini ditanggung negara pengirim, dan Turki sendiri harus menanggung biaya para tentara yang ditempatkan di wilayahnya.
Pemerintah Belanda mengumumkan bahwa rudal-rudal itu tidak boleh dipergunakan untuk aksi-aksi permusuhan.
Mark Rutte, Perdana Menteri Belanda dalam konferensi pers mingguannya mengatakan, "Tujuan utama penempatan sistem pertahanan rudal ini bukan untuk menciptakan sebuah zona larangan terbang atau dilakukannya invasi."
Menteri Pertahanan Belanda, Jeanine Hennis mengatakan, "Rudal-rudal ini akan tiba di Turki pada pertengahan bulan Juni 2013."