Ayat ke 85
وَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَأَوْلَادُهُمْ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ (85)
Artinya:
Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka, dalam keadaan kafir. (9: 85)
Kondisi di awal munculnya Islam serba sulit, dimana kebanyakan kaum Muslimin ekonomi mereka sangat memprihatinkan. Sebaliknya, posisi keuangan orang-orang munafik sangat baik dan kuat, sehingga hal ini bisa menggoda dan menarik kaum Muslimin untuk simpati kepada mereka. Karena itulah pada ayat ini, juga ayat 55 surat at-Taubah ini Allah Swt mengingatkan orang-orang Mukmin, agar jangan tertipu dan tertarik pada glamournya dunia dan kekayaan yang berlimpah pada orang-orang Munafik. Namun sebaliknya mereka harus memandang kepada orang munafik itu sebagai kerugian, betapa tidak, karena nikmat-nikmat Allah ini bila jatuh ke tangan orang-orang yang tidak memiliki iman kepada Tuhan, maka ia akan menjadi adzab dan siksaan bagi mereka. Hal itu berakibat jelek bagi mereka di dunia ini dan mereka akan meninggalkan dunia ini dalam keadaan masih kufur.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Menumpuknya harta kekayaan dan banyaknya anak, terkadang akan menjadi azab dan kesulitan. Karena itu sekali-kali janganlah kita memandang itu semua sebagai kesejahteraan dan kebaikan.
2. Ukuran bahagia dan sejahtera adalah bebas dan merdekanya manusia itu. Akibat yang baik itu penting dan bukan kekayaan yang banyak.
Ayat ke 86-87
وَإِذَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ أَنْ آَمِنُوا بِاللَّهِ وَجَاهِدُوا مَعَ رَسُولِهِ اسْتَأْذَنَكَ أُولُو الطَّوْلِ مِنْهُمْ وَقَالُوا ذَرْنَا نَكُنْ مَعَ الْقَاعِدِينَ (86) رَضُوا بِأَنْ يَكُونُوا مَعَ الْخَوَالِفِ وَطُبِعَ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُونَ (87)
Artinya:
Dan apabila diturunkan suatu surat (yang memerintahkan kepada orang munafik itu): "Berimanlah kamu kepada Allah dan berjihadlah beserta Rasul-Nya", niscaya orang-orang yang sanggup di antara mereka meminta izin kepadamu (untuk tidak berjihad) dan mereka berkata: "Biarkanlah kami berada bersama orang-orang yang duduk". (9: 86)
Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak berperang, dan hati mereka telah dikunci mati maka mereka tidak mengetahui (kebahagiaan beriman dan berjihad). (9: 87)
Dalam lanjutan ayat sebelumnya dua ayat ini mengatakan, "Mereka yang harta kekayaannya telah membuat mata kalian terbelalak, hatinya telah tertambat oleh dunia ini. Sehingga setiap kali seruan untuk berjihad dan perang datang, mereka selalu mencari-cari jalan untuk melarikan diri. Mereka lebih suka tinggal di kota bersama orang-orang tua dan kaum perempuan yang lemah. Dikarenakan cintanya kepada dunia mereka telah menjual agama dan membiarkan Nabi Muhammad Saw sendirian menghadapi musuh. Apakah kalian orang-orang Mukmin juga mencari dunia semacam itu, lalu kalian melepaskan tugas-tugas dan kewajiban kalian?"
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Jihad dan berperang melawan musuh-musuh Islam guna membela dan menjaga agama Islam merupakan keharusan dan penyempurna Iman kepada Allah Swt.
2. Keterikatan dan cinta kepada dunia merupakan unsur terpenting untuk melarikan diri dari kewajiban jihad. Karena itu, apabila kita tidak memiliki kemampuan untuk menjaga komitmen, maka janganlah mencari dunia sebanyak mungkin.
3. Orang-orang Munafik adalah orang yang hatinya sakit. Karena sebenarnya mereka mampu mengetahui kebenaran, akan tetapi mereka memilih untuk melenyapkan kebenaran.
Ayat ke 88-89
لَكِنِ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ جَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ وَأُولَئِكَ لَهُمُ الْخَيْرَاتُ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (88) أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (89)
Artinya:
Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (9: 88)
Allah telah menyediakan bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. (9: 89)
Orang-orang Munafik yang mempunyai kekayaan dan harta yang banyak dan demi menjaga jiwa dan harta tersebut, mereka tidak segan-segan menolak berpartisipasi di medan jihad dan perang melawan musuh. Sebaliknya, Nabi Saw dan kaum Mukminin bersedia mempertaruhkan nyawa dan harta demi membela dan menjaga agama Islam. Sudah barang tentu orang-orang Mumin seperti ini akan memperoleh kebahagiaan yang sebenarnya, baik di dunia maupun di akhirat. Mereka bahkan akan memperoleh balasan pahala yang terbaik. Gugur dan melayangnya nyawa dan harta mereka di jalan Allah itu dalam rangka memudahkan jalan bagi manusia untuk melaksanakan setiap bentuk pekerjaan yang baik, sekalipun pekerjaan tersebut sulit dan memerlukan kekuatan. Oleh sebab itu, mereka pantas memperoleh kebaikan dan kebahagiaan di dunia. Sedang Allah Swt juga akan mengganti segala bentuk kesulitan dan keluh kesah mereka di dunia ini dengan balasan yang terbaik pada Hari Kiamat kelak. Mereka akan menikmati segala kenikmatan surga.
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Orang-orang Munafik tidak bisa mengambil hikmah dengan diawasinya diri mereka. Sementara orang-orang Mukmin harus terus mendukung Nabi dan Islam.
2. Beriman kepada Nabi tidaklah cukup. Seorang muslim harus senantiasa bersama dan membela beliau Saw.
Ayat ke 90
وَجَاءَ الْمُعَذِّرُونَ مِنَ الْأَعْرَابِ لِيُؤْذَنَ لَهُمْ وَقَعَدَ الَّذِينَ كَذَبُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ سَيُصِيبُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (90)
Artinya:
Dan datang (kepada Nabi) orang-orang yang mengemukakan 'uzur, yaitu orang-orang Arab Baswi agar diberi izin bagi mereka (untuk tidak berjihad), sedang orang-orang yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya, duduk berdiam diri saja. Kelak orang-orang yang kafir di antara mereka itu akan ditimpa azab yang pedih. (9: 90)
Ayat ini menunjukkan pembagian masyarakat menjadi dua bagian dan dengan mengatakan, "Sekelompok manusia memang memiliki alasan yang benar, dimana mereka memang tidak mungkin ikut dalam jihad dan berperang melawan musuh-musuh Islam. Akan tetapi ada kelompok lain yang tidak memiliki alasan logis dan enggan berpartisipasi dalam jihad. Orang seperti ini pada dasarnya tidak memiliki kepedulian samasekali dalam membela kesucian Islam. Karena itu al-Quran mengenai kelompok pertama ini menyatakan, "Terhadap mereka yang memiliki alasan yang benar, tetapi mereka masih juga meminta ijin kepada Nabi dan menyatakan penyesalan atas hal ini, maka mereka ini masih dianggap memiliki kepedulian untuk membela Nabi Saw dan kesucian agama Islam. Namun berbeda dengan kelompok kedua yang dengan bohong, mereka mencari-cari alasan agar Nabi mengijinkan mereka untuk tinggal di rumah, dengan sikap dan tingkah laku yang tidak patut inilah mereka dikategorikan sebagai kelompok Kafirin.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Jihad fi sabilillah adalah perkara negara Islam dan bukan urusan peribadi. Karena itu tidak ada hak bagi setiap orang untuk melakukan suatu tindakan tanpa memperoleh ijin dari Nabi atau pemimpin Islam yang sah.
2. Bohong tidak hanya dilakukan dengan lisan, terkadang amal perbuatan manusia juga mengindikasikan kebohongan yang dinyatakannya.