Tafsir Al-Quran, Surat Al-Baqarah Ayat 29-30‎

Rate this item
(17 votes)

Ayat ke 29‎

Artinya:

Dia-lah yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kalian, kemudian ia ‎berkehendak pula menciptakan langit, maka Dia menjadikannya tujuh lapis. ‎Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

Allah yang menciptakan kita, juga telah mempersiapkan bebagai fasilitas ‎kesejahteraan dan kemakmuran. Untuk itu Allah menciptakan bumi dan langit ‎beserta isinya lalu menyerahkannya kepada manusia. Karena manusia adalah ‎makhluk termulia di antara seluruh makhluk lain yang Allah ciptakan. Dan ‎segala sesuatu, baik benda-benda mati, tumbuhan, hewan, tanah dan langit, ‎semua diciptakan demi kepentingan manusia. Oleh karena itu, dalam ayat ‎ini dikatakan, Allah menciptakan segala yang ada di bumi untuk kalian.

Pada ayat 13 surat al-Jaatsiyah, dikatakan, "Dia menciptakan bagi ‎kalian segala yang ada di langit dan di bumi." ‎

Jadi bukan hanya bumi, tetapi langit dan segala isinya, Allah ciptakan untuk ‎kepentingan manusia. Satu lagi diantara tanda-tanda tauhid atau keesaan ‎Allah ialah sistem yang amat rumit namun sangat teliti. Sistem ini mengatur langit ‎dan segala isinya, dimana para ilmuwan di zaman teknologi moderen dan ‎serba canggih ini mengakui kelemahan mereka menghadapi kehebatan alam ‎raya ini. Bola bumi yang merupakan sumber kehidupan dan macam-macam ‎nikmat bagi kita, tak lebih hanyalah sebuah benda langit yang sangat kecil ‎dibanding benda-benda langit yang lain.

Al-Quran pun menyebutnya dengan satu kata bentuk tunggal, yaitu al-Ardh. ‎Sedangkan tentang langit, di dalam banyak ayat, al-Quran menyebutnya ‎‎"Sab'a Samawat" berarti bahwa Allah membentangkan langit yang berlapis ‎tujuh. Ketujuh langit itu diciptakan berdasarkan pengelolaan dan pengaturan yang sangat cermat, yang ‎Dia ciptakan untuk kepentingan manusia. Tujuh langit, yang berdasarkan ‎ayat-ayat lain, langit yang dapat disaksikan oleh mata manusia ini disebut ‎sebagai Sama' udunya, artinya langit yang terendah. Sedangkan langit yang ‎enam lapis lainnya berada di luar jangkauan penglihatan dan pengetahuan ‎manusia.

Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:‎ ‎
‎1. Manusia lebih mulia dibanding seluruh yang ada di bumi dan langit, bahkan ‎ia merupakan tujuan penciptaan semua itu. ‎
‎2. Allah menciptakan alam ini untuk kita. Oleh sebab itu, hendaklah kita ‎menempatkan diri kita hanya untuk Allah semata. ‎
‎3. Tak ada satu pun ciptaan Allah di alam ini yang sia-sia, karena ia diciptakan ‎untuk suatu kepentingan bagi manusia, meskipun manusia itu sendiri masih ‎belum mengetahui letak kepentingan tersebut. ‎
‎4. Dunia diciptakan untuk manusia, bukan sebaliknya, manusia diciptakan ‎untuk dunia. Dunia adalah sarana, bukan tujuan. ‎
‎5. Segala macam pemanfaatan nikmat-nikmat alam adalah halal bagi ‎manusia, kecuali jika terdapat bukti khusus dari akal maupun syariat yang ‎mengharamkannya. ‎

 

Ayat ke 30

Artinya:

Dan ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada para Malaikat: "Aku akan ‎menciptakan seorang khalifah di bumi". Para Malaikat berkata: "Apakah ‎Engkau akan menciptakan orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya ‎dan mengalirkan darah, sementara kami selalu bertasbih dengan memuji-Mu ‎serta mengagungkan-Mu. Allah berkata: "Aku mengetahui apa yang tidak ‎kalian ketahui.‎

Pada ayat-ayat sebelumnya Allah berbicara tentang nikmat-nikmat materi-‎Nya yang tak terhitung jumlahnya bagi para penghuni bumi. Sedangkan ayat ‎ini menjelaskan posisi dan kedudukan maknawi manusia, yang membuatnya ‎pantas menerima segala nikmat itu. Setelah menciptakan manusia, Allah Swt ‎menyodorkan permasalahan ini kepada para Malaikat dan berusaha memahamkan mereka bahwa Adam ‎memiliki kelayakan dan kepantasan sedemikian besar. Dengan alasan itu Allah ‎menetapkannya sebagai wakil-Nya di bumi, dan mencapai pangkat ‎khalifatullah.

Akan tetapi para Malaikat menyatakan kekhawatiran mereka dan mengatakan ‎bagaimana mungkin seseorang yang keturunannya bakal membuat ‎kerusakan dan pertumpahan darah diangkat sebagai khalifatullah di bumi?‎

Para Malaikat berpikir bahwa jika Allah ingin mengangkat wakil di bumi , maka ‎wakil tersebut haruslah jauh dari segala macam dosa dan kejahatan, serta ‎sepenuhnya menaati Allah. Dengan pengetahuan yang mereka miliki ‎tentang alam dan watak manusia membuat mereka merasa heran. Lalu muncul pertanyaan, apa ‎sebabnya Allah Swt memberikan kedudukan mulia itu kepada Adam. Padahal mereka, para Malaikat selalu berada dalam ibadah dan ketaatan ‎kepada-Nya.

Dalam menjawab pertanyaan para Malaikat, Allah Swt mengatakan bahwa kalian ‎hanya melihat titik kelemahan manusia. Sedangkan kalian tidak mengetahui ‎sisi positifnya yang sangat berharga. Akan tetapi Aku mengetahui ‎sesuatu yang kalian tidak mengetahuinya. Jika kalian menganggap bahwa ‎tasbih dan tahmid yang selalu kalian lakukan itu sebagai alasan kelebihan ‎kalian terhadap manusia dalam mencapai kedudukan sebagai khalifatullah, ‎maka ketahuilah bahwa diantara umat manusia terdapat banyak orang yang ‎lebih unggul dari pada kalian dan memiliki kelayakan untuk menduduki ‎pangkat mulia ini.

Tentu saja perlu ditegaskan bahwa bukan semua manusia merupakan ‎khalifatullah di muka bumi. Yang dimaksud dengan khalifah Allah di ‎bumi adalah Allah telah menciptakan manusia "fi ahsanit taqwim" ‎dengan sebaik-baik penciptaan, dan telah meniupkan ruh-Nya ke dalam tubuh ‎manusia. Oleh karenanya, hendaklah manusia memelihara sebaik-baiknya semua ‎potensi yang telah Allah berikan itu, sehingga mampu berperan sebagai ‎khalifah Allah di bumi.‎

Contoh dari orang-orang yang demikian itu, yang telah terpilih sebagai ‎khalifatullah di bumi, ialah para Nabi, para Imam, mukminin dan solihin serta ‎para syuhada. Ketika manusia tidak mampu memelihara potensi-potensi ilahi ‎itu dan merusaknya, jadilah mereka sama seperti hewan bahkan keadaan ‎mereka lebih buruk lagi, sebagaimana ditegaskan di dalam al-Quran, "Ulaa ‎ika kal an'am bal hum adhal" yang artinya, mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan ‎lebih sesat lagi.

Jelas sekali bahwa ditunjuknya manusia sebagai wakil untuk ‎mengelola bumi, sama sekali tidak menunjukkan kelemahan Allah dalam ‎mengatur bumi. Tetapi menunjukkan kemuliaan dan keutamaan kedudukan ‎manusia yang memperoleh kelayakan untuk menduduki jabatan khalifatullah. Selain itu juga untuk menunjukkan bahwa sistem penciptaan dan pengaturan alam ini berjalan di atas ‎dasar kausalitas.‎

Artinya, meskipun Allah Swt mampu secara langsung mengatur dan ‎mengelola alam jagat raya ini, namun untuk menjalankan segala urusan Allah ‎menciptakan perantara-perantara dan sebab-sebab. Hal sama yang dibebankan kepada Malaikat. Allah Swt berfirman, "Dan demi para Malaikat ‎yang mengatur urusan alam." Maksud dari ayat ini, Allah Swt juga menyerahkan sebagian ‎urusan alam ini kepada para Malaikat. Meskipun pengatur yang sebenarnya ‎segala urusan alam ini ialah Allah sendiri sebagaimana yang Dia firmankan, ‎‎"Yudab birul Amr", Dia-lah yang mengatur segenap urusan. ‎

Dari ayat tadi terdapat delapan poin pelajaran yang dapat dipetik:‎
‎1. Posisi dan kedudukan manusia di alam ini sangat tinggi, sebagaimana yang ‎Allah paparkan masalah tersebut di hadapan para Malaikat-Nya.‎
‎2. Pengangkatan wakil dan pemimpin ilahi, ada di tangan Allah. ‎
‎3. Penjelasan topik-topik penting yang menimbulkan pertanyaan, dan ‎pemberian jawaban bagi soal-soal serta hal-hal yang belum jelas, adalah ‎perbuatan yang sangat berharga. Seperti yang Allah lakukan terkait dengan penciptaan manusia, sehingga hilanglah ketidakjelasan dan keraguan ‎para Malaikat.‎
‎4. Pemimpin dan khalifah Allah haruslah seorang yang adil bijaksana, bukan ‎orang yang fasik dan pembuat kerusakan. Oleh karena itu, para Malaikat ‎bertanya, bagaimana mungkin manusia yang suka menumpahkan darah ‎berperan sebagai wakil Allah di bumi?‎
‎5. Dalam membandingkan diri kita dengan orang lain, hendaknya kita tidak ‎melihat hanya segi-segi negatif dan titik-titik kelemahan orang lain, dan ‎melihat diri kita sendiri hanya dari segi-segi positif, lalu kita tergesa-gesa ‎mengambil kesimpulan.‎
‎6. Ukuran kemuliaan dan keutamaan bukan hanya ibadah. Akan tetapi ‎diperlukan hal-hal lain. Meskipun para Malaikat memiliki kelebihan dibanding ‎dengan manusia dalam hal ibadah kepada Allah, namun mereka tidak dipilih ‎oleh Allah untuk menjadi khalifah-Nya di bumi.‎
‎7. Penyimpangan dan kesesatan sejumlah manusia, tidak menghalangi ‎perkembangan dan kesempurnaan manusia-manusia yang lain. Meskipun ‎Allah mengetahui bahwa sekelompok manusia akan memilih jalan kesesatan, ‎namun Allah tidak mencegah penciptaan dan pengangkatan manusia sebagai ‎khalifah-Nya.‎
‎8. Mengajukan pertanyaan dengan tujuan menambah pengetahuan dan ‎menyingkirkan ketidakjelasan, sama sekali tidak terlarang, bahkan merupakan ‎kebaikan. Pertanyaan para Malaikat bukan untuk memprotes perbuatan dan ‎rencana Allah, tetapi untuk menghapus ketidakjelasan yang ada pada ‎mereka.‎ (IRIB Indonesia)

Read 24047 times