Tafsir Al-Quran, Surat Al-Baqarah Ayat 6-7

Rate this item
(14 votes)

Ayat ke-6

Artinya:
Orang-orang yang kafir, sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada mereka atau tidak, mereka tak akan beriman.

Setelah memperkenalkan orang-orang yang bertakwa dan bersih hati, ayat ini berbicara tentang orang-orang kafir yang memiliki sifat fanatik dan keras kepala. Mereka orang yang tak akan terpengaruh sedikit pun oleh kebenaran dan sama sekali tak beriman kepadanya. Kafara di dalam bahasa Arab berarti menutup dan mengingkari. Kufur nikmat, berarti mengingkari nikmat dan tidak mensyukurinya. Kafir berarti orang yang menyembunyikan kebenaran dan tidak mempedulikannya.

Jika Allah Swt mau memaksa semua orang agar beriman, maka Allah mampu berbuat demikian. Namun iman yang tumbuh karena paksaan, tak memiliki nilai. Oleh karena itu, Allah ingin agar manusia menumbuhkan keimanan berdasarkan kehendak sendiri. Dengan demikian maka kita tak boleh berharap semua orang beriman dan bertakwa.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kufur dan fanatisme, membuat hati manusia beku dan mati, bagaikan batu atau kayu yang tak akan bergeming menghadapi segala bentuk nasehat dan petunjuk.
2. Jika seseorang tidak menerima kebenaran, maka seruan nabi pun tak akan berpengaruh padanya. Seruan para nabi, bagaikan hujan yang jika turun menyirami tanah yang memiliki kesiapan, maka tanah tersebut akan menumbuhkan bunga. Sedangkan jika hujan tersebut turun di atas tanah yang kering tandus dan tidak subur, maka paling-paling ia akan menumbuhkan onak berduri dan rumput liar.
3. Meskipun kita tahu bahwa orang kafir tak akan beriman, namun kita harus melaksanakan kewajiban kita memberikan peringatan kepadanya.

 

Ayat ke-7

Artinya:
Allah menutup hati mereka dan pendengaran mereka, sedangkan di mata mereka terdapat tabir yang menutupi, dan bagi mereka azab yang besar.

Orang-orang kafir memiliki akal, mata dan telinga, tapi perkataan-perkataan jelek dan fanatisme serta sifat keras kepala, telah menutupi semua itu sehingga tidak lagi mampu memahami dan melihat kebenaran. Itu merupakan hukuman dari Allah di dunia sedangkan di akhirat, azab yang pedih telah menanti mereka.

Di sini muncul pertanyaan. Jika Allah Swt telah menutup hati, mata dan telinga orang-orang kafir, maka berarti mereka tidak lagi bertanggung jawab atas kekafiran mereka. Karena mereka telah dipaksa oleh Allah Swt untuk tetap dalam keadaan kafir. Untuk menjawab pertanyaan ini al-Quran memberikan keterangan yang sangat jelas di dalam ayat 35 surat al-Mukmin. Allah Swt berfirman, "Demikianlah Allah akan menutup hati orang yang sombong dan zalim." Juga di dalam ayat 155 surat an-Nisa' Allah berfirman, "Tetapi Allah menutup hati mereka karena kekafiran mereka."

Sesungguhnya ayat ini menerangkan sunnatullah yang berlaku pada manusia, yaitu jika seseorang memiliki sifat takabbur, keras hati dan keras kepala dalam menghadapi kebenaran, maka alat-alat pencari pengetahuannya pun akan macet dan tak mampu bekerja lagi. Kebenaran pun akan tersembunyi baginya dan akibat buruk di dunia dan akhirat bakal menimpanya.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Orang yang memahami kebenaran, namun menolaknya, maka Allah akan menutup mata hatinya sehingga akan selalu menolak kebenaran. Hal itu merupakan ganjaran baginya.
2. Kelebihan manusia dibanding dengan hewan ialah akal dan kemampuan berpikir dengan benar yang dimiliki oleh manusia. Tetapi kelebihan ini dapat hilang. Mereka yang kehilangan akalnya lalu memusuhi kebenaran dengan kekafiran.

Read 13934 times