Demonstrasi-demonstrasi anti-pemerintah di sejumlah kota di Mesir, begitu juga upaya-upaya para demonstran untuk menduduki kantor-kantor Ikhwanul Muslimin dan bahkan kediaman Presiden Muhammad Mursi, menunjukkan bahwa ada perubahan signifikan dalam krisis yang tak kunjung usai di negara Piramida itu.
Jumat, 26 April 2013 lalu massa berkonsentrasi di depan istana kepresidenan. Sekalipun aksi unjuk rasa itu berakhir dengan bentrok fisik antara demonstran dan polisi, namun para pengunjuk rasa tidak mempedulikannya dan terus meneriakkan slogan-slogan anti-Ikhwanul Muslimin. Bersamaan dengan itu, rumor tersebar di tengah masyarakat bahwa Kementerian Dalam Negeri tengah membentuk pasukan pendukung Presiden Mursi. Namun Kemendagri membantah rumor tersebut dan menegaskan bahwa militer Mesir akan menjalankan tugasnya tanpa intervensi politik dari pihak manapun.
Banyak pengamat politik percaya, tidak menutup kemungkinan memang ada sejumlah kelompok yang sedang berusaha memperkeruh situasi dan menyibukkan pemerintah dengan masalah-masalah tidak urgen untuk memancing di air keruh. Kelompok liberal, kiri dan kelompok yang masih loyal terhadap rezim terguling terbukti tidak senang dengan kondisi Mesir sekarang. Mereka sedang berusaha memperburuk kondisi dan menggunakannya sebagai alat untuk menekan Kairo agar mau memenuhi keinginannya.
Front Penyelamat Nasional yang menghimpun kaum liberal dan politikus-politikus era Mubarak, saat ini dikenal sebagai ikon arus pergerakan tersebut. Mereka berperan dalam aksi-aksi pembangkangan sosial di Mesir dalam beberapa bulan terakhir. Mereka bahkan ditengarai berada di balik kerusuhan-kerusuhan berdarah yang terjadi di negara itu dan mereka jugalah yang melemparkan isu cacatnya pemilu yang akan digelar akhir tahun ini sehingga masyarakat pesimis dengan hasilnya. Pasalnya, mereka khawatir Ikhwanul Muslimin akan kembali memenangkan pemilu parlemen kali ini.
Disamping Front Penyelamat Nasional, terdapat beberapa kelompok yang tidak jelas identitasnya di Mesir seperti kelompok Black Bloc yang mendalangi sejumlah aksi kerusuhan. Demonstrasi yang terjadi kemarin juga dipelopori oleh kelompok Black Bloc, kelompok yang terang-terangan memproklamasikan diri sebagai oposan pemerintah Mursi dan mendapat suntikan dana dari luar Mesir.
Dengan memperhatikan kondisi yang ada, jelas bahwa arah politik baru Mesir menghadapi ancaman serius dari dalam dan luar. Pada kondisi seperti ini, satu-satunya jalan adalah sikap petinggi Mesir untuk duduk bersama menyelesaikan masalah tanpa intervensi asing. (IRIB Indonesia)