Ayat ke 26
Artinya:
Dan ingatlah (hai para muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur. (8: 26)
Nabi Muhammad Saw sebelum hijrah dari Mekah ke Madinah, kaum Muslimin senantiasa diganggu dan disakiti oleh kaum Musyrikin. Karena itu dengan petunjuk dan pesan Rasulullah sebagian kaum Muslimin berhijrah ke berbagai kawasan. Satu kelompok berhijrah ke Habasyah, sebagian ke Yaman dan Thaif. Ketika tiba waktunya berhijrah ke Madinah, mereka tidak memiliki tempat tinggal, sehingga mereka benar-benar mengalami kesulitan. Ayat ini menyinggung kondisi sulit kaum Muslimin generasi awal Islam, kepada mereka diingatkan bahwa Allah Swt akan memberikan ketabahan dan kekuatan. Namun setelah masa-masa itu mereka lalui, mereka mendapatkan kenikmatan yang besar dibawah naungan Islam, karena itulah mereka patut bersyukur dan berterima kasih.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Berpegang teguh di Jalan yang lurus, kita tidak boleh gentar dan takut dengan sedikitnya personil dan minimnya fasilitas yang kita miliki. Hendaknya kita jangan menyimpang dari jalan lurus tersebut, karena Allah Swt akan memberikan balasan.
2. Namun kalian jangan melupakan segala kesulitan dan problema masa lalu hingga sampai waktu kalian mendapatkan kemudahan dan kesenangan, sehingga kalian akan bertemia kasih.
Ayat ke 27
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (8: 27)
Setelah ayat sebelumnya menyinggung masa-masa kejayaan kaum Muslimin di Madinah, ayat ini menyatakan, kalian harus berhati-hati. Karena kepentingan harta dan duniawi dapat menjerumuskan kalian mengkhianati agama Allah, Nabi Muhammad Saw dan umat Islam. Pada waktu itu kalian tidak segan-segan berkhianat dan berusaha menghancurkan Islam dari belakang. Berdasarkan beberapa riwayat sejarah, dalam berbagai bentrokan yang terjadi antara kaum Muslimin dengan sebagian etnis Yahudi ataupun Musyrikin Mekah, salah seorang Muslim telah memberitahu musuh tentang strategi pasukan Islam. Akan tetapi seorang Muslim tersebut menyesali perbuatannya dan bertaubat dan taubatnya diterima.
Dalam budaya Islam, amanat itu memiliki pengertian luas dan komprehensif yang mencakup semua nikmat materi dan maknawi yang di anugerahkan Allah kepada manusia. Bahkan jiwa dan raga manusia merupakan sebuah amanat dari sisi Allah Swt, sehingga manusia tidak akan mampu berlepas diri dari segala bentuk amanat tersebut. Hukum-hukum agama dan syariat Islam menekankan agar berusaha menjaga dan melaksanakan amanat tersebut.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Komitmen terhadap iman menjadikan seseorang komitmen dalam menjaga amanat. karena iman tidak akan bisa bergabung dengan pengkhianatan.
2. Berkhianat merupakan perilaku buruk dan kotor. Karena itu, barangsiapa yang melakukan pengkhianatan dengan sadar, maka balasan dan siksanya sangat pedih.
Ayat ke 28
Artinya:
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. (8: 28)
Dalam lanjutan ayat sebelumnya yang memperingati umat Islam dari berkhianat, ayat ini menyinggung dua hal terpenting terjadinya pengkhianatan dan mengatakan, kalian tidak segan-segan berkhianat disebabkan melindungi harta dan kesenangan. Padahal harta dan kesenangan itu milik orang lain.
Begitu banyak para pelaku dosa yang berkhianat di bidang ekonomi dan sosial seperti mengurangi timbangan, menjual dengan harga tinggi, menimbun barang, enggan membayar khumus dan zakat, sumpah palsu, lari dari medan perang dan jihad serta cinta kepada harta dan anak-anak. Karena itu al-Quran mengatakan, dua hal ini merupakan unsur yang bisa menggerogoti komitmen manusia. Oleh sebab itu kita hendakanya selalu menjaga diri kita agar kita tidak melakukan khianat kepad orang lain. Dalam hal ini Allah Swt akan memberikan pahala yang besar dan bantuan kepada manusia. Dalam 5 ayat al-Quran disebutkan, harta dan anak-anak itu saling terkait, karena keduanya sebagai unsur dominan yang dapat merongrong kehidupan manusia.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kecintaan yang berlebih-lebihan terhadap harta dan anak-anak mengakibatkan manusia melakukan pengkhianatan. Namun jika kecintaan tersebut dalam batas wajar terhadap anak-anak mereka, maka hal ini adalah suatu perkara alami dan tidak sampai mengakibatkan manusia itu berkhianat.
2. Harta dan anak-anak memiliki gaya tariknya masing-masing, bila dibandingkan dengan kelembutan dan anugerah Allah tidak ada apa-apanya. Karena itulah kita tidak boleh menjauhkan diri dari Allah Swt karena mereka.
Ayat ke 29
Artinya:
Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (8: 29)
Ayat ini menyebut dan menyinggung jalan keberhasilan dalam ujian Allah Swt, yaitu kebersihan jiwa dan takwa. Ayat ini mengatakan, orang-orang Mukmin dengan menjaga hak Allah dan perintah-perintah-Nya selalu mendapatkan anugerah Allah yang sangat banyak. Allah Swt selalu memberi hikmah dan memandang mereka dengan pandangan rahmah, sehingga mereka bisa dengan tepat menentukan hak dan batil dan pada gilirannya mereka tidak kebingungan dan tersesat.
Begitu juga apabila mereka dalam melaksanakan suatu perbuatan ternyata salah, dikarenakan mereka berjalan menuju jalan kebenaran, maka Allah Swt mengampuni mereka bahkan perbuatan jelek mereka ditutupi oleh Allah Swt. Dan semua kelembutan dan anugerah ini diberikan oleh Allah dalam rangka tersebut, dimana Allah dengan kemuliaan-Nya selalu memperlakukan hamba-hamba yang saleh dengan baik. Mereka selalu mendapatkan kemuliaan dan ampunan yang besar daripa da Allah Swt.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Amal perbuatan manusia memiliki pengaruh besar pada pemikiran dan pandangan mereka. Karena itu meski pikiran memberi pengaruh dalam perbuatan manusia, namun takwa dalam beramal, akan memberi hati nurani kepada manusia dalam berpikir.
2. Takwa juga dapat melindungi manusia dari kesalahan dan khilaf, sekaligus dapat menjaga jiwa raga manusia dari api neraka.