Ayat ke 42
 
┘ê┘Ä┘é┘ÄÏ»┘Æ ┘à┘Ä┘â┘ÄÏ▒┘Ä Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘à┘É┘å┘Æ ┘é┘ÄÏ¿┘Æ┘ä┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘ü┘Ä┘ä┘É┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ïº┘ä┘Æ┘à┘Ä┘â┘ÆÏ▒┘Šϼ┘Ä┘à┘É┘èÏ╣┘ïϺ ┘è┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Ä┘à┘Å ┘à┘ÄϺ Ϭ┘Ä┘â┘ÆÏ│┘ÉÏ¿┘Å ┘â┘Å┘ä┘æ┘Å ┘å┘Ä┘ü┘ÆÏ│┘ì ┘ê┘ÄÏ│┘Ä┘è┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Ä┘à┘ŠϺ┘ä┘Æ┘â┘Å┘ü┘æ┘ÄϺÏ▒┘Å ┘ä┘É┘à┘Ä┘å┘Æ Ï╣┘Å┘é┘ÆÏ¿┘Ä┘ë Ϻ┘äÏ»┘æ┘ÄϺÏ▒┘É (42)
 
Artinya:
Dan sungguh orang-orang kafir yang sebelum mereka (kafir Mekah) telah mengadakan tipu daya, tetapi semua tipu daya itu adalah dalam kekuasaan Allah. Dia mengetahui apa yang diusahakan oleh setiap diri, dan orang-orang kafir akan mengetahui untuk siapa tempat kesudahan (yang baik) itu.(13: 42)
 
Dalam ayat-ayat sebelumnya disinggung bahwa Allah Swt kepada Rasulullah Saw berfirman, Jika musyrikin Mekah menentangmu, janganlah khawatir karena nabi-nabi sebelumnya juga menghadapi penentang dalam jumlah besar. Akan tetapi Allah Swt akan memberikan azab di dunia maupun di akherat kepada mereka.
 
Ayat ini yang merupakan lanjutan ayat-ayat sebelumnya, mengatakan, kaum kafir berpikir dapat melarikan diri dari kemurkaan dan azab Allah Swt. Dalam benak mereka terlintas mengelabui atau melakukan makar kepada Allah Swt. Padahal segala sesuatunya berada di bawah kekusaaan Allah Swt. Jika terlintas melakukan makar, maka ketahuilah bahwa Allah dengan ilmunya yang tidak terbatas, meliputi segala sesuatu di alam semesta ini. Bahkan sesuatu yang terlintas dalam benak manusia tidak luput dari pengawasannya.
 
Allah Swt memberikan kesempatan kepada orang-orang kafir untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang benar. Namun mereka menyalahgunakan kesempatan yang diberikan Allah Swt, dan tetap berada dalam kekafiran. Lebih dari itu, mereka menduga kesempatan yang ada adalah bukti kasih sayang Allah Swt. Padahal hal itu merupakan kebijaksanaan ilahi supaya mereka bertaubat serta tidak tersesat di jalan kekufuran. Anehnya, manusia sebagai makhluk yang lemah ingin berhadapan dengan Allah Swt. Padahal semua kekuatan dan kemuliaan secara mutlak bermuara dari Allah Swt. Untuk itu, siapapun yang melakukan makar terhadap Allah Swt dan agama-Nya akan terkena azab dari Yang Maha Kuat.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Sebagian manusia berusaha melakukan makar terhadap Allah Swt. Padahal,makar itu baru bisa diterapkan ketika pihak lawan berada dalam kondisi lengah. Sementaraitu, Allah Swt tidak akan pernah lengah dan senantiasa mengawasi segala sesuatu di alam semesta ini.
2. Janganlah berpikir pendek. Dengan ibarat lain, jangan melihat orang-orang kafir saat ini. Akan tetapi kita harus berpikir ke depan, yakni dampak dari kekafiran itu.
 
Ayat ke 43
 
┘ê┘Ä┘è┘Ä┘é┘Å┘ê┘ä┘ŠϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘â┘Ä┘ü┘ÄÏ▒┘Å┘êϺ ┘ä┘ÄÏ│┘ÆϬ┘Ä ┘à┘ÅÏ▒┘ÆÏ│┘Ä┘ä┘ïϺ ┘é┘Å┘ä┘Æ ┘â┘Ä┘ü┘Ä┘ë Ï¿┘ÉϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ï┤┘Ä┘ç┘É┘èÏ»┘ïϺ Ï¿┘Ä┘è┘Æ┘å┘É┘è ┘ê┘ÄÏ¿┘Ä┘è┘Æ┘å┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘à┘Ä┘å┘Æ Ï╣┘É┘å┘ÆÏ»┘Ä┘ç┘Å Ï╣┘É┘ä┘Æ┘à┘ŠϺ┘ä┘Æ┘â┘ÉϬ┘ÄϺϿ┘É (43)
 
Artinya:
Berkatalah orang-orang kafir: "Kamu bukan seorang yang dijadikan Rasul". Katakanlah: "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan kamu, dan antara orang yang mempunyai ilmu Al Kitab".(13: 43)
 
Ayat ini merupakan akhir ayat surat ar-Raad, yang mengungkapkan puncak pengingkaran orang orang yang menentang Rasulullah Saw. Mereka secara terang-terangan mengingkari risalah yang diemban oleh Rasulullah Saw. Pada awal surat ini, Allah Swt menyampaikan pesan kepada Rasulullah Saw dan orang-orang mukmin bahwa apa yang disampaikan oleh Rassulullah Saw itu benar. Akan tetapi banyak orang yang tidak mengimaninya. Untuk itu, jangan ragu dan bimbang mengimani ajaran yang diturunkan kepada Rasulullah Saw.
 
Dalam ayat ini, Allah Swt kepada Rasulullah Saw mengatakan, katakan kepada orang-orang yang ingkar bahwa aku tidak menunggu pengakuan kalian untuk menyampaikan risalah ilahi. Pengutusan Allah Swt kepadaku sebagai utusan-Nya dan keimanan atas kitab suci oleh segelintir orang meski seorang saja, itu sudah cukup bagiku.
 
Menurut sejumlah riwayat, pengertian orang yang mempunyai ilmu kitab yang disinggung di penghujung surat ar-Raad ini, adalah Imam Ali as, yang merupakan orang pertama mengimani Rasulullah Saw dan membelanya hingga akhir hayat. Sangat jelas bahwa keimanan seseorang seperti Imam Ali bin Abi Thalib as lebih baik di banding kekafiran ribuan orang musyrik dan kesaksiannya atas risalah menyingkirkan kekufuran dan kebimbangan para penentang. Sebab keimanan yang tertanam pada jiwa Imam Ali as berlandaskan pada ilmu dan makrifah, bukan karena tendensi rasialis atau kekeluargaan.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Seseorang yang menyatakan beriman kepada Allah Swt, tidak akan kalah di hadapan penghinaan dan tudingan-tudingan bohong yang disampaikan oleh orang-orang kafir.
2. Kuantitas bukanlah standar. Bahkan, nilai kesaksian seorang ulama lebih berharga di banding pengingkaran orang-orang yang jahil atau bodoh.