Surat Shaad ayat 29-33

Rate this item
(0 votes)
Surat Shaad ayat 29-33

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ (29)

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. (38: 29)

Ayat di atas menyatakan bahwa Allah telah menurunkan al-Quran untuk menjelaskan tujuan penciptaan dan menjadi sumber untuk perkembangan umat manusia. Tentu saja ini berlaku untuk orang yang mau bertadabbur dan menggunakan akalnya untuk memahami semua perintah Tuhan yang sarat dengan hikmah, dan menemukan jalan kebahagiaan.

Namun, manusia yang lalai dari Allah dan dirinya sebenarnya mereka adalah orang-orang yang mati, meskipun raganya hidup.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Tujuan penurunan al-Quran adalah untuk tadabbur dan tafakkur pada ayat-ayat Allah, sementara membaca ayat-ayatnya akan mendatangkan berkah dalam kehidupan manusia.

2. Berbeda dengan anggapan orang-orang yang menyebut wahyu bertentangan dengan akal, al-Quran sepenuhnya sejalan dengan akal dan sama sekali tidak ditemukan perkara yang bertentangan dengan akal di dalamnya. Sebenarnya, wahyu diturunkan untuk mengembangkan dan menyempurnakan akal manusia, bukan untuk meliburkan atau memerangi akal.

3. Orang-orang yang melakukan tadabbur dan tafakkur dalam al-Quran akan memahami hukum dan rahasia-rahasianya.

وَوَهَبْنَا لِدَاوُودَ سُلَيْمَانَ نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ (30) إِذْ عُرِضَ عَلَيْهِ بِالْعَشِيِّ الصَّافِنَاتُ الْجِيَادُ (31) فَقَالَ إِنِّي أَحْبَبْتُ حُبَّ الْخَيْرِ عَنْ ذِكْرِ رَبِّي حَتَّى تَوَارَتْ بِالْحِجَابِ (32) رُدُّوهَا عَلَيَّ فَطَفِقَ مَسْحًا بِالسُّوقِ وَالْأَعْنَاقِ (33)

Dan Kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya). (38: 30)

(ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat waktu berlari pada waktu sore. (38: 31)

Maka ia berkata, “Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan.” (38: 32)

“Bawalah kuda-kuda itu kembali kepadaku.” Lalu ia potong kaki dan leher kuda itu. (38: 33)

Ayat-ayat ini dimulai dengan mengabarkan pemberian seorang putra dengan nama Sulaiman kepada Daud as. Ia adalah anak yang sama seperti Daud, hamba Allah yang baik dan taat kepada-Nya.

Kemudian berbicara tentang keagungan kekuasaan dan pemerintahan Nabi Sulaiman as serta kuda-kuda yang kuat, cepat, dan bersayap yang dimilikinya. Ketika kuda-kuda tersebut melakukan parade di hadapannya, dia berkata, "Aku mencintai kuda-kuda ini karena Allah dan untuk berjihad di jalan-Nya dan untuk menjaga keamanan masyarakat."

Nabi Sulaiman sangat terpana dengan kuda-kuda itu sehingga hilang dari pandangannya. Ia memerintahkan agar kuda-kuda tersebut dihadirkan kembali. Sulaiman kemudian mendekati kuda-kuda itu dan mengelus-ngelusnya karena rasa sukanya.

Sayangnya, menurut beberapa sumber yang tidak sahih, ayat-ayat tersebut ditafsirkan secara keliru dan menyebut Nabi Sulaiman as telah melalaikan shalatnya.

Disebutkan bahwa Sulaiman terlalu asyik menyaksikan parade kuda sampai matahari terbenam dan ketinggalan shalat Ashar. Ia kemudian meminta Tuhan untuk mengembalikan matahari supaya bisa menunaikan shalat. Namun, bagaimana mungkin seorang nabi sampai ketinggalan shalat hanya gara-gara menyaksikan parade kuda.

Jelas, pendapat seperti ini tidak tepat dan kelalaian seperti ini tidak mungkin dilakukan oleh seorang hamba yang saleh dan pilihan Tuhan. Sulaiman adalah seorang nabi yang dipuji dalam ayat tersebut, ia dipuji sebagai sebaik-baik hamba dan sangat taat. Jadi, pendapat tersebut bertentangan dengan teks ayat.

Dari empat ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Posisi tertinggi manusia adalah menghambakan diri dan kembali ke pangkuan Tuhan. Oleh karena itu, al-Quran berulang kali menggunakan kata 'Abd (hamba) untuk menyebut para nabi.

2. Memberi perhatian khusus pada keamanan masyarakat merupakan salah satu tugas pemimpin. Menggelar parade dan pameran alat pertahanan adalah sebuah pekerjaan yang baik, karena para pemimpin perlu memastikan kualitas dan kuantitas pasukan tempur serta memamerkan kekuatan di hadapan musuh.

3. Kekuasaan dan pemerintahan tidak akan menjadi alat untuk menindas jika dipegang oleh orang-orang yang saleh dan taat. Mereka menggunakan kekuasaan di jalan Allah Swt dan untuk tujuan yang diridhai-Nya.

Read 2208 times