Ayat ke 87
وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى وَأَخِيهِ أَنْ تَبَوَّآَ لِقَوْمِكُمَا بِمِصْرَ بُيُوتًا وَاجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قِبْلَةً وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ (87)
Artinya:
Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya: "Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu tempat shalat dan dirikanlah olehmu sembahyang serta gembirakanlah orang-orang yang beriman". (10: 87)
Ssetelah membebaskan kaum Bani Israil dari cengkraman Fir'aun, Nabi Musa as diperintahkan untuk membenahi masyarakat Bani Israil. Mereka kemudian ditempatkan di suatu kawasan dan dengan bantuan mereka beliau as menyiapkan rumah-rumah untuk mereka. Rumah-rumah mereka dibangun secara berhadap-hadapan, bukan berpencar, dengan tujuan mereka tetap berdekatan satu sama lainnya dan memutuskan masalahnya secara bersama-sama. Bila Fir'aun bermaksud menghancurkan mereka, pastilah mereka dapat berdiri tegak menghadap raja arogan itu. Sebagian mufasir dengan memperhatikan perintah menegakkan shalat dalam ayat ini, maka maksud dari kalimat kiblat adalah rumah mereka dibuat menghadap ke arah kiblat. Dengan demikian, sekalipun berada di dalam rumah, mereka masih tetap bisa melakukan ritual ibadahnya. Akan tetapi ini pemaknaan seperti ini diambil dari istilah, sementara kata kiblah sendiri dalam arti bahasanya adalah saling berhadapan.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Para nabi as selalu komitmen kepada masyarakat dan untuk membantu mereka para nabi melakukan berbagai langkah-langkah kongkrit.
2. Dengan selalu memperhatikan berbagai masalah kesejahtaraan, manusia sering terlupakan dari shalat dan ibadah. Tapi bila hal itu dilakukan bersama dengan baik, maka justru akan menyebabkan turunnya rahmat Allah Swt.
Ayat ke 88-89
وَقَالَ مُوسَى رَبَّنَا إِنَّكَ آَتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَأَهُ زِينَةً وَأَمْوَالًا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا رَبَّنَا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِكَ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ (88) قَالَ قَدْ أُجِيبَتْ دَعْوَتُكُمَا فَاسْتَقِيمَا وَلَا تَتَّبِعَانِّ سَبِيلَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ (89)
Artinya:
Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan Kami -- akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih". (10: 88)
AlIah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui". (10: 89)
Nabi Musa as dalam melanjutkan tugas-tugas beliau untuk menentang Fir'aun, memohon kepada Allah Swt agar harta kekayaan yang berlimpah milik para pemuka Fir'aun dihancurkan. Hal itu dipinta oleh beliau agar mereka tidak lagi dapat menyalahgunakan kekuasaan mereka, dengan melakukan berbagai kejahatan dan arogansi berdalihkan kepemilikan harta kekayaan dan perhiasan, juga dalam rangka menyesatkan masyarakat. Sikap kebencian yang ditunjukkan oleh Musa as tercermin selama beliau tidak berharap bagi Fir'aun dan aparat kerajaannya untuk beriman. Demikianlah Fir'aun dan kaki tangannya tidak memiliki kesiapan untuk menerima kebenaran. Karena sudah jelas beriman setelah menyaksikan azab tidak ada artinya samasekali dan bagi mereka juga tidak akan ada untung dan faedahnya.
Allah Swt yang telah mengabulkan doa Musa as menyeru umatnya agar tetap tegar dan komitmen. Bahkan dikatakan bahwa syarat dikabulkannya doa ialah orang-orang yang beriman itu harus komitmen di jalan yang lurus. Dan berdasarkan riwayat-riwayat, setelah kebencian dan kutukan Nabi Musa as tersebut, maka dalam rentang waktu 40 tahun Fir'aun sang raja arogan itu akhirnya tenggelam di laut bersama tentara yang mengikutinya.
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Harta dan kekayaan tidak semata-mata menunjukkan kemurahan dan anugerah Allah kepada hamba-Nya. Karena Allah juga memberikan kekayaan kepada orang-orang Kafir di dunia.
2. Dalam munajat dan doa kita hanya bisa memohon kepada Allah agar orang-orang yang zalim dan kafir itu dihancurkan.
3. Dalam metode perlawanan terhadap musuh kita harus senantiasa taat dan mendengarkan petunjuk para pemimpin agama, sehingga kita bisa terjauhkan dari pemikiran-pemikiran jahiliah.
Ayat ke 90-92
وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آَمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا الَّذِي آَمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ (90) آَلْآَنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ (91) فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آَيَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آَيَاتِنَا لَغَافِلُونَ (92)
Artinya:
Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (10: 90)
Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. (10: 91)
Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami. (10: 92)
Ketiga ayat ini menjelaskan tentang dikabulkannya doa Nabi Musa as dan mengatakan, "Saat itu bala tentara Fir'aun mengejar kalian (Nabi Musa as), sehingga mereka dapat menghancurkan kalian. Kami akan membela dan memecah sungai Nil bagi kalian, sehingga kalian dapat lewat di dalamnya. Akan tetapi Fir'aun dan bala tentaranya akan Kami tenggelamkan di dalamnya. Hanya jasad Fir'aun saja yang Kami apungkan, sehingga Kami mengeluarkannya dari air laut supaya ia menjadi pelajaran bagi generasi mendatang. Yang menarik disini adalah prediksi Nabi Musa as terealisir yaitu Fir'aun pada detik-detik terakhir sebelum kematiannya muncul dan dapat terlihat dengan mengatakan, "Yaa Tuhan! Aku beriman kepada-Mu! Akan tetapi terdengar suara jawaban, saat ini engkau menjelang kematianmu, engkau menyatakan taubat dan berserah diri kepada Zat Yang Maha Benar?
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dalam berjuang melawan para penguasa taghut dan zalim, kita harus senantiasa bertawakal kepada Allah Swt. karena Dia tidak akan pernah meninggalkan kita dalam kondisi tersulit apapun. Dia akan membukakan jalan bagi kita.
2. Apabila kita selalu komitmen dan teguh di jalan Allah, maka para penguasa taghut macam apapun tidak akan bisa berbuat apa-apa kecuali menyerah. Setelah itu mereka akan mendapatkan balasan setimpal dari amal perbuatan mereka sendiri.
3. Dalam menjaga segala sesuatu dan tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di tengah-tengah bangsa-bangsa terdahulu, kita harus berusaha mengambil pelajaran untuk generasi yang akan datang.