Ayat ke 67
Artinya:
Hud herkata "Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikitpun, tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam. (7: 67)
Sebelumnya telah disebutkan bahwa para pemuka kaum ‘Aad tidak bersedia menerima seruan Nabi Hud as. Mereka yang semestinya mengetengahkan dalil dan alasan penolakan malah menghina dan mencibir Nabi Hud as. Mereka menuduh dan mengatakan bahwa Nabi Hud as bodoh dan tidak mengerti apa-apa. Ayat ini menjelaskan jawaban Nabi Hud as kepada mereka. Nabi Hud as dengan kebesaran jiwa dan kesabaran menolak tuduhan kaumnya tanpa mengotori lisannya dengan hinaan dan cemoohan kepada mereka.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Para nabi dalam melaksanakan tugas tablighnya selalu menghadapi kendala dan problem yang sangat sulit. Namun mereka tidak pernah berputus asa.
2. Kita berkewajiban menolak tuduhan yang dialamatkan kepada kita dan tidak boleh melontarkan tuduhan semacam itu kepada orang lain.
3. Berlapang dada merupakan satu syarat keberhasilan dalam mengajak umat manusia kepada kebenaran.
Ayat ke 68
Artinya:
Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu". (7: 68)
Sebelumnya telah dijelaskan sikap dan perlakuan kasar kaum Nabi Hud as terhadap beliau. Kaum ‘Aad bahkan tidak segan menghina seruan utusan Allah ini. Pada ayat 68 disebutkan bahwa Nabi Hud as tidak membalas kejahatan dan kekurangajaran kaumnya, tetapi tetap berharap kebaikan untuk mereka. Beliau sangat komitmen dalam menyampaikan ajaran Allah kepada masyarakat, tidak mengatakan sesuatu dari diri sendiri dan tidak meminta upah apapun dari mereka.
Sebetulnya masyarakat telah mengenal dan mengetahui kesucian dan kebaikan para nabi, sebelum mereka diutus oleh Allah. Namun sewaktu mereka diseru untuk mengikuti risalah Allah yang dibawa oleh para nabi, mereka menolak mengikuti ajaran yang bertentangan dengan kepentingannya. Mereka juga tidak segan-segan menjadi penghalang misi kenabian dan melontarkan hinaan dan cemoohan kepada nabi.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Para nabi mengerahkan seluruh daya dan upaya dalam menyampaikan ajaran Allah, tanpa mengenal putus asa.
2. Sifat menginginkan kebaikan orang lain dan kejujuran merupakan dua perkara penting yang harus diperhatikan oleh para muballigh Islam. Karena bila hal itu tidak dimiliki oleh para muballigh, maka ajakan dan seruan mereka tidak akan diterima dengan baik oleh masyarakat.
Ayat ke 69
Artinya:
Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan kepadamu? Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. (7: 69)
Ayat ini dan ayat-ayat lainnya dalam al-Quran disebutkan bahwa kaum ‘Aad adalah orang-orang yang memiliki fisik yang besar dan kuat. Al-Quran menceritakan bahwa setelah mereka diazab, mayat mereka tampak bagai batang-batang kurma yang tumbang. Ayat ini berbicara kepada mereka dengan mengatakan, Hud as dari kelompok kalian, bukan dari kaum lain, sehingga kalian sedemikian keras menentangnya. Hud berasal dari golongan dan bangsa kalian. Apa yang dilakukannya adalah demi kebaikan kalian. Apa yang diwahyukan kepadanya hanyalah untuk mengingatkan dan menyadarkan kalian.
Kami telah menurunkan kepadanya hal-hal yang bisa menjauhkan kalian dari kelalaian, sehingga kalian tidak lupa dan selalu mengingat Allah serta bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya. Kebahagian hidup kalian di dunia sangat bergantung pada keyakinan akan penciptaan dan hari pembalasan. Kalian akan berbahagia dengan senantiasa mengingat Tuhan yang membuat kalian kuat, dan menjadikan kalian sebagai ganti kaum Nabi Nuh as yang dimusnahkan oleh Allah Swt akibat penentangan mereka akan seruan kebenaran. Karena itu, jika kalian mengikuti jalan mereka, maka kalian akan bernasib seperti mereka.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Para nabi berasal dari masyarakat, hidup di tengah-tengah masyarakat dan bekerja untuk masyarakat. Nabi tidak merasa lebih baik dari masyarakat.
2. Kekuatan fisik merupakan bagian dari karunia Allah, karena itu ia harus digunakan di jalan yang benar. Jika tidak, hal itu akan mendatangkan kerugian dan kehancuran yang nyata.
Ayat ke 70
Artinya:
Mereka berkata: "Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar". (7: 70)
Ayat ini menunjukkan puncak irasionalitas, ekstrimisme dan sikap keras kepala orang-orang kafir. Tanpa alasan yang logis mereka menolak seruan para nabi, hanya karena mempertahankan adat dan kebiasaan nenek moyang mereka yang tidak menyembah Allah Swt. Bahkan lebih dari itu, menantang turunnya azab dari Allah.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Taklid buta terhadap tradisi dan agama nenek moyang merupakan perkara yang tidak benar. Semuanya harus didasarkan pada logika akal sehat, bukan karena hubungan persaudaraan dan kekerabatan.
2. Fanatisme dan taklid buta yang tidak pada tempatnya membutakan mata manusia untuk melihat kebenaran, bahkan dapat menyeret manusia kepada penentangan.
3. Dalam menghadapi segala bentuk penyelewengan para nabi dengan keberanian tinggi melawan tradisi.
Ayat ke 71
Artinya:
Ia berkata: "Sungguh sudah pasti kamu akan ditimpa azab dan kemarahan dari Tuhanmu". Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan aku tentang nama-nama (berhala) yang kamu beserta nenek moyangmu menamakannya, padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan hujjah untuk itu? Maka tunggulah (azab itu), sesungguhnya aku juga termasuk orang yamg menunggu bersama kamu". (7: 71)
Meski dengan sabar Nabi Hud as menyeru kaum ‘Aad agar menyembah Allah Swt dan sekalipun beliau bersikap lembut dan kasih sayang, namun kaum ini tidak hanya menolak kebenaran, tetapi bahkan menantang datangnya azab. Mereka mengatakan, Apabila Hari Kiamat itu benar dan azab Tuhan itu memang ada, maka di dunia ini juga kami ingin menyaksikannya. Oleh karena itu turunkan azab kepada kami?!
Dalam ayat ini Nabi Hud as mengatakan, "Sesuai dengan keinginan kalian yang keras kepala, azab Allah yang kalian nantikan akan segera diturunkan atas kalian di dunia ini, dan aku juga menunggu datangnya azab tersebut. Karena kalian telah menyembah patung dan berhala yang kalian namakan Tuhan, dan kalian tidak mau menyembah Allah yang menciptakan jagat raya ini. Sesembahan kalian itu hanya khayalan kalian. Mereka disebut Tuhan tetapi tidak bisa berbuat apapun. Mereka samasekali tidak memiliki keagungan sebagaimana yang dimiliki oleh Allah Swt. Mereka tidak memiliki kekuasaan, ilmu, rahmat dan kebijaksanaan.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Seharusnya kita menghindari diri dari nama dan istilah yang wah, tapi tidak arinya. Berusahalah untuk mencari kebenaran.
2. Akidah dan keyakinan manusia harus berdasarkan pada dalil dan logika yang benar, bukan melalui taklid buta dan sikap ekstrim.