Ayat ke 84
 
┘ê┘ÄÏÑ┘É┘ä┘Ä┘ë ┘à┘ÄÏ»┘Æ┘è┘Ä┘å┘Ä Ïú┘ÄÏ«┘ÄϺ┘ç┘Å┘à┘Æ Ï┤┘ÅÏ╣┘Ä┘è┘ÆÏ¿┘ïϺ ┘é┘ÄϺ┘ä┘Ä ┘è┘ÄϺ ┘é┘Ä┘ê┘Æ┘à┘É ÏºÏ╣┘ÆÏ¿┘ÅÏ»┘Å┘êϺ Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Ä ┘à┘ÄϺ ┘ä┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ ┘à┘É┘å┘Æ ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘ç┘ì Ï║┘Ä┘è┘ÆÏ▒┘Å┘ç┘Å ┘ê┘Ä┘ä┘ÄϺ Ϭ┘Ä┘å┘Æ┘é┘ÅÏÁ┘Å┘êϺ Ϻ┘ä┘Æ┘à┘É┘â┘Æ┘è┘ÄϺ┘ä┘Ä ┘ê┘ÄϺ┘ä┘Æ┘à┘É┘èÏ▓┘ÄϺ┘å┘Ä ÏÑ┘É┘å┘æ┘É┘è Ïú┘ÄÏ▒┘ÄϺ┘â┘Å┘à┘Æ Ï¿┘ÉÏ«┘Ä┘è┘ÆÏ▒┘ì ┘ê┘ÄÏÑ┘É┘å┘æ┘É┘è Ïú┘ÄÏ«┘ÄϺ┘ü┘Å Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘â┘Å┘à┘Æ Ï╣┘ÄÏ░┘ÄϺϿ┘Ä ┘è┘Ä┘ê┘Æ┘à┘ì ┘à┘ÅÏ¡┘É┘èÏÀ┘ì (84)
 
Artinya:
Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)". (11: 84)
 
Dalam surat Hud, setelah dijelaskan tentang nasib kaum Nabi Nuh dan kaum Nabi Hud as, juga dijelaskan mengenai kehidupan Nabi Syu'aib as. Nabi Syu'aib as diutus Allah untuk menyampaikan risalah di kawasan Madyan, sebelah timur Teluk Uqbah. Masyarakat kota pantai itu diseru untuk menyembah kepada Allah swt, tidak mengurangi timbangan dalam transaksi jual beli, juga tidak menjual dengan mahal.
 
Landasan dakwah dan seruan para Nabi Allah adalah tauhid dan penyembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai konsekuensi dari keimanan itu adalah kepatuhan pada perintah dan aturan hukum yang ditetapkan Allah Swt. Alhasil yang dimaksud dengan menyembah Allah tidak hanya melulu ibadah dan doa saja, akan tetapi juga mematuhi undang-undang Allah dalam seluruh sektor kehidupan, termasuk dalam urusan ekonomi dan jual beli.
 
Para Nabi utusan Allah masing-masing menyampaikan dakwah yang sesuai dengan kondisi kaumnya. Di tengah kaum Nabi Syu'aib as sangat marak terjadi praktek penyimpangan di bidang ekonomi yaitu tindakan mengurangi takaran, penipuan, dan menjual terlalu mahal. Karena itu nabi Syu'aib setelah berdakwah dan menyeru manusia untuk menyembah Allah, juga mengingatkan manusia agar jangan melakukan perbuatan yang keji dalam transaksi jual beli karena hal tersebut dapat mengakibatkan turunnya azab Allah yang sangat pedih.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Para Nabi utusan Allah hanya mengajarkan masalah-masalah akidah, ibadah, dan akhlak, melainkan juga memberikan perhatian penuh terhadap berbagai masalah ekonomi dan problema sosial.
2. Salah satu cara menghindarkan diri dari segala tindakan mungkar dan curang adalah dengan selalu mengingat akhirat, karena di akhirat segala perbuatan dosa akan mendapat balasan azab dari Allah.
 
Ayat ke 85
 
┘ê┘Ä┘è┘ÄϺ ┘é┘Ä┘ê┘Æ┘à┘É Ïú┘Ä┘ê┘Æ┘ü┘Å┘êϺ Ϻ┘ä┘Æ┘à┘É┘â┘Æ┘è┘ÄϺ┘ä┘Ä ┘ê┘ÄϺ┘ä┘Æ┘à┘É┘èÏ▓┘ÄϺ┘å┘Ä Ï¿┘ÉϺ┘ä┘Æ┘é┘ÉÏ│┘ÆÏÀ┘É ┘ê┘Ä┘ä┘ÄϺ Ϭ┘ÄÏ¿┘ÆÏ«┘ÄÏ│┘Å┘êϺ Ϻ┘ä┘å┘æ┘ÄϺÏ│┘Ä Ïú┘ÄÏ┤┘Æ┘è┘ÄϺÏí┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘ä┘ÄϺ Ϭ┘ÄÏ╣┘ÆϽ┘Ä┘ê┘ÆϺ ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘É ┘à┘Å┘ü┘ÆÏ│┘ÉÏ»┘É┘è┘å┘Ä (85)
 
Artinya:
Dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan. (11: 85)
 
Nabi Syu'aib selalu mengingatkan kaumnya agar tidak mengurani takaran dalam jual beli, atau menjual barang dengan terlalu mahal. Beliau menekankan agar masyarakat selalu menjaga keadlian dan kejujuan dalam bertransaski dengan mengatakan, "Mengurangi takaran dan menjual terlalu mahal merupakan penyebab kerusakan di muka bumi dan orang yang melakukan perbuatan tersebut sebenarnya perusak dan penjahat di muka bumi."
 
Pada dasarnya dosa dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia ada dua jenis. Jenis dosa pertama adalah perbuatan yang merusak diri sendiri dan tidak banyak menimpakan kerusakan kepada orang lain. Jenis dosa kedua adalah perbuatan yang menimpakan kerusakan secara besar kepada orang lain. Perbuatan seperti ini adalah sebuah bentuk kezaliman dan akan mendatangkan murka yang sangat besar dari Allah.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Ekonomi masyarakat harus berjalan berdasarkan keadilan dimana hak-hak seluruh individu masyarakat terlindungi.
2. Perekonomian yang tidak sehat, akan menyeret masyarakat kepada kejahatan, kerusakan, dan kebobrokan. Karena itulah para pemimpin masyarakat bertanggung jawab untuk membenani kerosakan dan kebobrokan tersebut.
 
Ayat ke 86
 
Ï¿┘Ä┘é┘É┘è┘æ┘ÄÏ®┘ŠϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ï«┘Ä┘è┘ÆÏ▒┘î ┘ä┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ ÏÑ┘É┘å┘Æ ┘â┘Å┘å┘ÆϬ┘Å┘à┘Æ ┘à┘ÅÏñ┘Æ┘à┘É┘å┘É┘è┘å┘Ä ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ Ïú┘Ä┘å┘ÄϺ Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘â┘Å┘à┘Æ Ï¿┘ÉÏ¡┘Ä┘ü┘É┘èÏ©┘ì (86)
 
Artinya:
Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu" (11: 86)
 
Setelah memperingatkan kaumnya agar tidak mengurani timbangan dan menjaga keadilan dalam transaksi, Nabi Syu'aib mengatakan, "Keuntungan yang kalian peroleh dari transaksi yang legal dan benar adalah sisa yang diberikan Allah kepada kalian. Apabila kalian beriman kepada-Nya, maka hal itu cukup bagi kalian dan janganlah kalian pergi mengejar keuntungan, dengan cara yang tidak halal." Nabi Syu'aib as lebih lanjut mengatakan, "Tugasku ialah menyampaikan perintah Allah, dan sekali-kali aku bukan petugas yang menjaga dan mematai-matai kalian. Apabila kalian memakan barang haram,  maka kehidupan kalian sendiri yang akan menjadi hancur."
 
Sekalipun yang dimaksud dengan ungkapan "Baqiyatullah" dalam ayat ini adalah keuntungan halal yang diperoleh dalam transaski jual beli, akan tetapi berdasarkan beberapa riwayat, baqiyatullah juga bermakna suatu perwujudan yang penuh barakah yang diberikan Allah kepada umat manusia. Wujud penuh berkah ini adalah Imam Mahdi af yang dijanjikan oleh Nabi Saw akan muncul pada akhir zaman untuk menegakkan keadilan di muka bumi.
 
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Pendapatan sedikit, tetapi bersih dan halal itu lebih baik daripada pendapatan yang banyak, akan tetapi tidak legal dan haram.
2. Dunia tidak abadi dan akan lekas hancur, karena itu hendaknya kita mencari sesuatu yang abadi, yang dapat dibawa ke sisi Allah kelak pada Hari Kiamat. Sesuatu yang abadi itu adalah amal saleh.
3. Orang-orang yang mengaku beriman kepada Allah, akan tetapi suka mengurangi takaran dalam transaksi jual beli, harus kita ragukan keimanannya.