Surat Yasin ayat 77-80

Rate this item
(3 votes)
Surat Yasin ayat 77-80

أَوَلَمْ يَرَ الْإِنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ (77) وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ (78) قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ (79)

Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata! (36: 77)

Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?” (36: 78)

Katakanlah, “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.” (36: 79)

Dalam catatan sejarah disebutkan bahwa seorang musyrik Mekah membawa sepotong tulang yang sudah rusak kepada Nabi Muhammad Saw dan berkata, siapakah yang dapat membangkitkan tulang yang telah rusak ini, apabila saya menekannya dengan tanganku akan hancur dan sebagiannya telah berubah menjadi tanah? Ketika pertanyaan ini disampaikan, manusia melihat kekuasaan Allah terbatas. Karena dalam pandangan manusia di dunia, hal ini tidak mungkin terjadi, orang tersebut mengklaim bahwa di Hari Kiamat yang demikian tidak akan terjadi.

Oleh karenanya, ayat-ayat selanjutnya menjawab pernyataan orang-orang yang mengingkari hari kebangkitan dan berkata, bagaimana mungkin kalian menggambarkan kekuasaan Allah yang terbatas. Padahal setiap orang dari kalian pada awalnya kalian diciptakan berasal dari air mani yang sangat halus dan kecil. Apakah Allah yang memiliki kemampuan melakukan hal yang demikian untuk pertama kalinya, lalu tidak mungkin melakukannya untuk kedua kalinya?

Apakah kalian beranggapan Allah tidak mengetahui bagian dan molekul badan manusia tersebar di mana, sehingga dengan tumbuh dan kembali berkembang, manusia dapat dihidupkan kembali?

Manusia sebagai ciptaan Allah dengan ilmu dan kekuatan terbatas yang dimilikinya mampu menanam dan mengembangbiakkan sel-sel manusia atau hewan di laboratorium setelah itu memperluas jaringan sel. Apakah Allah Yang Maha Kuasa dan pencipta manusia tidak mampu mengembangbiakkan satu sel dari badan manusia dan kemudian menghidupkannya?

Saat ini ilmu pengetahuan manusia telah membuktikan bahwa dalam molekul DNA sel-sel badan setiap manusia menyimpan seluruh ciri khas genetiknya dan ciri khas yang tidak dimiliki orang lain ini tidak akan pernah bisa dimusnahkan. Dewasa ini, jasad manusia yang tidak dapat dikenali karena telah lewat puluhan tahun dari kematiannya dapat diketahui lewat DNA sel-sel badannya dan kemudian membandingkan dengan DNA keluarganya sehingga dapat diidentifikasi.

Dari tiga ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Permusuhan dengan Allah dan tidak mau menaati ajaran dan perintah-Nya merupakan petanda kelalaian manusia memahami bagaimana Allah menciptakan dirinya dari air mani yang tidak bernilai.

2. Mereka yang mengingkari Hari Kebangkitan pada dasarnya menyangsikan ilmu dan kekuasaan Allah untuk mencipta yang kedua kalinya. Sementara mereka juga tidak pernah menyampaikan argumentasi rasional soal tidak mungkin terjadi manusia dibangkitkan kembali.

3. Dalam masalah pembahasan kebangkitan manusia ada dua poin penting yang perlu diperhatikan. Pertama, kekuasaan Allah dalam mencipta manusia kedua kalinya dan kedua, ilmu Allah yang tidak terhingga akan perbuatan manusia.

4. Pertanyaan untuk mengetahui merupakan hal yang baik dan terpuji. Para ulama harus menjawab segala pertanyaan akidah dengan tepat. Tapi bila pertanyaan disampaikan untuk menunjukkan dirinya dan kesombongannya serta bukan untuk memahami hakikat, tapi untuk mengejek, maka bukan hal yang baik, tidak terpuji.

الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الْأَخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ (80)

Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu. (36: 80)

Sebagai kelanjutan dari ayat sebelumnya yang menjelaskan akan kekuasaan Allah dalam mencipta, ayat ini menyinggung kejadian indah dan menarik di alam. Ayat ini menyebutkan, sesuai dengan hukum yang ditetapkan Allah Swt kepada alam, akibat gesekan yang keras antara cabang pohon dengan yang lain akan membuat percikan api dan kemudian muncul api.

Perlu diketahui bahwa di masa lalu manusia belum menemukan korek api atau alat-alat lain yang bisa menghasilkan api. Pada waktu itu, manusia menggesekkan dua batu dengan keras atau dua cabang pohon. Hasil dari perbuatan ini akan menghasilkan percikan api yang kemudia dipakai untuk hal-hal bermanfaat lainnya.

Ketika angin topan atau angin kencang membuat cabang-cabang pohon saling bersinggungan dan bergesekan dengan keras, akan muncul aliran listrik dan kemudian muncul percikan api. Perlahan-lahan, percikan api mulai mengenai cabang pohon yang kering dan setelah membesar, cabang-cabang pohon yang hijau pun terbakar.

Dalam ayat ini disebutkan bahwa antara air dan api yang tidak bisa berkumpul ternyata dapat bertemu. Dengan kata lain, pohon yang kehijauan, dimana tumbuh karena ada air di dalam batangnya menjadi sumber api yang pada dasarnya anti dari api itu sendiri. Tentu saja ketika pohon ini kering, kayunya juga dapat digunakan untuk memunculkan api.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Mengenal alam dan aturannya menjadi dasar penguatan iman kepada Allah dan Kekuasaan-Nya.

2. Cahaya dan panas matahari yang mengenai daun dan cabang pohon tidak akan hilang, tapi disimpan. Ketika kayu dari pepohonan dimakan api, pada dasarnya energi matahari yang bertahun-tahun tersimpan di dalam kayu terbebaskan dalam bentuk panas api dan kembali ke dunia. Proses ini semodel kebangkitan energi di dunia.

Read 6342 times