Ayat ke 34
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat, sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Ia enggandan takabbur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.
Sebagai kelanjutan dari ayat-ayat terdahulu yang berbicara tentang nikmat materi dan maknawi yang Allah berikan kepada manusia, juga khilafah ilahi yang menunjukkan kemuliaan manusia, maka ayat ini memaparkan satu lagi yang menunjukkan kemuliaan manusia, yaitu sujudnya para malaikat kepada Nabi Adam as. Sebagaimana terdapat di dalam beberapa ayat surat al-Hijr dan Shaad, Allah Swt ketika menciptakan manusia, berbicara kepada para malaikat yang artinya, "Maka jika Aku telah menyempurnakannya dan telah Kutiupkan ruh-Ku ke dalamnya, maka sujudlah kalian kepadanya."
Dengan demikian, sujud ini dilakukan karena penciptaan manusia, bukan karena pengangkatannya sebagai khalifah. Karena persoalan khilafah serta pengujian terhadap para Malaikat terjadi setelah tahap ini. Pada dasarnya, jika perintah sujud dikeluarkan setelah kejelasan kedudukan khilafah yang dicapai oleh Adam as, maka sujudnya para Malaikat itu tak akan sedemikian bernilai. Karena sudah bukan lagi berdasarkan pada ta'abbud dan penyerahan diri sepenuhnya kepada perintah ilahi, namun sujud itu dilakukan karena kedudukan Adam as.
Sementara itu, Iblis, yang menurut ayat 50 surat al-Kahfi termasuk dari golongan Jin yang mencapai kedudukan setingkat dengan para malaikat berkat ibadahnya yang sangat tinggi, tidak bersedia melaksanakan perintah ilahi itu. Dengan menyombongkan diri ia menyangka bahwa dari segi ciptaan ia lebih tinggi dari pada Adam. Menurutnya, Adamlah yang seharusnya bersujud kepadanya, bukan ia yang sujud terhadap Adam. Kemaksiatan dan dosa Iblis bukan hanya di dalam perbuatan; tetapi dari segi keyakinan Iblis juga telah menunjukkan kemaksiatannya. Karena ia menyakini bahwa perintah Allah itu tidak adil dan bijaksana.
Dengan demikian maka Iblis telah kafir, tak beragama dan melepaskan imannya. Sujudnya para malaikat kepada Adam bukan berarti menyembah Adam.Sebab menyembah selain Allah tidak diperbolehkan. Mereka bersujud kepada Adam atas dasar perintah ilahi sebagai penghormatan, yang pada hakikatnya bersujud kepada Allah, namun karena penciptaan wujud mulia ini yang bernama manusia.
Dari ayat tadi terdapat enam poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Hakikat ibadah adalah manusia melakukan perbuatan karena perintah Allah, bukannya ia memilih dan mengamalkan perintah-perintah sesuai dengan keinginannya. Selama berabad-abad Iblis bersedia sujud di hadapan Allah, namun ia tidak mau bersujud sesaatpun kepada Adam.
2. Jauh dari keadilan, apabila semua malaikat bersujud kepada manusia, namun manusia tidak bersedia bersujud kepada Allah.
3. Sombong dan takabbur di hadapan kebenaran, menarik manusia kepada kekufuran dan ketidakberagamaan.
4. Sujud dan tunduk di hadapan selain Allah apabila berdasarkan perintah Allah, maka tidak hanya perbuatan non-syirik, bahkan ia merupakan tauhid dan ubudiyyah itu sendiri.
5. Kelayakan lebih penting dari pada umur dan keterdahuluan. Malaikat yang telah diciptakan terlebih dahulu harus bersujud kepada Adam yang baru diciptakan.
6. Sujud kepada Adam bukan hanya kepada dirinya, bahkan karena keturunannya dan generasi manusia. Oleh karenanya Allah berfirman dalam Surah al-A'raf ayat 11, "Wahai manusia, Kami ciptakan kalian, lalu kami bentuk kalian, kemudian kami katakan kepada Malaikat: Bersujudlah kepada Adam!"
Ayat ke 35
Artinya:
Dan Kami berfirman, "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai dan janganlah kamu dekati pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.
Allah yang menciptakan manusia dari tanah liat. Untuk menjadi khalifah di muka bumi, mula-mula menciptakan seorang isteri dari jenisnya sehingga menjadi pendamping dan penghiburnya dan menjadi sumber kelestarian keturunannya. Semua itu demi menyediakan sarana kehidupannya di bumi. Kemudian Allah menyediakan taman bak surga untuk mereka berdua di bumi yang merupakan tempat tinggal dan sumber makanan mereka. Dengan tindakan ini, Allah menyempurnakan nikmat kepada Adam dan menyediakan isteri, tempat tinggal dan makanan, sehingga sarana kesejahteraan dan ketenteraman mereka terpenuhi dan hendaklah mereka mempelajari cara-cara pemanfaatan bumi dan hasil-hasilnya yang luas dari pengalaman.
Akan tetapi bukan berarti setiap yang di makan bermanfaat dan perlu untuk badan. Oleh karena itu, Allah melarang mereka memakan buah dari pohon tertentu, sebab memakan buah pohon itu menyebabkan gangguan pada tubuh dan menganiaya jiwanya, yang diikuti dengan keluarnya mereka dari Surga dunia. Dari hal-hal yang telah kami katakan jelaslah, bahwa Surga yang dijadikan tempat tinggal untuk Adam bukanlah Surga yang dijanjikan pada hari kiamat, sebab:
1. Surga tersebut sebagai imbalan pahala. Sedangkan Adam hingga saat itu belum melakukan perbuatan baik yang menyebabkannya berhak mendapatkan pahala. Sebagaimana disebutkan dalam ayat 142 surat Ali Imran yang berbunyi, "Apakah kamu mengira akan masuk Surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad dari kamu."
2. Orang-orang yang telah dimasukkan ke dalam Surga yang telah dijanjikan, tidak lagi akan keluar darinya. Sebagaimana ayat 48 surat al-Hijr menyatakan, "Dan tidaklah mereka akan dikeluarkan."
3. Di dalam Surga yang dijanjikan tidak terdapat pohon yang terlarang, sehingga Allah melarang memakannya, bahkan segalanya halal dan diperbolehkan. Dari sisi lain, Allah juga menyebut taman-taman yang subur di dunia dengan sebutan jannah pula, dan kata ini tidak dikhususkan untuk surga yang dijanjikan seperti tersebut dalam ayat 17 surat al-Qalam, "Wahai Nabi, Kami akan menguji mereka (orang-orang kaya yang takabbur dan musyrik) sebagaimana Kami uji para pemilik kebun."
Dari ayat tadi terdapat enam poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Isteri, tempat tinggal dan makanan adalah kenikmatan-kenikmatan yang dianugerahkan Allah untuk kesejahteraan dan ketenteraman manusia di muka bumi.
2. Perempuan di rumah mengikuti lelaki. Pada masalah-masalah lain, ayat-ayat ini membicarakan Adam dan isterinya, dengan firman-Nya, (taqrabaa, kalian berdua mendekati,
syi'tumaa, kalian berdua kehendaki, kulaa, makanlah kalian berdua), namun pada masalah tempat tinggal hanya Adam yang dijadikan subyek pembicaraan, sedangkan isterinya disebutkan mengikutinya sebagaimana firman Allah, "Tinggallah kamu dengan isterimu di jannah (taman)."
3. Sebelum melarang sesuatu, pada awalny pintu-pintu yang menuju ke jalan yang benar untuk mengatasi keperluan itu harus dibuka. Manusia memerlukan makanan, lantaran itu mula-mula Allah menetapkan makanan-makanan yang diperbolehkan, baru kemudian melarang memakan tumbuhan tertentu.
4. Dosa sedemikian berbahaya, hingga tidak boleh mendekatinya, apalagi jika dilakukan. Oleh karena itu, Allah tidak mengatakan "la tak kulaa", janganlah memakan tumbuhan ini, tetapi Allah berfirman, "la taqrabaa", janganlah kamu mendekatinya.
5. Perbuatan yang dilarang Allah, akibat buruknya akan sampai kepada manusia, bukan kepada Allah. Melanggar perintah-perintah ilahi adalah menzalimi diri sendiri dan menjauhkan manusia dari nikmat-nikmat ilahi.
6. Manusia dalam makan tidak boleh seperti hewan yang tunduk pada perut, dimana segala yang ia inginkan dimakan. Namun manusia harus menaati Allah. Segala hal yang dipandang baik oleh Allah bagi dirinya, ia makan dan yang dilarang ia tinggalkan.
Ayat ke 36
Artinya:
Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman, "Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."
Sebelum ini telah dijelaskan mengenai peristiwa penciptaan dan khilafah Adam, dan sampai pada pembahasan tentang ditempatkannya Adam dan isterinya oleh Allah pada suatu taman surga dan disediakan segala jenis makanan untuk mereka.Namun Allah melarang tumbuhan khusus, yang apabila dimakan akan menyebabkan kerugian dan mengakibatkan kezaliman terhadap diri sendiri.
Adapun setan yang terusir dari rahmat ilahi lantaran berpaling dari perintah untuk bersujud kepada Adam, senantiasa berusaha mengeluarkan Adam dari tempat ketenangan, kesejahteraan dan ketenteraman, guna melampiaskan dendamnya kepada Adam. Karena itu, setan berusaha keras membujuk Adam agar memakan tumbuhan terlarang dengan berbagai godaan dan berpura-pura berniat baik dengan menyebutkan berbagai manfaat buah dari pohon tersebut.
Akhirnya, Adam dan isterinya memakan buah pohon itu. Mereka tidak mempunyai niat untuk melanggar perintah Allah, sama halnya seperti seorang anak kecil yang tidak memiliki pengalaman berdusta dan menipu, yang menganggap selainnya jujur seperti dirinya.
Sewaktu setan bersumpah kepada mereka bahwa yang dikatakannya mengenai manfaat-manfaat tumbuhan itu adalah benar dan jujur, maka Adam mempercayainya dan akhirnya tertipu. Akibat pelanggaran terhadap perintah ilahi ini adalah Adam dan isterinya dikeluarkan dari surga, selanjutnya turun perintah dari sisi Allah, keluarlah kalian dari wilayah kedekatan ilahi dan telah pecah benih dendam dan permusuhan antara kalian dan setan. Dan kalian akan berada di bumi hingga saat yang ditentukan.
Tujuan pokok penciptaan Adam adalah kekhilafahannya di muka bumi, maka Adam harus tinggal di bumi. Namun pada mulanya Allah telah menyiapkan sebuah lingkungan yang tenang dan jauh dari berbagai kesulitan, hingga dalam masa persiapan ini Adam akan mengenal kondisi kehidupan di bumi, juga mengenal musuh sebenarnya, yaitu setan.
Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Menuruti ajakan setan tidak hanya menjauhkan manusia dari rahmat ilahi, tetapi juga merampas kesejahteraan yang terjadi pada Adam dan isterinya yang dikeluarkan dari surga yang penuh rahmat menuju ke bumi yang serba susah.
2. Permusuhan setan dengan manusia adalah permusuhan lama, dimulai sejak awal penciptaan manusia hingga saat ini.
3. Bumi adalah tempat sementara kehidupan manusia dan pemanfaatan manusia atasnya terbatas dan sementara. Hendaknya kita pikirkan persiapan tempat yang abadi kita di surga.
4. Sesungguhnya setiap manusia adalah penghuni surga lantaran potensi-potensi dan kelayakan-kelayakan yang diciptakan oleh Allah padanya, tetapi pelanggaran-pelanggaran yang ia lakukan menyebabkannya jatuh dan terjerumus ke dalam jurang kesusahan.
5. Tidak seorang manusia pun terjaga dari bahaya dosa dan penyimpangan, kecuali Allah menjaganya. Adam yang merupakan khalifah Allah di muka bumi dan menjadi sosok manusia mulia sehingga malaikat bersujud kepadanya, kelalaian sesaat saja mengeluarkannya dari sisi-Nya. Namun kesalahan Adam sebelum ia mencapai tingkat kenabian. (IRIB Indonesia)