Tafsir Al-Quran, Surat At-Taubah Ayat 7-11

Rate this item
(2 votes)

Ayat ke 7

 

Artinya:

Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidil haraam? maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. (9: 7)

 

Dalam ayat-ayat pertama surat at-Taubah, Allah Swt menyatakan keterlepasan diri-Nya dan Rasul-Nya dari kaum Musyrikin. Adapun ayat ini mengatakan bahwa mereka itu tidak memiliki janji apapun dari sisi Allah Swt dan tidak berhak apa pun atas Rasul Allah Saw. Kaum Muslimin harus berlaku baik hanya kepada mereka yang menjalin perjanjian di dekat Masjid Haram bersama Nabi Saw dan harus menjaga perjanjian tersebut selama mereka menjaganya pula. Jika mereka tidak menjaga dan tidak lagi menepati isi perjanjian itu, maka Muslimin pun tidak perlu lagi menepati isi perjanjian tersebut. Tentu saja jelas sekali bahwa setiap muslim tetap berkewajiban menjaga takwa, meskipun dalam bertindak terhadap musuh.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Dalam bersikap terhadap musuh, termasuk dalam masalah menepati atau melanggar perjanjian, kita memberlakukan konsep "pembalasan setimpal", sesuai dengan ajarah al-Quran.

2. Janganlah kalian bersikap sehingga akan membuat musuh mampu menguasai kalian, atau membuat kalian keluar dari garis-garis ketakwaan.

3. Menepati perjanjian dan kesepakatan-kesepakatan sosial merupakan konsekwensi iman dan takwa.

 

Ayat ke 8

 

Artinya:

Bagaimana bisa (ada perjanjian dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin), padahal jika mereka memperoleh kemenangan terhadap kamu, mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan terhadap kamu dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Mereka menyenangkan hatimu dengan mulutnya, sedang hatinya menolak. Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (tidak menepati perjanjian). (9: 8)

 

Ayat ini menjelaskan cara pandang dan kinerja musuh, agar Muslimin tidak terkecoh oleh tipu muslihat mereka yang tampak manis dan menarik. Setiap muslim harus mengetahui bahwa hati kaum Musyrikin tidak pernah bersih dan tidak pernah jujur terhadap Mukminin, bahkan mereka selalu menyimpan rasa dendam terhadap Muslimin. Hal itu akan tampak jika mereka memiliki kekuatan dan berkuasa atas Muslimin, yaitu bahwa mereka tidak akan pernah mempedulikan kaedah-kaedah umum dan peraturan-peraturan sosial. Bahkan terhadap kaum kerabat pun mereka tidak menaruh belas kasihan, dan sama sekali tidak menghormati perjanjian dan kesepakatan apa pun.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kita harus mengenal watak musuh-musuh dengan baik. Mereka itu hanya pandai berkata manis di mulut, tetapi hati mereka penuh dengan dendam dan amal perbuatan mereka sama sekali tidak mendatangkan manfaat bagi kita.

2. Sikap permusuhan mereka, yaitu jika mereka berhasil menguasai kalian, maka mereka tidak akan pernah memperdulikan masalah-masalah kekerabatan dan perjanjian-perjanjian sosial adalah sesuatu yang tidak boleh diremehkan.

 

Ayat ke 9

 

Artinya:

Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka kerjakan itu. (9: 9)

 

Ayat ini menyinggung satu lagi di antara ciri-ciri musuh dan mengatakan bahwa untuk mencegah meluasnya ajaran agama Allah, mereka membelanjakan uang dalam jumlah besar dan tidak segan untuk melakukan apa saja demi mencapai cita-cita mereka itu. Ciri-ciri ini sesuai dengan kaum Yahudi Madinah yang mereka itu menerima Taurat dan mengenal ayat-ayat Ilahi, akan tetapi untuk mencegah meluasnya ajaran Islam, mereka menyembunyikan hakikat-hakikat, atau menyimpangkannya. Semua itu mereka lakukan dalam rangka mempertahankan kekayaan dan kemewahan duniawi mereka.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Sebesar apapun kekayaan dan kesenangan duniawi yang kita peroleh dengan cara memalingkan diri dari ajaran-ajaran Ilahi, maka semua itu sangat kecil dan tidak ada artinya, meskipun tampak banyak dan menyenangkan.

2. Akar perlawanan para musuh terhadap agama ialah cinta dunia. Karena pada kenyataannya mereka tidak memiliki logika apa pun selain itu.

 

Ayat ke 10-11

 

Artinya:

Mereka tidak memelihara (hubungan) kerabat terhadap orang-orang mukmin dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Dan mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. (9: 10)

 

Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui. (9: 11)

 

Ayat-Ayat ini kembali menekankan dan mengingatkan tentang permusuhan keras kaum Musyrik dan Kafir terhadap kaum Mukmin dan mengatakan bahwa mereka itu selalu menggunakan cara agresi dan pelanggaran terhadap segala macam peraturan. Mereka tidakpeduli akan peraturan-peraturan sosial yang dibuat berdasarkan perjanjian di antara anggota masyarakat, maupun peraturan-peraturan Ilahi yang ditetapkan oleh Allah Swt untuk umat manusia. Kelanjutan Ayat ini mengatakan bahwa sudah barang tentu jalan kembali masih terbuka bagi mereka, dimana jika mereka bertaubat dari syirik dan kufur, serta melaksanakan kewajiban-kewajiban agama seperti salat dan zakat, maka mereka ini akan dianggap saudara seiman dan harus diperlakukan dengan sesuai.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Pelanggaran perjanjian sama dengan tindakan agresi. Yang dikatakan agresi itu bukan hanya pembunuhan dan pencurian.

2. Syarat untuk masuk ke dalam lingkungan persaudaraan agama, ialah penegakan shalat dan penunaian zakat. Hubungan seorang muslim harus berdasarkan ajaran agama yang sudah ditetapkan.

Read 5907 times