Ayat ke 124
Artinya:
Demi, sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kakimu dengan bersilang secara bertimbal balik, kemudian sungguh-sungguh aku akan menyalib kamu semuanya". (7: 124)
Ahli-ahli sihir itu menjawab: "Sesungguhnya kepada Tuhanlah kami kembali. (7: 125)
Telah disinggung sebelumnya bahwa sewaktu para tukang sihir dari berbagai kota di Mesir datang menyaksikan mukjizat Nabi Musa as, mereka memahami bahwa pekerjaan Nabi Musa bukanlah sihir atau sulap. Akhirnya, para tukang sihir itu menyatakan beriman kepada Allah dan menerima Musa as sebagai utusan Tuhan semesta alam. Hal ini membuat Fir'aun marah besar dan menuduh tukang-tukang sihir itu telah bersekongkol dengan Musa dan melakukan konspirasi terhadap dirinya.
Ayat 124 dan 125 ini menyatakan bahwa selain Fir'aun melemparkan berbagai tuduhan terhadap para tukang sihir itu, raja zalim ini juga memberi ancaman serius kepada mereka dengan mengatakan, "Aku akan memberikan sangsi yang paling berat kepada kalian, aku akan memotong tangan dan kaki kalian dengan cara silang; tangan kanan dan kaki kiri, atau sebaliknya, tangan kiri dan kaki tangan kalian akan aku potong, kemudian setelah itu kalian akan kusalib di pintu gerbang, sehingga menjadi pelajaran bagi orang-orang lain."
Tetapi para tukang sihir yang telah mengenal dan memahami kebenaran ajaran Nabi Musa as, tidak gentar terhadap ancaman-ancaman semacam ini, bahkan mereka mencibir Fir'aun dan mengatakan, "Apabila engkau melakukan pekerjaan itu, dan engkau benar-benar menyalib kita di atas pintu gerbang itu, maka kami akan gugur di jalan Tuhan, dan berarti kami gugur syahid di jalan Tuhan. Apakah engkau akan menakut-nakuti kami dengan syahadah, padahal syahadah bagi orang-orang Mukmin merupakan suatu kebahagiaan."
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Cara yang dipakai oleh para penguasa yang zalim adalah penyiksaan, pelecehan, dan pembunuhan. Mereka lupa bahwa orang-orang Mukmin akan senantiasa menantikan kesempatan untuk mati syahid dan menemui Tuhannya.
2. Manusia bukan diciptakan untuk menjalani hukuman para penguasa zalim dan berada di lingkungan yang rusak. Karena itu, manusia akan mampu melawan semua kejahatan dan kekejian itu dengan berbekal iman kepada Allah Swt serta kehendak dan upaya yang keras
3. Kita tidak boleh membanggakan dan menyombongkan iman kita dan kita juga tidak boleh berputus asa untuk mengajak orang-orang Kafir agar beriman. Para tukang sihir kafir yang dalam waktu singkat berubah keyakinan dan menjadi mukmin yang teguh, merupakan bukti bahwa kita tak boleh putus asa dalam mendakwahkan ajaran tauhid.
Ayat ke 126
Artinya:
Dan kamu tidak menyalahkan kami, melainkan karena kami telah beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami". (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu)". (7: 126)
Untuk membalas dan menutupi kekalahannya di hadapan Musa a.s., Fir'aun malah menuduh Nabi Musa as dan para tukang sihirnya melakukan konspirasi untuk merebut kekuasaan raja zalim itu. Pada ayat ini, para tukang sihir menjawab tuduhan Fir'aun itu dengan menyatakan, "Wahai Fir'aun engkau sendiri telah mengetahui, bahwa kami tidak bermaksud seperti itu dan apabila saat ini engkau berpikir untuk membunuh dan menyiksa kami serta menuntut balas terhadap kami, itu tak lain karena kami menyatakan beriman kepada Tuhannya Musa." Lalu para penyihir itu berdoa kepada Tuhan, "Yaa Allah! Berilah kesabaran dan ketegaran kepada kami, sehingga kami dapat menghadapi segala tuduhan dan ancaman ini, lalu kami dapat pergi dari dunia ini dengan membawa iman."
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Hanya menyatakan iman kepada Tuhan tidaklah cukup, tetapi juga harus dibuktikan dengan tetap kukuh berdiri di jalan Allah dalam menghadapi ancaman dan rintangan.
2. Orang-orang Mukmin selain harus berusaha dan berupaya, juga harus berdoa dan merendahkan diri di hadapan Allah Swt. Melakukan salah satunya saja, yaitu berusaha saja atau berdoa saja, tidaklah cukup.
Ayat ke 127
Artinya:
Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun (kepada Fir'aun): "Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?". Fir'aun menjawab: "Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka; dan sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas mereka". (7: 127)
Sebelumnya telah disebutkan bahwa Fir'aun memberikan ancaman hukuman kepada para tukang sihir yang telah beriman kepada Allah, namun mereka tetap teguh pada iman mereka dan tidak takut pada ancaman Fir'aun. Dalam ayat ke 127 ini, disebutkan bahwa pendukung Fir'aun melihat Nabi Musa as sebagai sebab utama dari berpalingnya para tukang sihir itu. Para pembesar di istana Fir'aun menganggap Musa as akan mengancam kepentingan mereka. Oleh karena itulah mereka berkata kepada Fir'aun, "Apabila engkau membiarkan Musa bebas melakukan segala kehendaknya, akan timbul semangat pemberontakan di kalangan Bani Israil sehingga negeri ini akan kacau balau."
Fir'aun yang menyaksikan Nabi Musa as telah mendapatkan kedudukan yang terhormat di tengah masyarakat, berfikir bahwa bila ia membunuh Musa as, pastilah akan menimbulkan dampak yang sangat berat bagi kerajaan Fir'aun. Karena itu, Fir'aun tidak langsung menyerang Nabi Musa melainkan berencana untuk melakukan penyiksaan yang sangat berat terhadap para pengikut Musa. Firaun berkata, "Siapapun dari kalangan pemuda Bani Israil yang tetap gigih menentang kami, kami akan bunuh mereka, sedang para anak perempuan dan wanita mereka akan kami biarkan hidup dan kami jadikan sebagai tawanan dan pelayan-pelayan kerajaan. Kami akan melakukan hal itu karena kamilah yang berkuasa atas mereka sepenuhnya."
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Para penguasa zalim selalu menyebut para pembaharu dan pencerah seperti para nabi atau pejuang kebenaran, sebagai orang yang merusak, padahal sesungguhnya justru merekalah sumber kesesatan, kejahatan, dan kerusakan.
2. Menghancurkan generasi muda dan menawan kaum perempuan merupakan sebuah politik Fir'aun yang dewasa ini pun masih terus dilakukan oleh para penguasa zalim di muka bumi. Para pemimpin negara-negara adidaya dalam rangka menghancurkan kaum Muslimin telah menggiring para pemuda dan pemudi muslim untuk bersikap bebas tanpa batas, menjadi pencandu narkotika, dan menjadi pelaku kejahatan.
Ayat ke 128
Artinya:
Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa". (7: 128)
Sebelumnya telah disinggung bahwa sesudah kemenangan Nabi Musa as atas para penyihir raja zalim itu, akhirnya Fir'aun memutuskan untuk melakukan penyiksaan dan pembunuhan terhadap para pengikut Musa as. Tujuannya agar jumlah mereka semakin berkurang dan orang-orang lain akan takut untuk mengikuti ajaran Musa. Kerena itu Fir'aun memerintahkan untuk membunuh para pemuda Bani Israil dan menawan wanita mereka.
Menghadapi tindakan Fir'aun ini, Nabi Musa as menyeru umatnya agar bersabar dan tabah menghadapi berbagai kesulitan akibat perbuatan Fir'aun. Musa mengatakan, "Wahai umatku! Bumi adalah kepunyaan Allah dan Dia-lah penguasa mutlak di muka bumi. Apabila kalian tegar menghadapi Fir'aun dan hanya meminta pertolongan kepada Allah, maka Dia berjanji akan menjadikan kalian sebagai pewaris bumi ini. Hari ini Fir'aun dengan congkaknya mengaku sebagai tuhan di atas bumi. Jika kalian bangkit berjuang di jalan Allah, kalian pasti akan memperoleh kemenangan. Kalian akan memperoleh akhir yang baik jika kalian bertakwa."
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1.Untuk memperoleh kemenangan terhadap penguasa zalim, ada tiga hal yang perlu kita perhatikan; kesabaran dan ketabahan, tawakal dan istiqamah, serta ketakwaan dan kesucian.
2.Orang-orang yang bertakwa akan mendapatkan akhir yang baik, di dunia dan di akhirat.