Ayat ke 72
Artinya:
Maka kami selamatkan Hud beserta orang-orang yang bersamanya dengan rahmat yang besar dari Kami, dan Kami tumpas orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan tiadalah mereka orang-orang yang beriman. (7: 72)
Sebelumnya telah disebutkan bahwa kaum ‘Aad dengan sikap keras kepala menolak Nabi Hud as, sehingga mereka tidak segan-segan mengatakan kepada Hud as, "Apabila yang anda bicarakan itu benar dan yang dijanjikan pada Hari Kiamat itu akan terlaksana, maka datangkanlah ancaman itu kepada kami, sehingga kami dapat menyaksikannya di dunia ini."
Ayat ini mengatakan, Allah Swt menurunkan azab kepada kaum yang keras kepala ini dengan azab yang berat. Selama 7 hari 7 malam angin topan yang dahsyat menerpa mereka, sehingga mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka bagaikan batang-batang pohon kurma yang roboh ke tanah. Saat itu, Nabi Hud as dan orang-orang yang beriman kepadanya diselamatkan dari azab ini dan memperoleh anugerah dan rahmat Allah Swt.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Allah Swt Maha Adil. Dia tidak memperlakukan orang yang baik dan buruk dengan sama. Sewaktu azab dan murka Allah turun, kaum Mukminin yang sebenarnya memperoleh keselamatan.
2. Kita harus mengambil pelajaran dari sejarah, serta tidak menantang Allah dan para wali Allah. Sebab hal itu hanya akan mendatangkan kehancuran.
Ayat ke 73
Artinya:
Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Saleh. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih". (7: 73)
Setelah menjelaskan peristiwa yang menimpa kaum ‘Aad, ayat 73 surat Al-A'raf ini menyinggung kisah kaum Tsamud dan mengatakan, Allah Swt telah memilih Saleh as sebagai Nabi di tengah-tengah mereka. Sebagaimana para nabi lainnya, beliau menyeru masyarakat untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Umat meminta kepada beliau agar menunjukkan mukjizat. Lalu dengan kehendak Allah Swt, seekor unta betina keluar dari dalam gunung, Unta betina itu sedang hamil dan tak lama melahirkan anaknya. Yang sungguh mengherankan adalah unta betina ini bisa memberikan susu sebanyak yang diperlukan oleh kaum Tsamud. Nabi Saleh as meminta kepada masyarakat agar menjaga unta tersebut. Beliau memperingatkan mereka, jika mengganggu unta ini, Allah akan murka dan menurunkan azab-Nya.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Hubungan para nabi dengan masyarakat adalah hubungan persaudaraan. Para nabi tidak memperlakukan umatnya seperti penguasa terhadap rakyatnya. Para nabi mengajak umat kepada Allah Swt dengan pendekatan persaudaraan.
2. Segala sesuatu yang disandarkan kepada Allah Swt memiliki kesucian, sekalipun berupa seekor unta. Barangsiapa yang tidak menghormatinya akan mendapatkan siksa Allah. Karena itu kita harus selalu menghormati segala bentuk kesucian agama.
Ayat ke 74
Artinya:
Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikam kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan. (7: 74)
Nabi Saleh as mengingatkan kepada kaum Tsamud agar mengambil pelajaran dari kisah kaum ‘Aad sebelum mereka dihancurkan oleh Allah Swt akibat dikarenakan keras kepala dan penentangan terhadap kebenaran. Nabi Saleh mengatakan, "Kalian sebagai pengganti kaum ‘Aad. Karena itu janganlah mengikuti jejak mereka yang menentang kebenaran. Bersyukurlah atas segala nikmat Allah dan janganlah membuat kerusakan dan kejahatan di muka Bumi. Ketahuilah bahwa Allah Swt telah memberikan kekuatan kepada kalian semua, sehingga kalian bisa tinggal di muka bumi, lalu kalian dapat membangun berbagai bangunan megah sedemikian rupa di atas bukit dan padang pasir.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sejarah orang-orang terdahulu dapat menjadi petunjuk bagi generasi mendatang. Karena itu kita harus rajin menelaah sejarah dan mengambil pelajaran yang bermanfaat.
2. Barangsiapa yang mendapatkan kesejahteraan, ketenangan dan memiliki fasilitas yang lebih, hendaknya lebih banyak mengingat Allah agar tidak terjerumus ke dalam kesesatan dan membuat kerusakan dan kejahatan.
Ayat ke 75-76
Artinya:
Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka: "Tahukah kamu bahwa Shaleh di utus (menjadi rasul) oleh Tuhannya?". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu, yang Shaleh diutus untuk menyampaikannya". (7: 75)
Orang-orang yang menyombongkan diri berkata: "Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu". (7: 76)
Meski Nabi Saleh as berulang kali memperingati kaumnya, para pemuka Tsamud menganggap bahwa ajaran samawi ini bertentangan dengan kepentingan mereka. karena itu mereka tidak saja menolak seruan Nabi Saleh as bahkan menciptakan keraguan di kalangan kaum Mukminin. Mereka mengatakan, "Dari mana kalian mengetahui bahwa Saleh itu Nabi?! Dari mana pula kalian mengetahui bahwa dia di utus oleh Allah, dan apa yang disampaikannya itu adalah wahyu Allah?"
Akan tetapi apa yang mereka lakukan itu tidak mengubah pendirian dan keyakinan orang-orang yang telah beriman kepada ajaran Nabi Saleh as. Orang-orang beriman itu menegaskan bahwa mereka meyakini dengan mantap segala ajaran yang dibawa oleh Nabi Saleh. Apalagi mereka telah menyaksikan mukjizat Nabi itu dari dekat. Kaum kafir yang menyaksikan kebulatan iman itu, menyatakan bahwa mereka menolak ajaran Nabi Saleh dan akan terus mengingkarinya.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sepanjang sejarah ada orang-orang yang selalu mengingkari kebenaran dan ajaran para nabi dan biasanya adalah para pemuka dan penguasa.
2. Kemiskinan dan ketertindasan tidak identik dengan kebenaran sebagaimana kekayaan dan kehormatan tidak selalu identik dengan anti kebenaran. Tolok ukur paling penting adalah iman dan ketakwaan. Ayat ini tidak memuji kaum tertindas tetapi memuji kaum Mukminin yang tertindas.
3. Akar dan pangkal kekafiran adalah kesombongan dan keangkuhan.