Ayat ke 90
 
┘é┘ÄϺ┘ä┘Å┘êϺ Ïú┘ÄϪ┘É┘å┘æ┘Ä┘â┘Ä ┘ä┘ÄÏú┘Ä┘å┘ÆϬ┘Ä ┘è┘Å┘êÏ│┘Å┘ü┘Å ┘é┘ÄϺ┘ä┘Ä Ïú┘Ä┘å┘ÄϺ ┘è┘Å┘êÏ│┘Å┘ü┘Å ┘ê┘Ä┘ç┘ÄÏ░┘ÄϺ Ïú┘ÄÏ«┘É┘è ┘é┘ÄÏ»┘Æ ┘à┘Ä┘å┘æ┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘å┘ÄϺ ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘à┘Ä┘å┘Æ ┘è┘ÄϬ┘æ┘Ä┘é┘É ┘ê┘Ä┘è┘ÄÏÁ┘ÆÏ¿┘ÉÏ▒┘Æ ┘ü┘ÄÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Ä ┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÅÏÂ┘É┘èÏ╣┘Å Ïú┘Äϼ┘ÆÏ▒┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘à┘ÅÏ¡┘ÆÏ│┘É┘å┘É┘è┘å┘Ä (90)
 
Artinya:
Mereka berkata: "Apakah kamu ini benar-benar Yusuf?". Yusuf menjawab: "Akulah Yusuf dan ini saudaraku. Sesungguhnya Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami". Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik"(12: 90)
 
Pada pembicaraan lalu telah disebutkan bahwa sewaktu saudara-saudara Yusuf menunjukkan kerendahan diri dan kelemahan di hadapan Yusuf as, Yusuf pun tidak tahan lagi untuk terus menerus menyembunyikan jati dirinya, dan dalam rangka memperkenalkan diri beliau kepada mereka, dengan secara tidak langsung dan dalam bentuk sindiran, beliau berkata bahwa beliau mengetahui semua peristiwa yang menimpa Yusuf dan saudaranya. Mendengar itu mereka tersadar dan bertanya-tanya, dari mana orang ini mengetahui peristiwa Yusuf? Karena itu mereka berpikir dan tiba-tiba terbetik dalam pikiran mereka, jangan-jangan orang ini adalah Yusuf.
 
Ayat yang sedang kita bahas ini mengatakan bahwa mereka dengan sebuah pertanyaan sederhana dapat memahami bahwa saudara mereka Yusuf saat ini telah memperoleh kedudukan yang sedemikian tinggi. Akan tetapi Yusuf as mengetahui semua perkara ini dari Allah Swt dan berkata, "Semua ini merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada kita, dan hari ini Allah telah mengumpulkan kita semua." Sudah barang tentu perilaku Yusuf yang sedemikian mulia, semakin membuat malu saudara-saudara beliau yang telah menzalimi beliau dengan kezaliman yang sangat besar. Akan tetapi dari sisi lain, mereka merasa sangat gembira. Mungkin saat ketika Yusuf memeluk saudara-saudaranya adalah saat yang paling berkesan dalam kehidupan seseorang yang jiwanya dipenuhi oleh rasa penyesalan sekaligus kegembiraan, bercampur baur dengan air mata kerinduan.
 
Sedangkan al-Quran tidak menjelaskan gejolak perasaan dan emosi jiwa yang merupakan perkara lumrah dan umum, yang muncul dalam diri seseorang pada saat-saat seperti ini. Yusuf kemudian menerangkan rahasia inayah Allah dan mengatakan, "Jika Yusuf berhasil mencapai posisi dan kedudukan seperti ini, tak lain adalah karena ia mencegah dirinya dari perbuatan dosa dan tidak menyerah kepada ajakan hawa nafsu. Allah Swt tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang semacam ini, bahkan di dunia ini lah Allah akan memberikan kemuliaan dan kedudukan yang tinggi kepadanya.
 
Dari ayat tadi terdapat duapelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Banyak sekali hakikat dan kebenaran yang jelas dan terang di sepanjang sejarah. Dan yang akan selalu tegak adalah kebenaran dan hakikat, bukan kebatilan dan fatamorgana.
2. Orang yang pantas memegang tampuk kekuasaan adalah orang yang tabah, kuat dan berhasil dengan baik dalam menghadapi ujian baik yang pahit maupun yang manis, dan tahan terhadap bujukan syahwat.
 
Ayat ke 91-92
 
┘é┘ÄϺ┘ä┘Å┘êϺ Ϭ┘ÄϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ä┘Ä┘é┘ÄÏ»┘Æ Ïó┘ÄϽ┘ÄÏ▒┘Ä┘â┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘å┘ÄϺ ┘ê┘ÄÏÑ┘É┘å┘Æ ┘â┘Å┘å┘æ┘ÄϺ ┘ä┘ÄÏ«┘ÄϺÏÀ┘ÉϪ┘É┘è┘å┘Ä (91) ┘é┘ÄϺ┘ä┘Ä ┘ä┘ÄϺ Ϭ┘ÄϽ┘ÆÏ▒┘É┘èÏ¿┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘â┘Å┘à┘ŠϺ┘ä┘Æ┘è┘Ä┘ê┘Æ┘à┘Ä ┘è┘ÄÏ║┘Æ┘ü┘ÉÏ▒┘ŠϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘ä┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘ç┘Å┘ê┘Ä Ïú┘ÄÏ▒┘ÆÏ¡┘Ä┘à┘ŠϺ┘äÏ▒┘æ┘ÄϺϡ┘É┘à┘É┘è┘å┘Ä (92)
 
Artinya:
Mereka berkata: "Demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan kamu atas kami, dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)".(12: 91)
 
Dia (Yusuf) berkata: "Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang diantara para penyayang".(12: 92)
 
Sewaktu saudara-saudara Yusuf mengenal beliau dan menyaksikan sikap beliau yang memuliakan mereka, maka mereka merasa malu dan menyesali sikap masa lalu mereka. Mereka pun mengakui berbagai kesalahan yang telah mereka perbuat dan berkata, "Engkau adalah lebih baik dan lebih mulia daripada kami dari segala segi. Dan kami telah mendengki terhadapmu tanpa alasan." Nabi Yusuf as sekali lagi menunjukkan sikap kebesaran hatinya dan mengatakan, "Masa lalu itu telah lewat. Tidak usahlah kalian berbicara lagi tentang masa lalu itu. Sebaiknya kalian pikirkan keadaan saat ini dimana kita semua telah kembali berkumpul dalam keadaan sehat sejahtera. Hari ini tidak ada tempat untuk mencela kalian. Kalaupun di masa lalu telah terjadi kesalahan, maka kita berharap Allah Swt akan mengampuni dan menghapus kesalahan kalian itu."
 
Dalam peristiwa Fathu Mekah pun sebagian sahabat Nabi Muhammad Sawmendorong Muslimin untuk membalas dendam terhadap orang-orang musyrik. Akan tetapi Rasul Allah Saw mengatakan, "Hari ini adalah hari rahmat." Dan beliau pun mengumumkan pengampunan untuk semua orang. Saat itu ketika menjawab mereka yang ingin melampiaskan dendam kepada kaum Kuffar Quraisy, Rasul Allah Saw mengatakan, "Hari ini aku akan melakukan perbuatan yang telah dilakukan oleh saudaraku Yusuf terhadap saudara-saudaranya yang telah melakukan kesalahan, dimana beliau memaafkan semua mereka."
 
Dalam berbagai riwayat Islam disebutkan bahwa ketika anda telah memperoleh kekuasaan, maka maafkanlah mereka yang selama ini menzalimi dan memusuhi anda. Dan jadikanlah pemaafan tersebut sebagai ungkapan syukur kepada Allah atas kekuasaan yang telah anda capai. Tentu saja sikap lapang dada Nabi Yusuf as lebih daripada sekedar memaafkan saudara-saudaranya, akan tetapi beliau juga memintakan ampun kepada Allah Swt untuk mereka, dan memberikan harapan kepada saudara-saudaranya itu bahwa Allah Swt akan mengampuni mereka. Sudah barang tentu, jika seorang hamba bersedia memaafkan kesalah orang lain, maka Allah Swt yang Maha Pengasih dan Maha Pengampun, pasti akan memaafkan kesalahan dan mengampuni dosa-dosa yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya.
 
Dari dua ayat tadi terdapat empatpelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Jika hanya karena sifat hasud kita berusaha menutupi dan mengingkari kemuliaan-kemuliaan orang lain, maka suatu hari akan datang dimana kita harus mengakui kemuliaan orang itu dimana kita sendiri dalam keadaan hina.
2. Apabila kita mengakui dosa kita dan mengakui kesalahan kita, maka peluang ampunan dan maaf Ilahi akan terbuka.
3. Apabila seseorang yang telah menzalimi kalian menyesali perbuatannya, maka maafkanlah ia dan janganlah kami mencelanya.
4. Memaafkan kesalahan orang lain dalam keadaan kuat dan ebrkuasa adalah akhlak para waliyullah.