Ayat ke67
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah akan termasuk golongan orang-orang yang jahil".
Surat ini dinamakan surat al-Baqarah yang artinya sapi betina, dikarenakan adanya kisah ini. Ringkas kisah sapi betina ini dapat ditemui di antara ayat 67 hingga 73. Kisahnya demikian:
Di tengah-tengah Bani Israil, dijumpai sebuah mayat yang diyakin sebagai korban pembunuhan. Sementara siapa yang membunuh, tak seorangpun di kalangan Bani Israil yang mengetahui. Maka timbullah pertengkaran antara suku yang satu dengan yang lain, masing-masing menuduh pihak lain yang membunuh orang tersebut.
Masalah yang tidak dapat diselesaikan ini akhirnya dibawa kepada Nabi Musa as untuk diadili dan diselesaikan. Dikarenakan masalah ini tidak dapat diselesaikan dengan cara biasa, maka Nabi Musa akan menyelesaikan masalah tersebut dengan jalan mukjizat, dan berkata kepada mereka, "Allah Swt memerintahkan supaya kalian menyembelih sapi dan sepotong dari badannya disentuhkan kepada si korban, Insyaallah ia akan kembali hidup dan membeberkan siapa sebenarnya yang membunuh dirinya."
Mendengar jawaban Musa ini, mereka berkata: "Apakah engkau mempermainkan kami dengan mengusulkan jalan penyelesaian yang tidak masuk akal ini?"
Musa as berkata, "Mempermainkan orang adalah pekerjaan orang-orang bodoh, dan utusan Allah tiada pernah mengerjakan hal itu. Jika kalian memang serius hendak mengetahui siapakah pembunuhnya, maka tidak ada jalan lain, kecuali kalian harus melakukan cara tersebut."
Ayat ini mengajarkan kepada kita, jika hukum Allah tidak sesuai dengan akal atau selera, maka tidak seharusnya kita mengingkarinya dan memandangnya remeh. Walaupun Allah dapat memberitahukan identitas pembunuh melalui ilmu gaib, agar Musa as mengumumkannya kepada khalayak ramai, namun perintah penyembelihan sapi betina menunjukkan bahwa di tengah-tengah kaum atau Bani Israel masih terdapat semangat menyembah anak sapi dan mengkultuskannya.
Ayat ke68
Artinya:
Mereka menjawab: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu".
Manakala Bani Israil menyadari bahwa perintah penyembelihan sapi betina itu serius, maka mereka mulai mencari-cari alasan, seperti sapi yang bagaimanakah yang harus kami sembelih? Ada kemungkinan, alasan-alasan ini datang dari pembunuh yang sebenarnya, jangan sampai rahasia perbuatan jahatnya terungkap dan masyarakat mengetahuinya.
Walaupun bertanya adalah kunci ilmu pengetahuan, namun tujuan Bani Israel mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut, semata-mata untuk lari dari tanggung jawab dan perintah Allah. Oleh karena itulah mereka mengutarakan pertanyaan-pertanyaan tanpa kesopanan dan berkata, "Wahai Musa mohonkanlah kepada Tuhanmu." Seakan-akan tuhan Musa as tidak sama dengan tuhan mereka.
Ayat ke69
Artinya:
Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya."
Kendati perintah penyembelihan sudah dua kali turun, namun sepertinya mereka enggan melaksanakan dan menunaikan perintah itu. Karena itu, mereka mengajukan pertanyaan lain lagi, yaitu apakah warna sapi betina itu? Padahal, warna sapi tidaklah berpengaruh atau berperan dalam hukum. Dan sekiranya hal itu penting, niscaya Allah sudah menyebutkan sebelumnya. Namun supaya Bani Israil tidak mempunyai peluang dan alasan untuk lari dari perintah ini, Allah swt menentukan warna kuning untuk sapi tersebut, supaya mereka tahu apa yang disembelih atas perintah Allah, haruslah binatang yang bagus dan berharga, dan berusia tidak terlalu tua, melainkan pertengahan.
Dari tiga ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Siksaan Allah tidak terbatas pada hari Kiamat.Allah Swt mengenakan siksaan dan balasan di dunia terhadap sebagian dosa untuk dijadikan pelajaran bagi manusia.
2. Janganlah kita mempermainkan hukum Allah dan memandangnya tidak beralasan dan tidak logis, kita harus pasrah seratus persen dengan perintah-perintah Allah dan yakin bahwa apa saja yang diperintahkan oleh Allah adalah baik dan menguntungkan masyarakat manusia. Walaupun penyembelihan sapi betina kelihatannya tidak berfaedah untuk menyingkap si pembunuh, namun jiwa menyembah dan mengkultuskan anak sapi tersingkir olehnya. Peristiwa tersebut juga menunjukkan kekuasaan Allah, dimana dengan memukulkan daging sapi mati, seorang manusia yang mati dapat hidup kembali.
Ayat ke 70-71
Artinya:
Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat pentunjuk."
Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya." Mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya". Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.
Pada ayat sebelumnya dijelaskan bahwa, karena Allah memerintahkan mereka menyembelih seekor sapi untuk mengungkap pembunuhan, maka sekelompok bani Israel melontarkan berbagai alasan dan dengan tujuan mengolok-olok, mereka menanyakan warna dan umur sapi tersebut. Ayat ini juga menceritakan kelanjutan alasan-alasan yang mereka cari-cari, Meski Allah telah telah menjelaskan warna dan umur sapi tersebut, namun mereka berkata, "Wahai Musa terangkan lebih banyak ciri-ciri sapi tersebut hingga kami dapat mengenalinya."
Sewaktu Musa, dengan penjelasan-penjelasan dari sisi Allah, menjelaskan ciri-ciri sapi tersebut, maka mereka pun pasrah dan menyembelih sapi itu, sedangkan mereka sudah sempat berpikir untuk lari dan tidak melaksanakan pekerjaan ini. Ayat ini menunjukkan bahwa watak keras kepala dan sikap egois menyebabkan manusia hanya menganggap benar hal-hal yang sesuai dengan kecenderungan dan pandangannya, dan dengan sikap tidak sopan mereka berkata kepada Nabi Musa, "kini engkau telah menerangkan dengan benar." Seolah-olah sebelum itu Musa as menerangkan dengan cara yang tidak benar. (IRIB Indonesia)