Ayat ke 17-18
 
Ïú┘Ä┘ü┘Ä┘à┘Ä┘å┘Æ ┘è┘ÄÏ«┘Æ┘ä┘Å┘é┘Å ┘â┘Ä┘à┘Ä┘å┘Æ ┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÄÏ«┘Æ┘ä┘Å┘é┘Å Ïú┘Ä┘ü┘Ä┘ä┘ÄϺ Ϭ┘ÄÏ░┘Ä┘â┘æ┘ÄÏ▒┘Å┘ê┘å┘Ä (17) ┘ê┘ÄÏÑ┘É┘å┘Æ Ï¬┘ÄÏ╣┘ÅÏ»┘æ┘Å┘êϺ ┘å┘ÉÏ╣┘Æ┘à┘ÄÏ®┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ä┘ÄϺ Ϭ┘ÅÏ¡┘ÆÏÁ┘Å┘ê┘ç┘ÄϺ ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Ä ┘ä┘ÄÏ║┘Ä┘ü┘Å┘êÏ▒┘î Ï▒┘ÄÏ¡┘É┘è┘à┘î (18)
 
Artinya:
Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)?. Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran. (16: 17)
 
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (16: 18)
 
Sejak awal surat an-Nahl hingga ayat ke 17 dan 18 menyebut sebagian nikmat Allah di bumi, langit, beragam tumbuhan dan hewan. Ayat-ayat ini menyebutkan, nikmat-nikmat Allah tidak dapat dibatasi dengan apa yang telah disebutkan. Karena nikmat Ilahi tidak terbatas dan tak ada seorangpun yang mampu menghitungnya. Namun tetap saja ada sebagian orang yang tidak sadar dan masih menyembah arca dan menerima penguasa-penguasa zalim.
 
Apakah makhluk ciptaan Allah; baik yang bernyawa maupun tidak, yagn tidak mampu menciptakan sesuatu pun harus disekutukan dengan Allah dan disembah?
 
Mengingat salah satu kewajiban para nabi demi mengingatkan rakyat dan menyadarkan hati nurani dan fitrah mereka, ayat-ayat ini dengan gaya bertanya menjelaskan masalah ini agar orang-orang musyrik memikirkan masalah ini dan mencari jawaban atas sejumlah pertanyaan transparan ini.
 
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Ketika kita ingin mengajak orang lain untuk mengenal Allah dan menyembah-Nya, yang harus dilakukan adalah menarik hati nurani mereka untuk menilai, hingga akal dan fitrah mereka sadar untuk tidak mencari selain Allah.
2. Mengenal Allah merupakan masalah fitrah manusia yang membutuhkan perhatian dan pengingatan. Oleh karenanya, tidak harus kita menyakinkan orang lain untuk mengenal Allah lewat argumentasi rumit filosofis.
 
Ayat ke 19
 
┘ê┘ÄϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘è┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Ä┘à┘Å ┘à┘ÄϺ Ϭ┘ÅÏ│┘ÉÏ▒┘æ┘Å┘ê┘å┘Ä ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ Ϭ┘ÅÏ╣┘Æ┘ä┘É┘å┘Å┘ê┘å┘Ä (19)
 
Artinya:
Dan Allah mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan. (16: 19)
 
Menyusul penjelasan mengenai berbagai nikmat dan keharusan mengenal pencipta nikmat-nikmat itu, ayat ini menjelaskan, Dia satau-satunya pencipta yang mengetahui segala sesuatu. Dia Zat yang mengetahui segala urusan ciptaan.Nya.
 
Tidak demikian bahwa Allah menciptakan mahkluk-Nya lalu membiarkan mereka begitu saja, tapi Allah senantiasa memonitoring setiap gerakan mereka. Tidak ada yang tersembunyi di sisi-Nya. Khususnya terkait dengan manusia yang diciptakan melakukan pekerjaannya dengan pilihan dan kehendak. Allah mengetahui alas an dan tujuan mereka yang tidak diketahui oleh orang lain. Atas dasar pengetahuan-Nya akan segala perbuatan manusia, Allah membalas segala kebaikan dan keburukan yang mereka kerjakan.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Bila kita mengetahui bahwa Allah mengetahui segala perbuatan kita, tentunya kita harus meninggalkan perbuatan-perbuatan buruk.
2. Sesuatu tampak dan tersembunyi tidak punya makna di sisi Allah. Segala sesuatu sama di hadapan-Nya.
 
Ayat ke 20-21
 
┘ê┘ÄϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘è┘ÄÏ»┘ÆÏ╣┘Å┘ê┘å┘Ä ┘à┘É┘å┘Æ Ï»┘Å┘ê┘å┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÄÏ«┘Æ┘ä┘Å┘é┘Å┘ê┘å┘Ä Ï┤┘Ä┘è┘ÆϪ┘ïϺ ┘ê┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘è┘ÅÏ«┘Æ┘ä┘Ä┘é┘Å┘ê┘å┘Ä (20) Ïú┘Ä┘à┘Æ┘ê┘ÄϺϬ┘î Ï║┘Ä┘è┘ÆÏ▒┘Å Ïú┘ÄÏ¡┘Æ┘è┘ÄϺÏí┘ì ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ ┘è┘ÄÏ┤┘ÆÏ╣┘ÅÏ▒┘Å┘ê┘å┘Ä Ïú┘Ä┘è┘æ┘ÄϺ┘å┘Ä ┘è┘ÅÏ¿┘ÆÏ╣┘ÄϽ┘Å┘ê┘å┘Ä (21)
 
Artinya:
Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang. (16: 20)
 
(Berhala-berhala itu) benda mati tidak hidup, dan berhala-berhala tidak mengetahui bilakah penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan. (16: 21)
 
Ayat-ayat ini kembali menjelaskan poin utama ayat-ayat sebelumnya dan menyebutkan, mengapa orang-orang musyrik menyembah arca-arca padahal mereka adalah ciptaan Allah yang tidak punya kehendak dan ruh. Sesembahan mereka itu tidak punya kekuatan mencipta apa lagi memberikan kehidupan kepada sesuatu yang lain.
 
Pertanyaannya, apakah mungkin sesuatu yang tidak memiliki kehidupan dapat memberikan kehidupan terhadap sesuatu yang lain? Bagaimana mungkin sesuatu yang tidak memiliki jiwa dapat menentukan nasib manusia?
 
Mungkin ada sebagian orang yang beranggapan bahwa ayat-ayat ini hanya terkait dengan orang-orang musyrik di masa nabi dan kini sudah tidak relevan lagi. Namun kenyataannya bahkan dalam dunia modern saat ini, sekitar ratusan juta manusia di India, Cina, dan di Negara-negara lain yang menyembah berhala dan tidak menyakini Allah dan Hari Kiamat.
 
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Sesembahan yang layak untuk disembah adalah Zat yang punya ilmu, kekuatan dan kehidupan. Berhala-berhala yang disembah selama ini tidak punya kekhususan ini.
2. Di Hari Kiamat berhala-berhala akan dibangkitkan untuk memberikan saksi kepada mereka yang menyembahnya.