Tafsir Al-Quran, Surat Al-Anfal Ayat 30-33

Rate this item
(3 votes)

Ayat ke 30

 

Artinya:

Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya. (8: 30)

 

Dengan berlalunya 13 tahun dari pengangkatan Nabi besar Muhammad Saw di Mekkah serta pengaruh beliau yang sangat besar hari demi hari di kalangan masyarakat, khususnya di kalangan para pemuda. Para pembesar kota Mekah melakukan rapat gabungan untuk mengantisipasi pesatnya perkembangan Islam. Dalam rapat tersebut telah diketengahkan tiga rencana; pertama menjebloskan Nabi kedalam penjara. Kedua, mengucilkan Nabi jauh dari kota Mekah dan ketiga, membunuh Nabi. Akhirnya dipilih rencana ketiga untuk membunuh Nabi. Demi menyukseskan rencananya, orang-orang Musyrik memutuskan bahwa setiap kabilah mengirimkan seorang wakilnya. Setelah itu mereka secara ramai-ramai menyerang Nabi, sehingga kerabat dan kabilah Nabi tidak bisa menuntut balas terhadap kelompok penyerang yang terdiri dari kabilah-kabilah itu.

 

Kemudian Nabi Muhammad Saw diberitahu oleh Jibril, malaikat wahyu tentang konspirasi ini dan akhirnya beliau memutuskan untuk meninggalkan Mekah di malam hari, sebelum mereka sempat menjalankan misinya. Pada malam itu Imam Ali bin Abi Thalib as tidur di tempat tidur Nabi, sehingga para musuh terkecoh dan menyangka Nabi masih di dalam rumah. Dengan cara itu, Nabi berkesempatan untuk menjauhkan diri dari Mekah. Ayat tadi menyinggung adanya konspirasi kaum Musyrikin, serta antisipasi Tuhan semesta alam untuk menyelamatkan Nabi-Nya dengan mengatakan, orang-orang Kafir itu tidak akan mampu berbangga diri. Mereka menyangka telah berhasil mengepung Nabi dan blokade mereka lebih ketat dan ampuh daripada kekuasaan Allah. Begitu juga orang-orang Mumin tidak akan dihinggapi keputus asaan, sehingga mereka menyangka bahwa Tuhan Swt telah membiarkan kaum Muminin.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Logika para penentang hanyalah penjara, teror dan pengucilan. Sedang cara yang dilakukan para nabi adalah mengajar, membina, dan membersihkan jiwa.

2. Allah Swt senantiasa melindungi para pengikut jalan kebenaran. Karena itu, barangsiapa yang melakukan konspirasi terhadap mereka kaum Mukminin, maka berarti akan berhadapan dengan Allah.

 

Ayat ke 31

 

Artinya:

Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata: "Sesungguhnya kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau kami menhendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini, (Al Quran) ini tidak lain hanyalah dongeng-dongengan orang-orang purbakala". (8: 31)

 

Pada ayat sebelumnya, telah disinggung rencana teror terhadap Nabi Muhammad Saw. Pada ayat ini telah dijelaskan pula masalah teror terhadap mental beliau, bahkan ucapan-ucapan mereka berbau penghinaan atau menganggap remeh firman Allah, sehingga para penentang al-Quran itu menganggap isi kitab suci itu sebagai remeh, mitos, dan cerita-cerita takhayul. Padahal, pertama kali bagian terpenting al-Quran mengkisahkan sejarah berbagai kaum terdahulu meski bukan semuanya. Kedua, sebagaimana telah disebutkan dalam al-Quran mengenai kisah para nabi itu diambil dari kejadian nyata. Sebagian besar dari kisah-kisah tersebut dapat dibuktikan melalui berbagai dokumen dan catatan-catatan sejarah serta geografi yang telah disebarkan oleh para ilmuwan dan sejarawan. Maka dari itu bacaan ayat-ayat al-Quran yang dianggapnya sebagai mitos itu, tidak lebih dari suatu tipudaya yang menyesatkan.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Para penentang Islam, justru mendakwakan bahwa al-Quran itu bukanlah suatu kitab yang penting. Mereka bahkan bersumbar bahwa kami juga bisa mendatangkan seperti al-Quran. Akan tetapi kenyataannya dakwaan mereka tidak bisa direalisasikan.

2. Tuduhan dan meremehkan terhadap kaum Mukminin dan kitab suci al-Quran, merupakan lagu lama dan cara-cara terkuno.

 

Ayat ke 32

 

Artinya:

Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Ya Allah, jika betul (Al Quran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih". (8: 32)

 

Ayat ini menunjukkan puncak sikap keras kepala para penentang Nabi Saw. Mereka tidak mau bersabar mendengarkan seruan dan nasehat Nabi Muhammad, bahkan mereka mengatakan, apabila engkau benar dan berbicara jujur, bahwa engkau diutus dari sisi Tuhan dan kami melakukan penentangan terhadapnya, maka kamipun bersedia menerima azab yang pedih. Karena itu katakanlah, sehingga Tuhanmu menurunkan azab yang sangat pedih terhadap kami, atau hujanilah kami dengan batu-batu dari langit. Sikap semacam ini dari para penentang masih dimungkinkan menjadi tipuan bagi masyarakat awam yang sederhana, sehingga masyarakat akan mengatakan, untuk hal ini semua, mereka berani mempertaruhkan jiwa raganya, berarti mereka itu berada di pihak yang benar. Untuk itulah kita perlu tahu dan memahami hal tersebut, agar jangan sampai kita tidak tahu.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kadang-kadang sikap keras kepala dan hasud membuat manusia itu melewati batas dan berani mempertaruhkan kredibilitas kehancuran jiwa dan raganya.

2. Sebagian penentang Nabi Saw adalah Ahlul Kitab yang juga memiliki keyakinan kepada Allah Swt.

 

Ayat ke 33

 

Artinya:

Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun. (8: 33)

 

Ayat ini menyinggung nikmat berupa keberadaan Nabi, dengan mengatakan, Allah Swt menurunkan berkah dengan wujudnya Nabi Muhammad Saw, sehingga azab secara umum dapat dicegah dari kaum Muslimin. Meskipun dalam berbagai peristiwa turunnya azab terhadap kaum Nabi Luth as, Allah Swt meminta kepada Nabi-Nya agar beliau dapat membawa kaumnya keluar dari kota. Dalam berbagai riwayat juga ditekankan poin ini, yaitu Allah Swt akan mencegah turunnya azab secara umum dikarenakan wujudnya orang-orang yang suci dan jiwa-jiwa yang bersih.

 

Intinya, periode kehidupan Nabi serta tempat kehidupan beliau sangat terbatas dan pendek, itulah yang menjadi penyebab tercegahnya azab diseluruh tempat dan waktu dengan bertaubat dan beristighfar. Pada ayat ini telah ditekankan bahwa, Imam Ali bin Abi Thalib as setelah wafatnya Rasulullah mengatakan, "Salah satu dari dua hal yang dapat mengamankan manusia yaitu berpegang teguh dengan kami, sedang yang lainnya yaitu senantiasa membiasakan membaca istighfar."

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Keberadaan wali Allah dapat mengalihkan bencana dan mencegah azab. Perwujudan mereka dapat memuliakan kedudukan manusia dan menjadi kesempatan bagi kita meraihnya.

2. Bertaubat dan beristighfar tidak hanya bisa menghilangkan siksaan ukhrawi, tetapi juga azab dunia, karena itu kita tidak boleh melupakannya.

Read 7966 times