Ayat ke 11
┘ê┘Ä┘è┘ÄÏ»┘ÆÏ╣┘ŠϺ┘ä┘ÆÏÑ┘É┘å┘ÆÏ│┘ÄϺ┘å┘Å Ï¿┘ÉϺ┘äÏ┤┘æ┘ÄÏ▒┘æ┘É Ï»┘ÅÏ╣┘ÄϺÏí┘Ä┘ç┘Å Ï¿┘ÉϺ┘ä┘ÆÏ«┘Ä┘è┘ÆÏ▒┘É ┘ê┘Ä┘â┘ÄϺ┘å┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏÑ┘É┘å┘ÆÏ│┘ÄϺ┘å┘Å Ï╣┘Äϼ┘Å┘ê┘ä┘ïϺ (11)
Artinya:
Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. Dan manusia bersifat tergesa-gesa. (17: 11)
Dalam al-Quran, disebutkan banyak kriteria negatif yang dinisbatkan kepada manusia seperti tergesa-gesa dan kekikiran yang ini semua hanya untuk orang-orang yang tidak terbimbing. Yakni jika manusia tidak terdidik dengan benar, kriteria tersebut akan muncul dan semua ini menunjukkan kecenderungan materialistik manusia.
Ayat ini menyebutkan bahwa manusia selalu rakus mengejar keuntungan dan dalam banyak kasus manusia mengambil keputusan secara tergesa-gesa tanpa mempertimbangkan berbagai sisi. Ini semua menunjukkan bahwa manusia cenderung untuk tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Selain tidak memiliki banyak manfaat, sikap tersebut justru merugikan dan menimbulkan keburukan. Pada hakikatnya manusia selalu menginginkan kebaikan namun karena mengambil keputusan secara tergesa-gesa, maka yang didapatkan justru keburukan.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Secara fitrah, manusia menginginkan kebaikan. Namun ketergesa-gesaan dalam mengambil keputusan dan tidak mempertimbangkan banyak hal, membuat manusia keliru menilai keburukan sebagai hal yang bermanfaat baginya. Dan manusia berusaha keras untuk menggapainya.
2. Tergesa-gesa dan buru-buru, merupakan cela dari keputusan dan sikap manusia, karena hal itu akan menghancurkannya sendiri.
 
Ayat ke 12
┘ê┘Äϼ┘ÄÏ╣┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘è┘Æ┘ä┘Ä ┘ê┘ÄϺ┘ä┘å┘æ┘Ä┘ç┘ÄϺÏ▒┘Ä Ïó┘Ä┘è┘ÄϬ┘Ä┘è┘Æ┘å┘É ┘ü┘Ä┘à┘ÄÏ¡┘Ä┘ê┘Æ┘å┘ÄϺ Ïó┘Ä┘è┘ÄÏ®┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘è┘Æ┘ä┘É ┘ê┘Äϼ┘ÄÏ╣┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ Ïó┘Ä┘è┘ÄÏ®┘Ä Ïº┘ä┘å┘æ┘Ä┘ç┘ÄϺÏ▒┘É ┘à┘ÅÏ¿┘ÆÏÁ┘ÉÏ▒┘ÄÏ®┘ï ┘ä┘ÉϬ┘ÄÏ¿┘ÆϬ┘ÄÏ║┘Å┘êϺ ┘ü┘ÄÏÂ┘Æ┘ä┘ïϺ ┘à┘É┘å┘Æ Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘â┘Å┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘ä┘ÉϬ┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Ä┘à┘Å┘êϺ Ï╣┘ÄÏ»┘ÄÏ»┘Ä Ïº┘äÏ│┘æ┘É┘å┘É┘è┘å┘Ä ┘ê┘ÄϺ┘ä┘ÆÏ¡┘ÉÏ│┘ÄϺϿ┘Ä ┘ê┘Ä┘â┘Å┘ä┘æ┘Ä Ï┤┘Ä┘è┘ÆÏí┘ì ┘ü┘ÄÏÁ┘æ┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ┘ç┘ŠϬ┘Ä┘ü┘ÆÏÁ┘É┘è┘ä┘ïϺ (12)
Artinya:
Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, akar kami mencari karunia dari Tuhanmu, dan supaya kami mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas. (17: 12)
Melanjutkan pembahasan ayat sebelumnya, ayat ini menjelaskan bahwa Allah Swt menciptakan dunia ini berdasarkan tata tertib, hikmah, ukuran, dan aturan yang sangat terperinci. Siang dan malam, masing-masing muncul tepat pada waktunya dan berdasarkan jadwal yang teratur. Manusia juga harus menjalani hidup berdasarkan program yang teratur dan terencana sehingga dapat mensyukuri seluruh rejeki dan nikmat Allah dengan memanfaatkannya dengan benar. Namun jika manusia mengambil keputusan tergesa-gesa tanpa dibekali pengetahuan yang benar tentang aturan dan ketertiban dalam penciptaan, selain tidak dapat menggapai manfaat dan kebaikan, manusia justru akan terjerumus pada keburukan.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Putaran bumi pada porosnya serta terbitnya siang dan malam, semuanya adalah karena kehendak Allah Swt dan itu semua adalah demi kebaikan umat manusia.
2. Hidayah dan rahmat dari Allah Swt, merupakan persiapan bagi limpahan nikmat Allah. Namun dalam hal ini, manusia juga harus berupaya untuk menggapainya.
 
Ayat ke 13-14
┘ê┘Ä┘â┘Å┘ä┘æ┘Ä ÏÑ┘É┘å┘ÆÏ│┘ÄϺ┘å┘ì Ïú┘Ä┘ä┘ÆÏ▓┘Ä┘à┘Æ┘å┘ÄϺ┘ç┘Å ÏÀ┘ÄϺϪ┘ÉÏ▒┘Ä┘ç┘Å ┘ü┘É┘è Ï╣┘Å┘å┘Å┘é┘É┘ç┘É ┘ê┘Ä┘å┘ÅÏ«┘ÆÏ▒┘Éϼ┘Å ┘ä┘Ä┘ç┘Å ┘è┘Ä┘ê┘Æ┘à┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘é┘É┘è┘ÄϺ┘à┘ÄÏ®┘É ┘â┘ÉϬ┘ÄϺϿ┘ïϺ ┘è┘Ä┘ä┘Æ┘é┘ÄϺ┘ç┘Å ┘à┘Ä┘å┘ÆÏ┤┘Å┘êÏ▒┘ïϺ (13) Ϻ┘é┘ÆÏ▒┘ÄÏú┘Æ ┘â┘ÉϬ┘ÄϺϿ┘Ä┘â┘Ä ┘â┘Ä┘ü┘Ä┘ë Ï¿┘É┘å┘Ä┘ü┘ÆÏ│┘É┘â┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘è┘Ä┘ê┘Æ┘à┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘â┘Ä Ï¡┘ÄÏ│┘É┘èÏ¿┘ïϺ (14)
Artinya:
Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. (17: 13)
"Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu". (17: 14)
Ayat ini mengingatkan manusia akan Hari Kiamat. Pada hakikatnya ayat ini merupakan lanjutan dari ayat sebelumnya yang menjelaskan bahwa dunia bukan akhir perjalanan manusia, sehingga seluruh tujuannya hanya terfokuskan pada kepentingan duniawi saja. Melainkan catatan seluruh amal perbuatan akan dikalungkan di leher manusia. Di Hari Kiamat kelak, seluruh catatan amal perbuatan manusia akan terbuka dan dapat disaksikan oleh orang lain. Kelak manusia harus mempertanggung jawabkan seluruh perbuatannya.
Yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa catatan amal perbuatan manusia sedemikian jelas sehingga tidak diperlukan lagi hakim atau pengadilan untuk membuktikan seluruh dakwaan. Setiap manusia akan menjadi hakim untuk dirinya sendiri dan ia akan menyadari seperti apa nasibnya.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Amal perbuatan setiap manusia bukan hanya diperhitungkan di dunia saja melainkan juga di akhirat. Catatan tersebut akan selalu menyertainya. Kebaikan dan keburukan nasib akan ditentukan oleh amal perbuatan manusia itu sendiri.
2. Apa yang keluar dari manusia baik perilaku maupun ucapan. Akan dicatat di dunia ini dan akan disodorkan bak rapor di Hari Kiamat kelak.
3. Kiamat adalah satu-satunya pengadilan yang orang-orang yang bersalah tidak dapat mengingkari perbuatannya.