Tafsir Al-Quran, Surat Al-Araf Ayat 188-192

Rate this item
(0 votes)

Ayat ke 188

Artinya:

Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (7: 188)

 

Sebagian masyarakat menganggap Nabi Muhammad Saw bisa memberi ramalan dan keterangan mengenai masa depan beliau sendiri dan masa depan orang-orang lain. Mereka meminta kepada Nabi agar memberi ramalan atas diri mereka demi kepentingan mereka sendiri. Dalam ayat ini disebutkan bahwa Nabi menjawab permintaan orang-orang itu sebagai berikut; "Sesungguhnya aku datang untuk membimbing dan memberi petunjuk kepada kalian semua dan bukan untuk memberitahu tentang hal-hal yang gaib.Bila demikian pasti aku akan berusaha untuk mengumpulkan dan mendapatkan harta demi kepentinganku atau menyelamatkan diriku dari bahaya yang mengancam".

 

Rasulullah Saw selanjutnya mengatakan, "Sebagaimana juga kalian, keuntungan atau bahaya yang akan menimpaku, semua berada di tangan Allah, dan aku tidak memiliki kekuasaan untuk mengatur keuntungan bagiku atau menghindarkan diriku dari bahaya."

 

Pada dasarnya, ilmu gaib adalah khusus milik Allah Yang Maha Kuasa dan kemampuan manusia dalam mengetahui sebagian kecil dari ilmu gaib hanya bisa dicapai atas seizin Allah. Untuk memberi petunjuk kepada manusia, Allah Swt memberitahukan kepada Nabi mengenai berita-berita orang-orang terdahulu dan yang akan datang terdahulu dan akan datang. Akan tetapi, para nabi utusan Allah itu tidak berhak untuk memanfaatkan pengetahuan ini untuk diri mereka sendiri. Para nabi harus menjalani kehidupan yang sama seperti kehidupan orang-orang biasa, bukan kehidupan yang berdasarkan ilmu gaib.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Terhadap segala hak yang kita miliki, kita tidak boleh lupa daratan atau menyombongkan diri, karena itu adalah titipan dan milik Allah. Sewaktu-waktu Allah mungkin akan mengambil kembali titipan-Nya tersebut dan tidak ada sesuatu pun yang bisa terjadi, kecuali atas keinginan Allah.

2. Ilmu gaib yang diberikan kepada para nabi merupakan suatu sarana untuk memberi petunjuk kepada manusia dan bukan sarana untuk mencari pendapatan atau menghilangkan berbagai problem. Karena itulah sejarah mencatat bahwa kehidupan para Nabi as juga diwarnai oleh kepahitan, kesulitan, dan berbagai musibah lainnya.

 

Ayat ke 189-190

 

Artinya:

Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur". (7: 189)

 

Tatkala Allah memberi kepada keduanya seorang anak yang sempurna, maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya kepada keduanya itu. Maka Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan. (7: 190)

 

Kedua ayat ini memberitahukan tentang kekuasan Allah. Ayat-ayat ini mengatakan, "Tuhanlah yang menciptakan manusia dari satu ruh. Kemudian, dari ruh yang satu itu, Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan." Selanjutnya, ayat ini menyindir pasangan suami-istri yang ketika belum diberi anak, mereka berdoa dengan khusyuk kepada Allah, namun setelah diberi anak, mereka malah lupa bersyukur kepada Allah.

 

Ayat 189 dan 190 itu mengatakan, "Allah Swt telah menetapkan kalian berdua sebagai suami dan istri, sehingga kalian dapat merasa tenang hidup berdampingan satu sama lain. Kemudian Allah mengaruniakan anak kepada kalian. Ketika kandungan istrimu menjadi berat dan hampir tiba masa kelahiran sang anak, kalian berdoa memohon kepada Allah Swt agar anak tersebut dijadikan anak yang baik dan saleh. Lalu Allah Swt menganugerahi anak yang saleh. Namun setelah anak itu lahir, kalian malah lupa kepada Tuhan. Anak yang seharusnya kalian bimbing agar taat di jalan Allah, malah kalian ajak ke jalan selain Allah".

 

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Hubungan yang erat antara suami dan istri, merupakan unsur yang dapat menentramkan jiwa dan raga manusia. Karena itu, untuk mencegah timbulnya problema mental dan psikologis di tengah kawula muda, hendaknya masyarakat mempermudah jalan bagi mereka untuk menikah. Pernikahan adalah jalan penyelesaian yang paling baik dalam menghadapi berbagai problema kawula muda.

2. Manusia memperlukan ketenangan dan ketentraman lahir dan batin dan Allah Swt memberikan jalan keluar bagi kebutuhan ini, yaitu dalam rumah tangga melalui hubungan suami-istri.

3. Salah satu dari tujuan pernikahan adalah untuk kelestarian generasi dan rumah tangga adalah sarana untuk membina anak-anak agar menjadi manusia yang saleh dan berperilaku baik.

4. Guna mendidik anak-anak agar menjadi manusia yang saleh, sebelum masa kelahiran, orangtua harus melalui melakukan berbagai langkah persiapan, antara lain membekali diri dengan pengetahuan mengenai pendidikan anak, serta selalu memohon pertolongan kepada Allah Swt.

 

Ayat ke 191-192

 

Artinya:

Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhada-berhala yang tak dapat menciptakan sesuatupun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang. (7: 191)

 

Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah-penyembahnya dan kepada dirinya sendiripun berhala-berha]a itu tidak dapat memberi pertolongan. (7: 192)

 

Dua ayat sebelumnya menyebutkan tentang sebagian orang tua yang tidak mengarahkan anak-anak mereka ke jalan Allah Swt, namun mereka malah membiarkan anak-anak tersebut berjalan menuju kepada yang sesat. Mereka bahkan menyangka bahwa selain di jalan Allah, jalan yang lainnya pun memiliki kekuatan dan kemuliaan.

Pada ayat 191 dan 192 ini muncul pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut; "Kekuatan dan kemuliaan apa yang dimiliki oleh jalan-jalan selain Allah itu? Apakah mereka juga memiliki kekuasaan dalam menciptakan Alam semesta ini, padahal mereka sendiri adalah makhluk Allah?" Apakah berhala-berhala itu mampu melindungi manusia dalam menghadapi berbagai marabahaya, padahal berhala itu sendiri tidak mampu berbuat apapun bagi diri mereka sendiri? Bukankah hidup dan mati manusia berada di tangan Allah? Lalu, mengapa mereka tidak menuju atau mengarahkan muka kepada Allah Pencipta jagat raya ini? Adakah sesuatu yang tidak Allah miliki, pada saat yang lain memilikinya? Lalu mengapa pula anak-anak kalian dididik sedemikian rupa sehingga hanya memikirkan dunia dan menumpuk harta kekayaan saja? Mengapa pula kalian lupa terhadap akhirat, sehingga anak-anak kalian juga melupakan urusan akhirat yang sangat penting ini?

Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Anak adalah anugerah dan amanat besar dari Allah yang diberikan kepada ayah dan ibunya. Karena itu, kita tidak boleh berkhianat dan menelantarkan amanat Allah ini, sehingga anak-anak tersebut terseret ke jalan selain jalan Allah.

2. Pada hakikatnya, selain Allah, tidak ada penguasa lain di alam ini. Diri kita sendiri juga tidak memiliki apapun, bahkan nyawa kita sendiripun bukan milik kita dan sewaktu-waktu bisa diambil oleh pemiliknya, yaitu Allah Swt. Oleh karena itu, janganlah kita menukar ketakwaan kita kepada Allah dengan segala sesuatu selain Allah.

Read 3383 times