Tafsir Al-Quran, Surat An-Nahl Ayat 53-57

Rate this item
(1 Vote)
Tafsir Al-Quran, Surat An-Nahl Ayat 53-57

Ayat ke 53-54

┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ Ï¿┘É┘â┘Å┘à┘Æ ┘à┘É┘å┘Æ ┘å┘ÉÏ╣┘Æ┘à┘ÄÏ®┘ì ┘ü┘Ä┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ï½┘Å┘à┘æ┘Ä ÏÑ┘ÉÏ░┘ÄϺ ┘à┘ÄÏ│┘æ┘Ä┘â┘Å┘à┘ŠϺ┘äÏÂ┘æ┘ÅÏ▒┘æ┘Å ┘ü┘ÄÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É Ï¬┘Äϼ┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘Å┘ê┘å┘Ä (53) Ͻ┘Å┘à┘æ┘Ä ÏÑ┘ÉÏ░┘ÄϺ ┘â┘ÄÏ┤┘Ä┘ü┘Ä Ïº┘äÏÂ┘æ┘ÅÏ▒┘æ┘Ä Ï╣┘Ä┘å┘Æ┘â┘Å┘à┘Æ ÏÑ┘ÉÏ░┘ÄϺ ┘ü┘ÄÏ▒┘É┘è┘é┘î ┘à┘É┘å┘Æ┘â┘Å┘à┘Æ Ï¿┘ÉÏ▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘è┘ÅÏ┤┘ÆÏ▒┘É┘â┘Å┘ê┘å┘Ä (54)

Artinya:

Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan. (16: 53)

Kemudian apabila Dia telah menghilangkan kemudharatan itu dari pada kamu, tiba-tiba sebahagian dari pada kamu mempersekutukan Tuhannya dengan (yang lain). (16: 54)

Kedua ayat tersebut yang kandungannya seringkali diulang dalam ayat-ayat al-Quran lainnya, menekankan dua poin. Pertama, seluruh kenikmatan baik raga dan jiwa, serta kenikmatan alam seperti air, tanah, tumbuh-tumbuhan, binatang, bumi dan langit berasal dari Allah Swt, semua itu berasal dari Allah Swt. Lantas mengapa sebagian kalian menjadikan sederet kenikmatan tersebut sepadan dengan Allah Swt dan mematuhi selain-Nya? Mematuhi atau mentaati selain Allah Swt sebagai ganti dari ketaatan kepada Zat Yang Maha Kuasa, sama halnya dengan melakukan syirik atau menyekutukan Allah Swt.

Adapun poin kedua menyebutkan, saat terjadi musibah, kalian menghadapi kondisi sedih, yang kemudian menjadikan Allah Swt sebagai tempat mengeluh dan mengadu. Kalian meminta kepada Allah Swt supaya menyelesaikan problema kalian. Namun uniknya, saat problema itu dapat diselesaikan, sebagian dari kalian melupakan Allah Swt, bahkan menyebut selain Allah Swt sebagai pihak yang menyelesaikan problema tersebut. Ini adalah salah satu bentuk syirik atau penyekutuan kepada Allah Swt.

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Kita harus bersikap waspada bahwa kenikmatan dapat melupakan Allah Swt dan menyebabkan syirik kepada-Nya.

2. Menjaga keimanan dan meminta pertolongan kepada Allah Swt harus terus dipertahankan. Hal itu tidak hanya dilakukan saat menghadapi kesulitan.

 

Ayat ke 55

┘ä┘É┘è┘Ä┘â┘Æ┘ü┘ÅÏ▒┘Å┘êϺ Ï¿┘É┘à┘ÄϺ Ïó┘ÄϬ┘Ä┘è┘Æ┘å┘ÄϺ┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ü┘ÄϬ┘Ä┘à┘ÄϬ┘æ┘ÄÏ╣┘Å┘êϺ ┘ü┘ÄÏ│┘Ä┘ê┘Æ┘ü┘Ä Ï¬┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Ä┘à┘Å┘ê┘å┘Ä (55)

Artinya:

Biarlah mereka mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka; maka bersenag-senanglah kamu. Kelak, kamu akan mengetahuinya (akibatnya). (16: 55)

Ayat ini menjelaskan kelanjutan ayat sebelumnya, menyekutukan Allah Swt di saat gembira dan berakhirnya masalah dapat dilihat pada seseorang yang tidak mensyukuri kenikmatan Allah Swt dan mengingkari apa yang diberikan-Nya. Sangatlah jelas bahwa seseorang yang tak mensyukuri kenikmatan akan dihadapkan pada kemungkaran Allah Swt di dunia dan akhirat. Meski ia menggunakan kenikmatan tersebut, tapi hal itu tak membahagiakannya. Bahkan kenikmatan itu membuat orang tersebut mendapat azab.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Tidak mensyukuri kenikmatan Allah Swt adalah bentuk dari kesyrikan dan kekafiran yang membuat Allah Swt murka.

2. Meski banyak manusia yang mengingkari Allah, namun Allah Swt tidak memutuskan nikmat yang diberikan-Nya dan membiarkan mereka untuk tetap bersenang-senang. Namun sebenarnya, hal itu merupakan kesempatan yang diberikan kepada Allah Swt, supaya manusia sadar.

 

Ayat ke 56-57

┘ê┘Ä┘è┘Äϼ┘ÆÏ╣┘Ä┘ä┘Å┘ê┘å┘Ä ┘ä┘É┘à┘ÄϺ ┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Ä┘à┘Å┘ê┘å┘Ä ┘å┘ÄÏÁ┘É┘èÏ¿┘ïϺ ┘à┘É┘à┘æ┘ÄϺ Ï▒┘ÄÏ▓┘Ä┘é┘Æ┘å┘ÄϺ┘ç┘Å┘à┘Æ Ï¬┘ÄϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ä┘ÄϬ┘ÅÏ│┘ÆÏú┘Ä┘ä┘Å┘å┘æ┘Ä Ï╣┘Ä┘à┘æ┘ÄϺ ┘â┘Å┘å┘ÆϬ┘Å┘à┘Æ Ï¬┘Ä┘ü┘ÆϬ┘ÄÏ▒┘Å┘ê┘å┘Ä (56) ┘ê┘Ä┘è┘Äϼ┘ÆÏ╣┘Ä┘ä┘Å┘ê┘å┘Ä ┘ä┘É┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ïº┘ä┘ÆÏ¿┘Ä┘å┘ÄϺϬ┘É Ï│┘ÅÏ¿┘ÆÏ¡┘ÄϺ┘å┘Ä┘ç┘Å ┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘à┘ÄϺ ┘è┘ÄÏ┤┘ÆϬ┘Ä┘ç┘Å┘ê┘å┘Ä (57)

Artinya:

Dan mereka sediakan untuk berhala-berhala yang mereka tiada mengetahui (kekuasaannya), satu bahagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepada mereka. Demi Allah, sesungguhnya kamu akan ditanyai tentang apa yang telah kamu ada-adakan. (16: 56)

Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan. Maha Suci Allah, sedang untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka sukai (yaitu anak-anak laki-laki). (16: 57)

Kedua ayat tersebut menyinggung keyakinan dan perbuatan khurafat serta perilaku tidak layak orang-orang Musyrik. Kaum Musyrik menyisakan sebagain dari kenikmatannya untuk berhala. Pada saat yang sama, mereka harus mempertanggungjawabkan tindakannya ini. Lantas atas dasar hak yang mana mereka melakukan hal tersebut dan menggunakan kenikmatan ilahi di jalan syirik?

Kelanjutan ayat tersebut menjelaskan bahwa kaum Musyrik menduga para malaikat sebagai anak-anak Tuhan. Berdasarkan keyakinan ini, mereka mempunyai tiga penyimpangan mendasar. Pertama, mereka menyatakan bahwa Tuhan mempunyai anak. Padahal Tuhan tidak mempunyai anak. Kedua, mereka mengganggap para malaikat sebagai anak-anak perempuan Tuhan. Padahal tidak ada laki-laki dan perempuan di kalangan malaikat. Ketiga, orang-orang Musyrik menyebut perempuan sebagai hal yang hina. Bahkan mereka mengubur anak perempuan secara hidup-hidup. Dengan kondisi seperti ini, mereka mengaitkan hal tersebut dengan Tuhan.

Semua itu adalah kebohongan semata. Untuk itu, kaum Musyrik harus mempertanggungjawabkan sikap mereka. Dapat dipastikan bahwa mereka tak dapat menjawab hal itu.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Kita tidak berhak memanfaatkan nikmat ilahi untuk sesuatu yang tidak diridhai oleh Allah Swt.

2. Bergantung pada sesuatu atau pihak-pihak yang mereka sendiri tidak mengetahui apa yang akan terjadi, dapat dikatakan sebagai bentuk khurafat.

3. Kasih sayang materi dan duniawi Allah Swt mencakup semua orang, termasuk orang-orang yang menyeleweng.

Read 3739 times