Surat Shaad ayat 34-38

Rate this item
(2 votes)
Surat Shaad ayat 34-38

وَلَقَدْ فَتَنَّا سُلَيْمَانَ وَأَلْقَيْنَا عَلَى كُرْسِيِّهِ جَسَدًا ثُمَّ أَنَابَ (34) قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ (35)

Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit), kemudian ia bertaubat. (38: 34)

Ia berkata, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.” (38: 35)

Ayat tersebut berbicara tentang salah satu ujian berat yang dihadapi Nabi Sulaiman as. Namun, jenis ujian ini tidak disebutkan secara spesifik dan di sini kita perlu merujuk ke riwayat yang sahih untuk menemukan jawabannya.

Nabi Sulaiman as berharap memiliki banyak anak sehingga bisa memilih salah satu dari mereka yang paling kuat dan berani untuk menjadi penggantinya. Tetapi, ia menjadi lalai karena keinginannya dan bersandar pada kehendaknya ketimbang bertawakkal dan mengikuti kehendak Allah Swt.

Allah kemudian mempersulit keadaan Nabi Sulaiman dan mentakdirkan para istrinya tidak ada satu pun yang mengandung, kecuali seorang istri yang melahirkan anak yang cacat.

Nabi Sulaiman memerintahkan awan untuk menjaga anaknya dari gangguan setan. Namun, tidak lama setelah itu, anak tersebut tergeletak di atas tahktanya dalam keadaan tak bernyawa. Nabi Sulaiman mulai menyadari bahwa ia telah melalaikan Tuhan dan tidak bertawakal kepada-Nya.

Beberapa riwayat menyebutkan Nabi Sulaiman diberi ujian berupa sakit berat hingga terduduk di atas takhtanya tanpa daya. Ia kemudian bertaubat dan meminta ampunan kepada Allah Swt atas kelalaiannya.

Setelah mendapatkan ampunan, Nabi Sulaiman meminta kerajaan yang super hebat sehingga menjadi bukti atas kenabiannya dari sisi Allah, seperti mukjizat para nabi lain. Ia meminta kerajaan yang tidak akan pernah dimiliki oleh seorang pun sesudahnya dan yang akan membedakannya dari semua penguasa di bumi.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Ujian adalah salah satu sunnah Ilahi untuk membuat seseorang kembali ke sisi Allah Swt. Seluruh manusia dan bahkan para nabi akan diuji oleh Allah dan tidak ada pengecualian satu pun.

2. Sebagian nabi selain bertugas memberi hidayah dan petunjuk kepada masyarakat, juga menjadi penguasa (pemimpin) atas rakyat, dan tidak ada kontradisi dalam dua perkara ini.

3. Dalam berdoa, jangan pernah puas dengan permintaan yang sedikit. Kita perlu meniru Nabi Sulaiman dan meminta sesuatu yang penting dari Allah.

فَسَخَّرْنَا لَهُ الرِّيحَ تَجْرِي بِأَمْرِهِ رُخَاءً حَيْثُ أَصَابَ (36) وَالشَّيَاطِينَ كُلَّ بَنَّاءٍ وَغَوَّاصٍ (37) وَآَخَرِينَ مُقَرَّنِينَ فِي الْأَصْفَادِ (38)

Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya. (38: 36)

Dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan dan penyelam. (38: 37)

Dan syaitan yang lain yang terikat dalam belenggu. (38: 38)

Permintaan Nabi Sulaiman as dikabulkan dan Allah Swt memberikan fasilitas dan kekuatan yang luar biasa kepadanya. Kerajaan sebelum dan sesudah Sulaiman tidak memiliki kekuatan seperti itu. Ia diberikan mukjizat dan kerajaan yang istimewa sebagai bukti atas kebesaran Allah.

Pemberian pertama adalah kemampuan menundukkan angin sebagai kendaraan. Angin akan mengantarkan Nabi Sulaiman as kemana pun mengikuti perintahnya. Angin dan awan ini ibarat pesawat di masa sekarang yang terbang di angkasa dan menempuh jarak yang jauh dalam waktu singkat.

Anugerah kedua adalah kemampuan menundukkan jin untuk berbagai kepentingan dan pelayanan. Sekelompok jin bekerja sebagai ahli bangunan untuk mendirikan berbagai fasilitas seperti jembatan dan bendungan, segolongan lain bekerja di laut sebagai penyelam. Sekelompok syaitan pembangkang dibelenggu dan dikurung dalam penjara karena menolak perintah Nabi Sulaiman as.

Dengan demikian, Allah dengan karunia dan kekuasaan-Nya telah menundukkan seluruh kekuatan alam, manusia, dan jin untuk mengabdi dan patuh kepada Nabi Sulaiman.

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Jin memiliki akal, nafsu, dan keahlian.

2. Pemanfaatan tenaga ahli dan kompeten sangat penting dalam pengelolaan negara atau pelaksanaan proyek-proyek penting.

3. Individu atau kelompok yang menganggu masyarakat dan merusak ketertiban sosial, harus dikendalikan dan dihukum, seperti yang dilakukan Nabi Sulaiman terhadap para jin pembangkang.

Read 2754 times