Tafsir Al-Quran, Surat Yunus Ayat 93-97

Rate this item
(0 votes)

Ayat ke 93

 

وَلَقَدْ بَوَّأْنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ مُبَوَّأَ صِدْقٍ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ فَمَا اخْتَلَفُوا حَتَّى جَاءَهُمُ الْعِلْمُ إِنَّ رَبَّكَ يَقْضِي بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (93)

 

Artinya:

Dan sesungguhnya Kami telah menempatkan Bani Israil di ternpat kediaman yang bagus dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik. Maka mereka tidak berselisih, kecuali setelah datang kepada mereka pengetahuan (yang tersebut dalam Taurat). Sesungguhnya Tuhan kamu akan memutuskan antara mereka di hari kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan itu. (10: 93)

 

Allah Swt dalam ayat ini menyinggung soal berbagai nikmat yang diberikan kepada Bani Israil dan mengatakan, "Setelah bertahun-tahun kalian terlunta-lunta dan terusir, Kami menempatkan kalian di suatu kawasan yang cukup air dengan udaya yang sejuk. Daerah di sekelilingnya penuh dengan padang rumput dan pepohonan yang menghijau. Kami anugerahkan hari-hari terbaik bagi kalian. Akan tetapi kalian malah berselisih dan setiap orang pergi menurutkan keinginannya, sebagai ganti bersyukur telah mengikuti ajaran wahyu. Pada Hari Kiamat mereka akan dimintai pertanggungan jawab atas tindakan dan sikap mereka yang tidak pantas ini.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Dalam naungan ajaran dan bimbingan para nabi, selain bertujuan untuk pengembangan maknawi, maka dimensi materi kehidupan masyarakat pun mendapatkan perhatian.

2. Perselisihan dan perpecahan akan mengakibatkan jauhnya masyarakat dari ajaran-ajaran samawi, sehingga berbagai nikmat dan anugerah Allah akan menjadi hancur.

 

Ayat ke 94-95

 

فَإِنْ كُنْتَ فِي شَكٍّ مِمَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ فَاسْأَلِ الَّذِينَ يَقْرَءُونَ الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكَ لَقَدْ جَاءَكَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ (94) وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِ اللَّهِ فَتَكُونَ مِنَ الْخَاسِرِينَ (95)

 

Artinya:

Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu temasuk orang-orang yang ragu-ragu. (10: 94)

 

Dan sekali-kali janganlah kamu termasuk orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang rugi.(10: 95)

 

Ayat-ayat ini diarahkan kepada orang-orang yang terkena keraguan mengenai kebenaran Nabi Saw dengan mengatakan, "Apabila kalian merujuk kepada kitab-kitab samawi, pastilah kalian akan memperoleh berita-berita gembira dan tanda-tanda beliau. Selain telah disebutkan nasib sebagian besar kaum dan bangsa-bangsa terdahulu seperti kaum Bani Israil dalam al-Quran, maka kalian akan memahami bahwa kitab ini juga datang dari sisi Allah Swt untuk menjelaskan kebenarannya. Sudah jelas apabila kalian dapat menghilangkan keraguan dan memahami bahwa al-Quran itu benar, maka pembohongan kalian itu dapat menyebabkan kerugian bagi kalian sendiri. Selain itu, kalianpun akan dijauhkan dari petunjuk dan hidayahnya di dunia ini.

 

Sekalipun ungkapan ayat ini ditujukan kepada Nabi Saw, namun yang jelas ayat-ayat tersebut tidak saja ditujukan kepada Nabi. Karena pertama, tidak ada artinya Nabi meragukan kebenaran wahyu samawi. Apabila beliau juga meragukan wahyu, lalu bagaimana beliau bisa meragukan pernyataan beliau sendiri, ketika Allah berbicara kepada beliau, janganlah engkau menjadi orang-orang yang membohongkan. Karena tujuan ayat tersebut adalah kaum Musyrikin dan Ahlul Kitab, akan tetapi sebagaimana ayat-ayat al-Quran lainnya, meski ditujukan kepada Nabi Saw tetapi tujuan utama dari ayat tersebut adalah masyarakat.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Keraguan merupakan suatu keadaan alami yang biasa terjadi pada setiap manusia. Yang penting bagaimana menghilangkan tahap-tahap ragu tersebut dengan cara merujuk dan mendatangi para ulama, sehingga dapat memperoleh keyakinan.

2. Apabila manusia tetap pada keraguannya dan tidak berusaha untuk menghilangkannya, maka hal tersebut dapat menyeretnya mengingkari kebenaran.

 

Ayat ke 96-97

 

إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ (96) وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آَيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ (97)

 

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman. (10: 96)

 

Meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. (10: 97)

 

Manusia dalam menghadapi hakikat agama terbagi dalam tiga bagian; pertama sebuah kelompok yang tidak menyaksikan kebenaran dan tidak mencari kebenaran tersebut. Kelompok kedua, mereka tidak mengetahui kebenaran akan tetapi, mereka mencari dan ingin mengetahui kebenaran tersebut. Sedang kelompok ketiga, mereka yang mengetahui dan mengenal kebenaran, akan tetapi mereka tidak siap menerima kebenaran tersebut. Karena itu mereka pasti tidak akan berbahagia dengan manfaat materi dan dunia mereka.

 

Dua ayat ini berbicara mengenai kelompok ketiga. Mereka yang bersikeras dan tidak mau menerima kebenaran telah membuat hati mereka hitam dan keras bagaikan batu, sehingga tidak ada lagi harapan untuk bisa beriman. Pada dasarnya orang-orang semacam ini akan mendapatkan murka Allah, namun sewaktu mereka tidak melihat azab Allah, mereka malah tidak mau beriman dan berserah diri. Problema orang-orang semacam ini bukan dikarenakan mereka tidak mendapatkan dalil-dalil aqli atau menyaksikan mukjizat, bahkan bila dalil-dalil dan mukjizat tersebut telah disaksikan mereka juga tidak mau menerima. Karena problema mereka justru naluri dan keinginannya tidak mereka perkenankan untuk memahami hal tersebut, meski mereka mengakui bahwa hal-hal tersebut dapat diterima.

 

Bila kita menyaksikan banyak manusia yang tidak beriman dan masih meragukan kebenaran para nabi dan kitab-kitab samawi, maka sudah pasti ajakan kita tidak akan mempengaruhi mereka. Terlebih lagi ketika mereka telah sedemikian rusak dan berbuat kejahatan, sehingga menjadi satu kekuatan yang tidak akan berubah. Sebagai contoh bila kita melempar sebuah bola ke lautan dan tidak setitik air pun yang menembus bola tersebut. Hal itu menunjukkan bola itu benar-benar tertutup rapat dan tidak ada air yang dapat memasukinya.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kita tidak boleh menunggu dan memastikan berimannya seluruh manusia. Kita harus menyadari bahwa dosa dan kefasadan merupakan unsur dominan yang dapat menjauhkan manusia dari menerima kebenaran.

2. Kebingungan dan keraguan terhadap kebenaran pada suatu hari pasti akan menimpa manusia, akan tetapi beruntung bagi yang tidak mengalaminya.

Read 4556 times