Tafsir Al-Quran, Surat Al-Araf Ayat 63-66

Rate this item
(0 votes)

Ayat ke 63

Artinya:

Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu dan mudah-mudahan kamu bertakwa dan supaya kamu mendapat rahmat? (7: 63)

 

Sebelumnya telah disinggung mengenai peristiwa pengangkatan Nabi Nuh as dan penghinaan yang dilakukan oleh pemuka-pemuka kaumnya. Dalam ayat ini Nabi Nuh as menjawab berbagai pernyataan mereka dengan mengatakan, apakah Allah Swt ajaran-ajaran Islam yang disampaikan Allah kepada umat manusia ciptaan-Nya lewat seorang hambanya dilakukan dengan cara yang bijaksana, ataukah merupakan suatu perkara yang tidak masuk akal dan mengherankan? Bila semua itu masuk akal, lalu mengapa kalian memperlakukanku seperti ini?

 

Bukankah tugasku hanya sekadar memberi peringatan? Dan apakah aku meminta sesuatu dari kalian, sehingga kalian harus melarikan diri? Apakah kalian tidak ingin mendapatkan rahmat Ilahi? Jika kalian ingin, maka bertakwalah dan jauhkanlah diri kalian dari segala perbuatan jahat dan jelek!

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Tujuan diturunkannya wahyu adalah untuk membimbing umat manusia melalui peringatan dan ancaman.

2. Para nabi meminta kepada masyarakat, bahkan meminta kepada para penguasa dan tokoh-tokoh masyarakat, namun perkara ini tidak bisa diterima oleh mereka.

 

Ayat ke 64

 

Artinya:

Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya). (7: 64)

 

Sekalipun dasar siksaan dan balasan pahala Allah itu pada Hari Kiamat, tetapi dalam sebagian kondisi Allah Swt telah menunjukkan berbagai sisi azab-Nya di dunia kepada orang-orang Kafir. Meskipun dalam ayat ini disebutkan, keras kepala dan acuh tak acuhnya kaum Nabi Nuh as, akhirnya Allah memerintahkan kepada Nabi Nuh as untuk membuat perahu besar. Lalu orang-orang Mukmin tersebut dinaikkan kedalam perahu itu, sehingga mereka bisa terselamatkan dari tenggelam dan topan besar. Di akhir ayat tersebut dikatakan, mereka yang tidak perduli dan acuh tak acuh dalam menyaksikan kebenaran, bahkan tidak ingin samasekali melihat kebenaran, kini mendapat azab yang besar semacam ini, sehingga generasi mereka menjadi terputus.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Iman kepada Allah telah menyebabkan keselamatan, sedang kebohongan merupakan jalan untuk menuju kehancuran.

2. Peristiwa alam seperti topan, banjir dan lain sebagainya itu di tangan Allah Swt. Alangkah banyak peringatan akan kemurkaan Allah yang ditunjukkan kepada umat manusia.

 

Ayat ke 65

 

Artinya:

Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?" (7: 65)

 

Setelah menjelaskan peristiwa Nabi Nuh as, ayat ini menyinggung kisah Nabi Hud as dan kaum ‘Aad. Menurut berbagai riwayat kaum ‘Aad tinggal dan hidup di kawasan Yaman, selatan Arab Saudi. Mereka memiliki fisik yang kuat, tetapi disibukkan dengan dekadensi moral dan kehancuran akhlak serta menyembah patung-patung berhala. Karena itulah Nabi Hud as diutus di tengah-tengah mereka, sehingga mereka dapat terbebaskan dari cengkraman penyembahan patung-patung berhala. Nabi Hud as juga mengajak mereka menjadi hamba Allah dan memberi petunjuk bagi kesempurnaan umat manusia. Oleh sebab itu, seruan Nabi Hud terhadap kaumnya adalah mengenalkan kepada Tuhan yang sebenarnya. Tuhan Yang Maha Esa dan tidak ada Tuhan selain Dia. Karena itu bersegeralah menuju kepada Allah Swt. Kemudian jauhkanlah diri kalian dari perbuatan yang menjijikkan ini dan bertakwalah kepada-Nya hingga kalian memperoleh kebahagiaan.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Pergaulan para nabi dengan masyarakatnya merupakan pergaulan yang penuh persaudaraan. Mereka adalah para pemimpin dan pembimbing masyarakat yang paling setia dan komitmen.

2. Seruan kepada tauhid dan menjauhkan diri dari perbuatan syirik merupakan inti dari ajaran para nabi utusan sepanjang sejarah.

 

Ayat ke 66

 

Artinya:

Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya kami benar benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang orang yang berdusta". (7: 66)

 

Masyarakat yang semestinya memikirkan dan merenungkan pernyataan Nabi Nuh as malah menghina dan mencaci beliau as. Begitu juga kaum ‘Aad, mereka menyebut Nabi Hud as sebagai orang yang tak berakal dan menilai ajakan beliau sebagai tidak berdasar. Apa saja yang diserukan oleh Nabi Hud as mereka sebut bukan dari sisi Allah, bahkan itu merupakan kebohongan yang diatas namakan kepada Allah.

 

Memang orang-orang Kafir dan Musyrik tidak memiliki logika kecuali tuduhan dan celaan. Mereka tidak pernah menjaga tata krama dan kode etik dalam dialog, bahkan tanpa malu-malu mereka menyebut Nabi Muhammad Saw itu sebagai orang bodoh dan tidak mengerti apa-apa.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Para nabi as senantiasa menemui kesulitan, penentangan dan tuduhan yang tidak pada tempatnya, sekalipun dalam tablignya berusaha menciptakan kondisi yang kondusif. Tapi hal itu tidak membuat mereka putus asa dan meninggalkan risalahnya.

2. Kebodohan dan kepintaran umat manusia didasarkan pada pemahaman mereka terhadap kebodohan itu dan paling dahsyat adalah mereka yang menerima kebohongan.

Read 2155 times