Ayat ke 129
Artinya:
Kaum Musa berkata: "Kami telah ditindas (oleh Fir'aun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang. Musa menjawab: "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi(Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu. (7: 129)
Bani Israil berharap, setelah kebangkitan Nabi Musa as dan kemenangan beliau atas para penyihir, mereka akan terbebas dari belenggu kekuasaan Fir'aun, lalu hidup dengan damai dan sejahtera. Akan tetapi sebaliknya, para pendukung Fir'aun kian meningkatkan aksi mereka, sehingga Bani Israel mengatakan kepada Nabi Musa as, bahwa kebangkitanmu tidak ada gunanya. Sebab, sebelum dan sesudah engkau bangkit melakukan perlawanan kami tetap teraniaya.
Nabi Musa as dalam menjawab pernyataan mereka mengatakan, "Kemenangan terhadap musuh tidak akan bisa diperoleh dengan singkat dan tanpa pengorbanan. Tetapi apabila kalian bangkit melakukan perlawanan, kami berharap Allah akan menghancurkan musuh-musuh kalian dan memberikan kekuasaan mereka kepada kalian. Tentunya, kalian juga tidak bebas melakukan apa saja yang kalian inginkan setelah kalian berhasil merebut kekuasaan. Ketahuilah bahwa Allah selalu mengawasi kalian, apakah kalian akan meniru perbuatan Fir'aun ataukah kalian akan berbuat demi tegaknya keadilan."
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1.Ambisi untuk mencari kesenangan merupakan bencana yang mengganjal para pengikut agama Ilahi untuk bisa sampai kepada kedudukan mulia. Loyalitas kepada agama penuh dengan pengorbanan. Mereka yang hanya mengharapkan kesenangan tidak akan sanggup melaksanakan perintah agama.
2.Kekuasaan dan kekuatan merupakan ujian dan cobaan dari Allah, bukan merupakan kesempatan untuk berlomba memuaskan nafsu.
Ayat ke 130-131
Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran. (7: 130)
Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: "Itu adalah karena (usaha) kami". Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (7: 131)
Allah Swt dalam dua ayat ini menjelaskan bahwa bukan hanya Bani Israil saja yang ditimpa kesulitan dan kemalangan, sementara kelompok Fir'aun selalu berada dalam kebahagiaan dan kesejahteraan. Ayat ini mengungkapkan bahwa Fir'uan dan pengikutnya juga mengalami kesulitan dan paceklik, yang menjadi peringatan bahwa semua hal tidak berada dalam kekuasaan mereka, dan mereka bukanlah Tuhan di muka bumi. Akan tetapi kesulitan itu tidak menyadarkan mereka. Mereka menyebut Musa dan para pengikutnya sebagai biang kesialan dan kemalangan. Mereka menyebut Bani Israil sebagai bangsa pembawa sial dan petaka.
Kesombongan dan keangkuhan Fir'aun dan kelompoknya sedemikian besar sehingga mereka menyebut diri mereka sebagai sumber segala kebaikan dan merekalah yang memang berhak untuk mendapatkan segala kebaikan ini. Dalam menjawab mereka, Allah Swt berfirman, "Bani Israil bukanlah sumber keburukan dan kaum Fir'aun juga bukan sumber segala kebaikan. Semua itu ada di tangan Allah, tetapi mereka tidak mengetahui."
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1.Tatanan alam berjalan atas kehendak Allah. Karena itu jangan sampai kita menisbatkan segala sesuatu kepada Alam. Sebab mungkin saja munculnya kesulitan seperti paceklik adalah karena hukuman yang Allah timpakan atau sebuah peringatan bagi kita.
2.Jangan sampai kita keliru dalam menafsirkan peristiwa alam baik yang kita sukai atau tidak. Untuk itu, tidak selayaknya kita mencari kambing hitam jika terjadi peristiwa yang tidak kita kehendaki. Siapa tahu peristiwa itu terjadi karena kesalahan kita.