Tafsir Al-Quran, Surat Yunus Ayat 11-14

Rate this item
(4 votes)

Ayat ke 11

وَلَوْ يُعَجِّلُ اللَّهُ لِلنَّاسِ الشَّرَّ اسْتِعْجَالَهُمْ بِالْخَيْرِ لَقُضِيَ إِلَيْهِمْ أَجَلُهُمْ فَنَذَرُ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (11)

 

Artinya:

Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka. Maka Kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, bergelimangan di dalam kesesatan mereka. (10: 11)

 

Salah satu dari Sunnatullah yang berhubungan dengan umat manusia, yaitu memberikan batas waktu kepada mereka, sehingga setiap orang dapat dengan leluasa memilih dan melaksanakan jalan mereka. Sudah barang tentu banyak orang yang memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh Tuhan ini dengan cara yang tidak benar, sehingga tidak jarang mereka gunakan hal ini untuk perjalanan melakukan maksiat. Akan tetapi Allah Swt berdasarkan pada sifat kasih sayang-Nya kepada umat manusia, Dia telah memberikan kesempatan, sehingga perbuatan masa lalu mereka dapat ditebus dengan taubat.

 

Karena itulah barangsiapa yang berterus-terusan dalam melakukan kezaliman dan dosa, sudah pasti Allah tetap membukakan kebebasan manusia itu untuk melakukan apa saja yang dikehendakinya. Dengan demikian, ketika mereka meninggal, maka mereka akan mendapatkan bahasan dan siksa dari hasil perbuatan mereka tersebut di Hari Kiamat.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Tidak dihancurkannya orang-orang Kafir dan zalimin, bukan sebagai pertanda kebenaran mereka dan menunjukkan bahwa Allah Swt itu lemah dan tidak mampu, akan tetapi justru hal itu mengindikasikan Tuhan telah memberi kesempatan dan batas waktu kepada mereka.

2. Mereka yang telah merasa mencundangi Tuhan, dan telah bersenang-senang terhadap diri mereka, sebenarnya telah terjerumus ke dalam kesulitan yang memusingkan dikarenakan perbuatan mereka tidak bertujuan sama sekali.

 

Ayat ke 12

 

وَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَائِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ كَذَلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (12)

 

Artinya:

Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan. (10: 12)

 

Ketenangan dan kesejahteraan di dunia dapat menyebabkan manusia itu terlupa dan lalai dalam mengingat Allah dan menjadikan hati mereka terikat dengan dunia. akan tetapi justru kesulitan dan berbagai problematika akan menjadikan manusia itu tersadarkan dari kelengahan, dan dia akan mengerti bahwa manusia itu adalah makhluk yang lemah dan tidak mampu. Karena itulah sewaktu manusia itu menghadapi kesulitan dan problema, dia akan menyebut Tuhan baik manusia itu sedang berbaring sakit ataupun sedang duduk berpikir untuk mengatasi problema mereka.

 

Oleh karena itu alangkah baiknya setelah manusia itu dapat mengatasi kesulitan dan problemanya, dia lalu bersyukur kehadirat Allah sehingga selama beberapa saat dia kembali menyebut Allah. Akan tetapi sayangnya pada umumnya manusia lebih suka berjalan menuruti nafsunya, sehingga kembali manusia lupa kepada Tuhannya. Seakan mereka tidak memiliki masalah apapun, padahal Allah Swt telah memberikan jalan keluar atas problem mereka.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Iman kepada Allah mengambil tempat di kedalaman jiwa manusia itu, sedang berbagai peristiwa pahit akan menjadi unsur yang menyadarkan fitrah manusia yang cinta kepada Tuhan.

2. Sewaktu timbulnya berbagai kesulitan dan masalah, doa dan munajat kehadirat Allah merupakan hal-hal yang dipesankan dan dibenarkan oleh agama-agama Ilahi.

3. Lupa dan tidak mau bersyukur merupakan unsur yang menjauhkan manusia dari jalur kebenaran, sehingga hal-hal yang bathil itu baginya dianggapnya sebagai indah.

 

Ayat ke 13-14

 

وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَمَّا ظَلَمُوا وَجَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ وَمَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ (13) ثُمَّ جَعَلْنَاكُمْ خَلَائِفَ فِي الْأَرْضِ مِنْ بَعْدِهِمْ لِنَنْظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُونَ (14)

 

Artinya:

Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kamu, ketika mereka berbuat kezaliman, padahal rasul-rasul mereka telah datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka sekali-kali tidak hendak beriman. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat dosa. (10: 13)

 

Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat. (10: 14)

 

Sekalipun Allah telah memberikan kesempatan dan batas waktu bagi orang-orang yang berbuat dosa, dan Dia tidak menghancurkan dunia mereka. Allah memperlakukan masyarakat yang telah menanggung kezaliman tidak sama, tapi pada akhirnya setiap pelaku kezaliman akan dihancurkan. Akar segala bentuk kezaliman dan kekufuran adalah ketidakberagamaan yang menyebabkan manusia mengabaikan petunjuk para nabi. Manusia akan diajak untuk melakukan perbuatan jahat dan dosa. Kemudian akan datang kaum dan bangsa-bangsa yang baru sebagai ganti dari kaum terdahulu. Karena itu kita harus bisa mengambil pelajaran dari sejarah mereka. Bila kita berjalan pada jalan mereka, berarti kita harus siap-siap menunggu dan menerima nasib seperti kaum dan bangsa-bangsa terdahulu itu.

 

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Berbuat zalim merupakan unsur yang dapat menghancurkan manusia. Hal ini berlaku bagi mereka yang tidak ingin beriman kepada Allah dan memperbaiki dirinya.

2. Nasib suatu masyarakat terletak di tangan mereka sendiri. Perbuatan baik dan buruk menentukan nasib mereka.

3. Apabila kita memperoleh kekuasaa, dan memegang tampuk pemerintahan, maka ketahuilah bahwa Tuhan akan menguji dan mencoba kita. Tapi ketahuilah bahwa setiap manusia sama di sisi Allah.

Read 11119 times