Tafsir Al-Quran, Surat Yunus Ayat 19-23

Rate this item
(1 Vote)

Ayat ke 19

وَمَا كَانَ النَّاسُ إِلَّا أُمَّةً وَاحِدَةً فَاخْتَلَفُوا وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ فِيمَا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (19)

 

Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka, tentang apa yang mereka perselisihkan itu. (10: 19)

 

Allah Swt telah menciptakan semua manusia dengan fithrah tauhid yang bersih. Karena itu, pada awalnya semua manusia merupakan umat yang satu. Akan tetapi dengan berlalunya waktu dan muncul beragam kecenderungan setan membuat satu kelompok memiliki kecenderungan setan dan kesyirikan. Akhirnya manusia terbagi menjadi dua kelompok besar; pertama, mereka yang mengesakan Allah dan kedua mereka yang menyekutukan-Nya. Namun Allah Swt berkeinginan agar manusia sendirilah yang memilih dan menentukan jalan hidup mereka. Karena itu Tuhan memberikan kesempatan dan batas waktu kepada mereka yang menyimpang untuk berbuat sesuatu yang mereka kehendaki. Apabila hal ini bukan Sunnatullah, mereka akan langsung diberi balasan dan siksa di dunia ini.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Nilai manusia adalah tergantung pada sikap dan tindakan yang dilakukannya, jika tidak, iman yang terpaksa pun akan menjadi suatu kebanggaan.

2. Perbedaan dalam akidah dan perbuatan merupakan suatu kondisi yang terjadi di dalam berbagai masyarakat.

 

وَيَقُولُونَ لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ آَيَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَقُلْ إِنَّمَا الْغَيْبُ لِلَّهِ فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ (20)

 

Dan mereka berkata: "Mepada tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu keterangan (mukjizat) dari Tuhannya?" Maka katakanlah: "Sesungguhnya yang ghaib itu kepunyaan Allah, sebab itu tunggu (sajalah) olehmu, sesungguhnya aku bersama kamu termasuk orang-orang yang manunggu. (10: 20)

 

Nabi Muhammad Saw memiliki mukjizat sama dengan para nabi lainnya. Mukjizat utama beliau adalah al-Quran al-Karim, dimana orang-orang Musyrik tidak mampu mendatangkan suatu ayat pun yang sama dengan al-Quran. Akan tetapi mereka dengan mencari-cari alasan, setiap hari mengusulkan agar bisa melihat mukjizat dan meminta kepada Nabi Saw agar beliau mengeluarkan mukjizat yang mereka inginkan.

 

Namun Nabi Muhammad dalam menjawab permintaan mereka mengatakan, "Mukjizat di tangan Allah dan bukan di tanganku. Karena itu kapan saja bila Tuhan menginginkan, maka mukjizat akan dapat ditunjukkan, sedangkan hal-hal yang kalian inginkan itu tidak lain merupakan alasan yang kalian cari-cari. Karena itu kalian harus perhatikan bahwa biasanya berbagai keinginan orang-orang Musyrik yang tidak pada tempatnya dan tidak rasional. Sebagaimana pada ayat-ayat sebelumnya yang telah dibahas, yaitu mereka meminta kepada Nabi Saw agar beliau mendatangkan kitab Quran yang lainnya, atau meminta agar Nabi Muhammad terbang ke langit, atau beliau memiliki kursi singgasana yang terbuat dari emas.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Akar kekafiran dan syirik bukan dikarenakan tidak adanya mukjizat, tapi kembali pada sikap keras kepala di hadapan kebenaran.

2. Mukjizat adalah kehendak dan keinginan Allah Swt, bukan karena mengikuti berbagai keinginan manusia.

 

وَإِذَا أَذَقْنَا النَّاسَ رَحْمَةً مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُمْ إِذَا لَهُمْ مَكْرٌ فِي آَيَاتِنَا قُلِ اللَّهُ أَسْرَعُ مَكْرًا إِنَّ رُسُلَنَا يَكْتُبُونَ مَا تَمْكُرُونَ (21)

 

Dan apabila Kami merasakan kepada manusia suatu rahmat, sesudah (datangnya) bahaya menimpa mereka, tiba-tiba mereka mempunyai tipu daya dalam (menentang) tanda-tanda kekuasaan Kami. Katakanlah: "Allah lebih cepat pembalasannya (atas tipu daya itu)". Sesungguhnya malaikat-malaikat Kami menuliskan tipu dayamu. (10: 21)

 

Dalam sejarah disebutkan bahwa kota Mekah pernah mengalami kesulitan dan paceklik, namun Allah Swt menurunkan hujan rahmat yang dapat menyelamatkan mereka berkat adanya Nabi Muhammad Saw. Akan tetapi orang-orang Kafir mengatakan, "Hujan ini turun dikarenakan berkat dan perwujudan patung-patung berhala ini. Kemudian ayat ini diturunkan dan memperingatkan kepada mereka, yaitu apabila kalian mencari kebenaran, maka hujan ini adalah salah satu mukjizat Allah. Namun dengan keras kepala dan sikap berbelit-belit yang licik telah menyebabkan rahmat Allah ini dinisbatkan kepada berhala-berhala yang tidak bernyawa itu, dan samasekali hal itu bukan karena berkat Rasulullah Muhammad Saw. Akan tetapi ketahuilah bahwa para malaikat membenarkan semuan pekerjaan utusan-utusan Allah kepada umat manusia ini, sedang orang-orang Kafir harus siap dimintai tanggung jawab atas berbagai sikap dan tingkah-laku mereka pada Hari Kiamat kelak. Meski Allah di dunia ini juga memberi sangsi atas perbuatan jahat dan tipu daya kaum Kafirin, sedang mereka tidak akan mampu mengelak kehendak Allah ini.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Umat manusia telah memanfaat berbagai nikmat Allah Swt, akan tetapi sebagian besar dari manusia yang semestinya bersyukur mereka malah memikirkan untuk berbuat tipu daya.

2. Balasan dan siksa Allah Swt disesuaikan dengan kejahatan dan dosa manusia itu. Adapun balasan atas kejahatan dan tipu manusia itu, lebih kuat dan dahsyat dari sekedar orang yang menderita terkena kejahatan tersebut.

 

هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ حَتَّى إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا جَاءَتْهَا رِيحٌ عَاصِفٌ وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا مِنْ هَذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ (22) فَلَمَّا أَنْجَاهُمْ إِذَا هُمْ يَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ مَتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ فَنُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (23)

 

Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata): "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur". (10: 22)

 

Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (10: 23)

 

Pada awal pembahasan telah disebutkan bahwa Allah Swt telah menciptakan semua manusia dengan fithrah tauhid yang bersih. Ayat ini menyatakan, "Namun berbagai manifestasi tipuan dunia ini terhadap fitrah yang suci ini telah menyebabkan tertutup dan lupanya manusia dari anugerah dan ciptaan Allah ini. Akan tetapi dalam berbagai kondisi krisis manusia mudah panik, kalut dan putus asa sehingga manusia itu lepas kendali, tidak terikat kepada sesuatu dan siapapun. Namun di saat kesadaran fitrah itu timbul kembali, manusia akan ingat dan berhubungan dengan Allah Swt sehingga dengan sangat ikhlas dia akan menyebut-nyebut nama Allah dan menunggu pertolongan dari-Nya.

 

Tetapi betapa sangat disayangkan bahwa manusia itu mudah kalut dan putus asa. Di saat didera oleh berbagai kesulitan dan problem, dia lupa terhadap kehidupan dunia yang serba singkat dengan seluruh sisi-sisi keterbatasannya. Namun di saat kesadaran dan fithrah mereka timbul kembali, maka manusia itu akan kembali kepada Allah, dan dia terus memohon kepada Tuhannya atas semua pekerjaan-pekerjaan mereka.

 

Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Berbagai peristiwa dan kejadian alam dapat menjadikan kesombongan dan bangga diri manusia itu tersisikan, sebagai gantinya fitrah Ilahiyah segera timbul.

2. Beriman sesaat dan temporal tidaklah ada artinya. Iman kepada Allah haruslah seterusnya dan tetap, baik manusia itu berada dalam kondisi sejahtera, makmur ataupun dalam kondisi susah dan prihatin.

3. Pada umumnya manusia di saat mendapatkan anugrrah dan nikmat Allah, mereka tidak mau bersyukur dan terima kasih, dalam artian semestinya manusia itu menjadi orang yang patuh, namun justru menjadi orang yang menentang dan menyimpang.

Read 4773 times