Surat al-Hijr termasuk salah satu surat Makkiyah yang berarti turun sebelum hijrah Nabi Muhammad Saw ke Madinah. Surat yang secara urutannya adalah surat ke 15 dari al-Quran dan memiliki 99 ayat. Nama Hijr diambil dari nama sebuah negeri tempat hidup kaum Nabi Saleh as. Nama itu ada pada ayat 80 surat ini.
 
Ayat ke 1-3
 
Ϻ┘äÏ▒ Ϭ┘É┘ä┘Æ┘â┘Ä Ïó┘Ä┘è┘ÄϺϬ┘ŠϺ┘ä┘Æ┘â┘ÉϬ┘ÄϺϿ┘É ┘ê┘Ä┘é┘ÅÏ▒┘ÆÏó┘Ä┘å┘ì ┘à┘ÅÏ¿┘É┘è┘å┘ì (1) Ï▒┘ÅÏ¿┘Ä┘à┘ÄϺ ┘è┘Ä┘ê┘ÄÏ»┘æ┘ŠϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘â┘Ä┘ü┘ÄÏ▒┘Å┘êϺ ┘ä┘Ä┘ê┘Æ ┘â┘ÄϺ┘å┘Å┘êϺ ┘à┘ÅÏ│┘Æ┘ä┘É┘à┘É┘è┘å┘Ä (2) Ï░┘ÄÏ▒┘Æ┘ç┘Å┘à┘Æ ┘è┘ÄÏú┘Æ┘â┘Å┘ä┘Å┘êϺ ┘ê┘Ä┘è┘ÄϬ┘Ä┘à┘ÄϬ┘æ┘ÄÏ╣┘Å┘êϺ ┘ê┘Ä┘è┘Å┘ä┘Æ┘ç┘É┘ç┘É┘à┘ŠϺ┘ä┘ÆÏú┘Ä┘à┘Ä┘ä┘Å ┘ü┘ÄÏ│┘Ä┘ê┘Æ┘ü┘Ä ┘è┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Ä┘à┘Å┘ê┘å┘Ä (3)
 
Artinya:
Alif, laam, raa. (Surat) ini adalah (sebagian dari) ayat-ayat Al-Kitab (yang sempurna), yaitu (ayat-ayat) Al Quran yang memberi penjelasan. (15: 1)
 
Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. (15: 2)
 
Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka). (15: 3)
 
Surat ini dimulai sebagaimana surat-surat yang lain, terlebih dahulu menyebut kedudukan al-Quran yang tinggi, dan peranan ayat-ayatnya dalam menjelaskan kebenaran bagi umat manusia. Surat ini juga sebagaimana 29 surat lainnya dimulai dengan huruf Muqattaah. Di awali dengan huruf ini sebagai bukti pembeda antara firman Allah Swt dengan tulisan manusia.
 
Pada ayat kedua, terdapat poin penting tatkala orang-orang kafir berkata, "Kiranya kami dahulu menjadi orang-orang muslim, hingga dapat merasakan ketenangan batin di dunia dan nikmat surga di akhirat, sebagaimana yang dirasakan orang-orang muslim". Akan tetapi, ini hanya sebatas angan-angan dan sama sekali mereka tidak berusaha untuk beriman. Mereka disibukkan dengan sandang, pangan, dan kelezatan dunia lainnya. Mereka juga tidak bersedia meninggalkan perbuatan keji dan haram. Oleh karena itu, wahai Rasul Saw dan orang-orang muslim! Biarkan mereka dengan kondisinya, sebab sebentar lagi mereka akan mendapatkan balasan karena menjadi budak kelezatan."
 
Tentu saja, saat orang-orang kafir dibiarkan dengan kondisinya, terlebih dahulu mereka telah diajak untuk menerima agama yang benar. Akan tetapi, mereka tidak mengindahkan dan membangkang. Bukankah Allah Swt telah mengutus para Rasulnya untuk memberi petunjuk kepada mereka. Akan tetapi, tatkala mereka tidak bersedia mendengarkan dan merenungkan firman Allah Swt, tidak semestinya kita jengkel tidak pada tempatnya karena mengapa mereka tidak beriman?.
 
Dari tiga ayat tadi terdapat empat pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Sekarang mereka yang melecahkan orang-orang yang beriman, suatu saat nanti berangan-angan untuk menjadi seorang yang beriman dan mereka akan menyesal.
2. Sebatas keinginan untuk menjadi orang baik, tentunya belum cukup. Akan tetapi harus direalisasikan dengan perbuatan dan melangkah di jalan yang benar.
3. Dalam berdakwah, tidak seharusnya kita menghabiskan waktu untuk orang-orang yang membangkang, sebab hal ini sama sekali tidak berguna.
4. Allah Swt Maha Pengasih dengan tetap mencurahkan nikmatnya kepada orang-orang kafir. Akan tetapi mereka tidak pernah bersyukur.
 
Ayat ke 4-5
 
┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ Ïú┘Ä┘ç┘Æ┘ä┘Ä┘â┘Æ┘å┘ÄϺ ┘à┘É┘å┘Æ ┘é┘ÄÏ▒┘Æ┘è┘ÄÏ®┘ì ÏÑ┘É┘ä┘æ┘ÄϺ ┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘ç┘ÄϺ ┘â┘ÉϬ┘ÄϺϿ┘î ┘à┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Å┘ê┘à┘î (4) ┘à┘ÄϺ Ϭ┘ÄÏ│┘ÆÏ¿┘É┘é┘Å ┘à┘É┘å┘Æ Ïú┘Å┘à┘æ┘ÄÏ®┘ì Ïú┘Äϼ┘Ä┘ä┘Ä┘ç┘ÄϺ ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ ┘è┘ÄÏ│┘ÆϬ┘ÄÏú┘ÆÏ«┘ÉÏ▒┘Å┘ê┘å┘Ä (5)
 
Artinya:
Dan Kami tiada membinasakan sesuatu negeripun, melainkan ada baginya ketentuan masa yang telah ditetapkan. (15: 4)
 
Tidak ada suatu umatpun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak (pula) dapat mengundurkan(nya). (15: 5)
 
Dalam lanjutan ayat sebelumnya, Allah Swt memberikan waktu kepada orang-orang kafir. Ayat ini berbunyi, "Akan tetapi, masa ini ada akhirnya dan hanya Allah Swt yang mengetahui. Jika waktunya tiba, maka orang-orang berdosa akan binasa, dan tidak ada seoranpun dapat mendahului atau mengundurkan masa itu." Akan tetapi, ajal ada dua jenis, yaitu ajal yang pasti (hatmi) dan ajal yang tidak pasti (ghairu hatmi). Dan maksud ayat tadi adalah ajal yang pasti dan tidak bisa dirubah. Berbeda dengan ajal yang tidak pasti, karena masih dapat dirubah dengan bersedekah, berdoa, dan melakukan perbuatan baik lainnya.
 
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Memberi peluang dan kesempatan kepada orang-orang kafir bagian dari sunnah Allah Swt. Akan tetapi, kebinasaan mereka pada waktu yang telah ditetapkan juga sunnah Allah Swt.
2. Tidak hanya individu, tapi kaum dan golongan juga memiliki ajalnya, dan hanya Allah Swt yang maha mengetahuinya.
 
Ayat ke 6
 
┘ê┘Ä┘é┘ÄϺ┘ä┘Å┘êϺ ┘è┘ÄϺ Ïú┘Ä┘è┘æ┘Å┘ç┘ÄϺ Ϻ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è ┘å┘ÅÏ▓┘æ┘É┘ä┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É Ïº┘äÏ░┘æ┘É┘â┘ÆÏ▒┘Å ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘â┘Ä ┘ä┘Ä┘à┘Äϼ┘Æ┘å┘Å┘ê┘å┘î (6)
 
Artinya:
Mereka berkata: "Hai orang yang diturunkan Al Quran kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila. (15: 6)
 
Ayat ini mengisahkan tentang bagaimana orang-orang kafir memperlakukan para rasul. Mereka menyebut para rasul sebagai orang-orang yang gila, dan menamakan dirinya sebagai orang-orang yang waras. Dalam pandangan mereka, orang yang mengklaim dirinya mendapat mandat dan wahyu dari Allam Swt, mereka tergolong orang gila. Oleh sebab itu, mereka berbicara demikian dan punya klaim besar.
 
Akan tetapi, dalam budaya Arab jahiliah, orang gila adalah mereka yang kerasukan jin dan terhipnotis olehnya hingga melakukan sesuatu yang unik. Sebagaimana orang Arab jahiliah meyakini bahwa para penyair mampu melantunkan bait-bait syair karena ada hubungan dengan jin.
 
Bagaimanapun juga, bentuk komunikasi mereka dengan para rasul menunjukkan dua hal; pertama, metode menghina dan lemecehkan yang menggambarkan sikap amoral mereka. Dan kedua, orang-orang kafir sama sekali tidak punya argumentasi dan dalil untuk menolak ajaran suci yang dibawa oleh para rasul. Oleh sebab itu, mereka hanya mampu menghina dan melecehkan. Metode seperti ini sekarang juga dipakai oleh orang-orang yang menentang ajaran para rasul. Jika memang mereka punya poin tertentu tentang al-Quran, sebagai ganti dalil dan argumentasi, mereka berusaha melalui beragam bentuk penghinaan seperti pembuatan karikatur atau film, mencoba menodai kesucian agama Islam.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Kita harus melawan berbagai bentuk penghinaan dan pelecehan dari musuh. Karena ini adalah metode lama orang-orang kafir ketika berinteraksi dengan orang-orang yang beriman.
2. Sikap membangkang sebagain orang terhadap kebenaran telah sampai pada tahap menamakan dirinya sebagai orang yang berakal dan para rasul sebagai orang-orang yang gila.